By atenggyu
Di bawah pohon besar, terlihat seorang anak kecil berlari sembari tertawa ditemani ibunya yang berkali-kali menyuruhnya memakai syal. Suhu memang semakin rendah, tak heran ibu itu sedikit berisik, itu juga demi kepentingan anaknya.
Suhu yang semakin hari semakin menurun menandakan waktu ternyata berlalu dengan cepat. Perantara musim panas dengan musim dingin sudah di ambang batasnya. Rasanya baru kemarin melihat pohon-pohon kompak mengubah daun yang semula hijau menjadi kuning kemerahan untuk kemudian rontok satu per satu memenuhi jalan.
Sepertinya ini hari terakhir aku bisa duduk di taman sembari menyergap aroma khas musim gugur yang menenangkan. Ketika datangnya musim dingin, tak ada alasan bagiku untuk berada disini lagi.
"Kau mau memainkan lagu apa hari ini, Ly?" Seorang wanita paruh baya bertanya pelan, menandakan dia sudah tak sabar menungguku.
"Autumn: Allegro"
Mengingat sekarang tengah musim gugur, aku rasa sangat cocok untuk dimainkan saat ini.
Di tengah-tengah taman, orang berlalu-lalang. Beberapa darinya menungguku tampil dengan violin kesayanganku.Aku berdiri sembari mendongakan kepala sambil menghembuskan napas kuat-kuat. Kusentuhkan bow dengan senar violin. Alunan nada keluar dari gesekan violin. Orang-orang berkumpul kagum mendengarkan tiap-tiap nada. Suara violin yang kuat membuat semuanya seakan membatu. Tak ada yang berbicara. Hanya angin yang berhembus memberi suasana, seakan mengatakan 'Biarkan violin yang berbicara'.
Aku tersenyum, berusaha menikmati permainanku. Sembari memejamkan mata, tanganku terus bergerak cepat menciptakan tiap melodi indah. Fokusku tertuju pada permainan hingga tangga nada terakhir yang kututup dengan sedikit improvisasi.
Aku terengah-engah mengakhiri permainan. Orang-orang yang berkumpul bertepuk tangan riuh, sampai-sampai bisa terdengar dari jauh. Aku menunduk, mengucapkan "terima kasih" berkali-kali, tak lupa dengan terus tersenyum. Memberi mereka penampilan terbaik benar-benar menyenangkan.
Puas dengan mereka yang terus-terusan memujiku, aku meletakkan violin beserta bow ke dalam tasnya semula lalu memilih duduk untuk istirahat. Penampilan tadi sedikit melelahkan.
"Permainan bagus, Ly. Seperti biasa." Wanita paruh baya tadi menepuk bahuku.
"Terima kasih, bu." Aku menunduk sopan, lalu dijawabnya kembali dengan senyuman kemudian ia pergi.
"Huft ... aku bermain agak berlebihan tadi." Ku hembuskan napas lelah. Dengan sapu tangan ku seka keringat yang mengucur deras, membuat hampir seluruh wajahku basah.
"Apa taman ini bagus?" Seorang Kakek tiba-tiba muncul di sela istirahat membuatku menunduk sopan. "Ya, kek?"
"Tidak, hanya saja kau selalu terlihat bermain violin di sini. Apa karena taman ini bagus?" tanya Kakek itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...