chap. 6

2 2 0
                                    

Happy reading.
Jangan lupa dukungannya ya.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Permisi" ucap seseorang di balik pintu rawat inap
"Iya? Oh kakak sini masuk kak" ajak Vina
"Iya, hai Tante saya Clara dari kamar sebelah" kata Clara
"Iya, sini sayang masuk" bunda
"Aku cuman mau jenguk aja tan, semoga cepat sembuh ya"
"Amin, makasih ya cantik doa nya"
"Sama-sama tan, hai zar" sapa Clara saat melihat ke arah luar
"Kamu tuh masih rawan buat keluar malah keluar ih, kalau mau nanti kita ke taman rumah sakit" kata nya

Vina merasa kalau suara tadi terdengar familiar di telinganya, begitu melihat ke arah pintu Clara sudah tidak ada.

Beberapa hari kemudian...

"Nggak kuliah?" Tanya Zahran melihat Vina yang berkutat di dapur
"Enggak, aku absen hari ini" jawab Vina
"Mau ada acara apa sampai menyiapkan banyak makanan begitu?" Tanya Zahran
"Buat di bawa ke rumah sakit kamu mau ikut?" Tanya Vina
"Ngapain kesana buang waktu aja" kata Zahran dingin lalu meninggalkan Vina
"Dasar Zahran" Vina tersenyum melihat Zahran bertingkah seperti anak kecil

Setelah selesai memasak Vina bersiap untuk ke rumah sakit.

"Ajhussi kita ke rumah sakit xxx ya" kata Vina
"Siap non"

Vina sampai di rumah sakit ia melihat dokter dan suster yang sedang berlarian ke arah kamar inap bunda Vina.

"Dokter ada apa ini? Kenapa bunda saya?" Tanya Vina ke dokter yang lewat
"Saya akan periksa nyonya, anda tenang dulu ya"

Vina berlari ke arah pintukamar inap bundanya sambil menahan tangisannya.

"Bunda bertahanlah aku mohon pada bunda hiks" Vina terisak pelan
"Hiks bunda, dokter bagaimana bunda saya?" Tanya Vina
"Maafkan saya tuhan berkehendak lain nyonya meninggal dunia" jawab dokter
"Apa? Bercanda" ucap Vina lalu menerobos masuk ke dalam ruangan bundanya

"Bunda bangun yuk aku gak mau bunda tidur terus hiks, ayo Bun bangun hiks" tangis Vina
Vina meriksa denyut nadi dan jantung bundanya ternyata sudah berhenti.

"Hiks bunda jangan pergi lagi aku akan rindu bunda hiks" tangis Vina pecah
Vina menggoyangkan tubuh kaku bundanya tetap saja hasilnya, bunda Vina tidak bangun.

"Bunda" teriak Vina

Vina langsung menelpon papa, papi, mami, Zahran dan Zahra untuk memberi kabar bahwa bunda telah tiada.

Vina mencoba tidak menangis tapi air matanya terus menerus turun.

"Hiks bunda"
"Vina bunda mana?" Tanya papa
"Bunda di dalam pa, aku gak kuat hiks liat bunda" jawab Vina
"Sudah-sudah papa ke dalam dulu lihat bunda ya"
"Iya"

"Vina sabar ya gue yakin kalau sahabat gue tuh kuat" kata Zahra
"Iya Ra hiks"
"Udah jangan nangis lagi ya"
"Vin yang sabar ya kakak yakin bunda udah tenang disana" kata Rangga
"Iya kak, makasih ya udah datang"
"Anak mami kuat ya sayang, bunda kamu udah bahagia disana" mami datang lalu meluk Vina sambil mengelus punggung Vina
"Iya mi"
"Udah jangan nangis lagi ya mami disini sebagai bunda kamu juga"

"Vina sabar ya, Vina pasti kuat" kata papi
"Iya Pi"
"Sus panggil dokter ada yang pingsan"
"Papa, pa bangun pa hiks pa tolong bangun aku gak mau kehilangan papa" tangis Vina di depan papanya yang terbaring di lantai
"Hiks pa bangun hiks" Vina menggoyangkan tubuh papanya

"Vina sabar dulu sayang itu dokter lagi periksa papa ya" kata mami menenangkan Vina
"Tapi papa mi aku hiks gak mau kehilangan papa juga hiks" tangis Vina lagi
"Sstt tenang dulu ya sayang mami yakin papa cuman pingsan karena shock aja kok" kata mami lagi
"Maaf kami sudah berusaha sebaik mungkin tapi Tuhan berkehendak lain" dokter menunduk lalu meninggalkan tempat

"Papa hiks aku mohon jangan pergi hiks, nanti aku sama siapa hiks" tangis Vina pecah
"Ssst kamu sabar ya sayang papa kamu udah ketemu sama bunda kok mami yajin kalau papa seneng bisa ketemu bunda lagi" kata mami
"Papa hiks tolong bangun" Vina memeluk tubuh kaku papanya

