By EDW2706
Aku masih memandangi sesosok gadis yang kini sedang duduk tepat di hadapannya dengan seksama. Semakin dilihat, keraguan malah semakin menggunung di benakku."Hyunggu-ah," kata itu tiba-tiba keluar dari mulut gadis tersebut
"Mwo?"
"Jinjja, aku serius dengan perkataanku tadi. Tak ada ruginya kan aku membantumu?"
Memang tak ada ruginya bila aku mengabulkan permintaannya. Masih banyak bunga yang harus ku kumpulkan di tamanku. Dengan dia membantuku tentu target bungaku akan semakin cepat terpenuhi. Namun, bolehkah dia membantuku?
"Kebunmu masih butuh banyak bunga, bukan? Ayolah mau ya, aku bantu. Jebal... kali ini saja."
"Bagaimana jika Appa tau? Masalah kebun, tenggat waktuku masih banyak."
"Semakin cepat terpenuhi bukannya semakin baik. Kau tak ingin pulangkah?"
Mendengar kata pulang, tiba-tiba badanku menjadi kaku. Tanpa aku sadari air mataku mulai menetes.
"Hyunggu, maaf bukan begitu maksudku," katanya ketika sadar bahwa perkataanya salah.
Perlahan dia memeluk tubuhku, berusaha menenangkanku.
"Aku tak ingin kau terjebak terlalu lama disini. Hanya 27 hari, sungguh hanya 27 hari saja. Setelah itu aku tak akan mengganggumu."
"Sungguh?" tanyaku setelah tangisku mulai mereda.
"Tentu."
"Bagaimana dengan Appa?"
"Aman."
"Apa ini tak melanggar aturan?" tanyaku lagi memastikan
"Tidak."
"Sungguh? Jangan berbohong."
"Tentu, kau tak percaya dengan diriku?"
"Tidak," kataku menggelengkan kepala.
"Ya... Kang Hyunggu!"
"Arraseo, aku akan percaya," kataku berusaha mengalah sambil tertawa melihat wajah memerahnya.
Sungguh menyenangkan melihat wajah memerahnya ketika dia kesal ataupun marah. Melihatnya bagai hiburan tersendiri bagiku yang hanya mengenal dia di dunia ini. Ya hanya dia yang ku kenal, karena nyatanya aku hanya orang asing yang mampir tanpa sengaja.
****
Day 1
Lama sudah ku menunggu gadis itu. Sudah hampir setengah jam dari waktu yang disepakati, tapi tak kunjung kulihat juga batang hidungnya. Aku sudah mulai kedinginan karena kencangnya hembusan angin musim gugur yang menyapa tubuhku. Aku pun mulai menyesali keputusanku tidak memakai baju berlengan panjang ketika berangkat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...