By : atenggyu
Suara yang begitu keras cukup memberitahu seberapa kuat tangan besar itu menampar wajah gadis itu hingga memerah."BERANI-BERANINYA KAMU!" Tak cukup sampai di situ, pria paruh baya bertubuh kekar itu berteriak keras menakuti. Gadis dihadapannya diam tak bereaksi, dia hanya memegangi wajahnya yang merah.
Pria itu kembali mengangkat telapak tangannya, hendak melayangkan tamparannya keras.
Belum sempat mengenai wajah sang gadis, tangan besar pria itu tertahan oleh cengkraman kuat.
"Jaesoo, kamu enggak apa-apa?" Pria yang datang tiba-tiba bertanya khawatir, tangannya berusaha menahan tamparan itu.
Jaesoo—gadis itu—berbisik pelan, "Shin, ayo kita pergi."
"Sebaiknya Anda berhenti, saya berbicara seperti ini karena Anda lebih tua. Anda seharusnya lebih menjaga sopan santun." Shinwon menghempaskan cengkramannya.
"Sialan. Dasar anak tidak tahu diuntung! Dia sama saja dengan ibunya!" Pria itu memegangi lengannya yang kesakitan.
Jaesoo mengangkat dagu, menatap wajah pria yang menamparnya tadi. "Selalu saja bawa-bawa ibu. Sebelum jadi ibuku, dia kan istrimu."
Jaesoo melangkahkan kakinya pergi, yang segera disusul Shinwon. Sedangkan pria paruh baya itu hanya berdiri menahan amarahnya.
Shinwon menyodorkan sebungkus plester. Yang langsung ditolak dengan gelengan Jaesoo.
"Aku tau kamu tak merasa sakit. Tapi badanmu kan tetap saja sakit!" Omel Shinwon, yang langsung melekatkan plester di tempat Jaesoo ditampar.
"Lalu di mana kamu tidur malam ini? Mau ke rumahku?" Tanya Shinwon khawatir.
"Kau bodoh ya? Mau rumor nanti menyebar? Toh, malam ini ayah pasti sibuk di kantornya." Jaesoo menggeleng keras.
"Yakin tak apa-apa? Aku takut ayahmu memukulmu lagi." Shinwon memastikan. “Khawatirkan dirimu sendiri.” Jawab Jaesoo dingin.
Shinwon menghembuskan napas keras, wajahnya mendongak menatap daun hijau yang menjatuhkan dirinya. "Benar juga."
Cahaya terik yang terpancar dari sela-sela pohon tidak membuatnya terhalang menikmati langit musim panas. Walaupun sudah memilih tempat duduk di bawah pohon, hawa panas tetap membuat keringat mengucur. Beruntungnya, semilir angin masih memberi kesejukan yang mengobati.
"Hei…" Panggil Shinwon.
Shinwon melanjutkan, tanpa mengalihkan pandangannya dari langit, "Kamu ingat, 2 tahun lalu saat kita pertama kali bertemu? Tiba-tiba saja ingatan itu muncul ..."
***
Gadis yang berpakaian serba hitam itu menunduk suram, tatapannya kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...