"Zahran mana Pi?" Tanya mami
"Sebentar papi telfon dulu" papi

"Kenapa mi?" Zahran
"Kamu tenangin Vina dulu kasihan dia, mami mau urus jenazah bundanya sama papanya" kata mami
"Iya mi, ayo Vin" Zahran membawa Vina duduk di taman

"Sudah tenang lah papa sudah bahagia" kata Zahran
"Aku akan bersama siapa jika papa tiada zar, cuma papa sama bunda yang aku punya" tangis Vina
"Masih ada aku disini untukmu" Zahran merasa iba ke Vina akhirnya dia memeluk Vina
"Sudah jangan nangis"
"Tapi papa gimana?"
"Papa udah bahagia disana"

Setelah pemakaman Vina sama Zahran pulang ke rumah.
Mata Vina masih sembab, Vina juga belum makan dan minum dari kemarin.

"Nyonya makan dulu ya" kata bibi ahn
"Nanti aja ajhuma" jawab Vina
"Kalau nyonya gak makan nanti nyonya sakit"
"Aku gak kepingin ajhuma"
"Biar saya saja yang bujuk dia ajhuma"
"Iya tuan"

"Makan jangan gak makan, kalau gak makan nanti sakit terus papa sedih di atas sana" kata Zahran
"Gak mau"
"Ayolah Vin, papa pasti gak mau kamu sedih begini"
"Kalau kamu sakit kuliah kamu gimana?" Tanya Zahran
"Iya nanti aku makan"
"Makanannya di meja dimakan ya"
"Iya"

Beberapa bulan kemudian.

"Hai gimana setelah ditinggal orang tersayang?" Tanya Victoria yang duduk di sofa bawah
"Kamu? Ngapain disini?" Tanya Vina
"Hanya mampir ke rumah gue yang sebenarnya" kata Victoria
"Pergi sekarang"
"Jangan pernah berani kamu usir Victoria" Zahran
"Kamu-"
"Aku udah memutuskan kalau Victoria akan tinggal bersama kita" kata Zahran
"Tapi kalau mami tahu bagaimana?" Tanya Vina
"Itu urusan kamu"
"Astaga Zahran kamu yang benar aja menyuruh dia tinggal disini"
"Ini rumah aku kamu gak berhak apapun untuk rumah ini"

Victoria tersenyum entah ia akan merencanakan sesuatu atau apa.

Setiap hari Vina selalu mengalah untuk tidur dikamar tamu sedangkan Victoria tidur di kamar yang sama dengan Zahran atau bisa disebut itu kamar Vina dan Zahran.

Vina menangis tiap malam ia ingin mengadu tapi bingung harus mengadu kemana? Akhirnya ia menulis sesuatu di buku diary nya yang selalu dibawa kapanpun itu.

Vina menulis di bukunya setiap malam hari, Vina selalu menangis saat menulis diary.

Paginya...

"Sayang tas aku resleting nya rusak, beliin yang baru yah" pinta Victoria saat sedang sarapan
"Iya nanti aku beliin kok, ohiya pemotretan kamu di London udah selesai?" Tanya Zahran
"Udah kok, kamu tau si fotografer nya itu genit banget ke aku" cerita Victoria
"Iya? Kamu diapain aja sama dia?" Tanya Zahran
"Waktu itu dia pernah ajak aku ke bar terus dia pernah ajak makan siang, diner juga pernah tapi aku tolak terus kok" Victoria menjawab sambil makan
"Sekarang masih hubungi kamu?"
"Enggak pernah"

Vina yang menyimak pembicaraan antara Zahran dan Victoria merasakan sesak di dada ia tak tahan lagi kalau harus melihat kemesraan mereka.

"Zar aku pergi dulu, Zahra udah di depan" Vina pamit ke Zahran tapi gak ada jawaban dari Zahran
"Oke, sampai nanti lagi" Vina menenteng Tote bag nya lalu keluar dari rumah

Di dalam mobil.

"Lu kenapa lagi Vin? Kak Zahran marahin lu lagi?" Tanya Zahra
"Hiks gue selalu ngerasa kesiksa Ra gue gak kuat lagi kayak gini" jawab Vina sambil menangis
"Udah diem ya biar gue labrak kak Zahran lagi, beraninya dia ingkar janji sama gue" emosi Zahra
"Biarin aja Ra, gue mau tau dia sampai kapan begini terus nanti kalau dia berbuat apa-apa aku mau kasih tau ke mami" ucap Vina
"Iya Vin gue dukung lu, kalau nanti Tante gak percaya biar gue jadi saksinya" kata Zahra
"Iya ra"

"Lu kalau gak kuat lagi bilang ke gue oke, biar gue bantu lu dengan kemampuan gue" Zahra mengusap pundak Vina
"Thanks ya Ra lu udah mau siap bantuin gue"
"Inget anggap gue jadi adek lu oke, gue siap jadi tempat nangis dan curhat lu" zahra
"Iya Ra"

Next....
Jan lup dukungannya ya
Klik bintang di pojok kiri oke.

-salam dari istri baekhyun-
✧◝(⁰▿⁰)◜✧

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang