"Ra, masak apa buat sarapan?" Tanya Kak Jisung sambil narik kursi meja makan.
"Cuma toast sama spaghetti. Bahan makanan habis, gue belum sempat beli lagi."
"Oh, yaudah nanti beli ya abis gue pulang kerja."
"Gue ada janji sama Dokter Sakura, Kak."
"Oh gitu. Gini aja deh, nanti lo kirim catatan bahan makanan apa yang harus dibeli, nanti biar gue yang beli."
Gue cuma menganggukan kepala. Kondisi gue sudah jauh lebih baik setelah dibantu sama Dokter Sakura alias istrinya Kak Minho. Rasa sedih karena ditinggal anak gue memang masih ada, hanya saja gue sudah ngga ada niat buat melakukan percobaan bunuh diri lagi.
Pada akhirnya gue sadar kalau gue gak boleh terlalu larut dalam kesedihan. Anak gue juga gak akan suka melihat gue menangis terus terusan.
Gue mencoba bangkit dan melanjutkan hidup gue sendiri. Sekarang gue membantu Bunda buat mengelola cafenya. Gue sekarang lebih sering berada di cafe bunda daripada dirumah. Setidaknya rasa sedih gue teralihkan ketika gue sibuk membuat pesanan pelanggan.
"Hari ini mau ke cafe Tante Jisoo? Mau gue antar?" Tawar KaK Jisung.
"Nggak usah, nanti lo telat. Gue bisa berangkat naik ojol. Tenang, aman kok. Atau gue bisa minta Ayah buat jemput.
Setelah ngehabisin sarapannya, Kak Jisung berpamitan buat segera pergi ke kantor. Gue sendiri sibuk ngebersihin apartemen yang berantakan karena si tupai sekarang tinggal sama gue. Buat jagain gue katanya. Padahal faktanya dia bukannya jagain gue malah bikin gue emosi tiap hari.
Lagipula ada Kak Jeongin yang jauh lebih baik dalam hal menjaga gue. Dia masih setia menjaga gue meski sekarang udah gak ada anak gue.
Setelah gue selesai beresin apartemen, gue ganti baju dulu kemudian ngambil sling bag. Sebelum keluar dari apartemen, gue telpon ayah dulu, nanya dia bisa jemput atau engga.
"Halo Ayah?"
"Halo, Nak. Kenapa?"
"Aku mau ke cafe Bunda. Ayah bisa jemput nggak?"
"Duh, Ayah ada rapat karang taruna abis ini. Kamu naik ojol dulu gapapa kan nak?"
"Oh, yaudah gapapaa."
"Ayah tutup dulu ya. Ayah mau berangkat rapat. Kamu hati hati di jalan. Bilang sama drivernya kalo naik motor jangan ngebut."
"Iya, ayah."
Telepon dimatikan sepihak sama Ayah. Gue merapikan baju dulu sebentar. Setelah itu keluar dari apartemen. Gue berjalan tanpa ngelihat depan karena sibuk mesen ojek online.
Bruk!
"Aduh!"
Gue nabrak seseorang sampai terjatuh dan handphone gue terpental jauh.
"Maaf, ini salah sa—"
Nafas gue tercekat ketika tau siapa orang yang gue tabrak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life || Bangchan ✓
Fanfic[COMPLETED] Dinikahin sama cowo yang usianya terpaut 11 tahun lebih tua daripada gue itu rasanya nano nano gitu.