Falling in Life

53 6 0
                                    

🍁Oktober 2021🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁Oktober 2021🍁

Hui menatap pantulan dirinya di cermin sembari merapikan tuksedonya. Ia tersenyum, tak menyangka hari seperti ini akan datang di hidupnya. Tangannya merogoh saku celana lalu mengeluarkan selembar foto yang sudah usang dimakan waktu. "Aku melakukannya dengan baik kan?" ucapnya.

Pintu ruangan terbuka membuat Hui menoleh. Seorang gadis dalam balutan gaun pengantin menghampirinya, ia sangat cantik. Hui tersenyum menyambutnya.

"Oppa, terimakasih untuk semuanya," ucap gadis itu.

Hui mengangguk dan tersenyum. Ia menatap mata gadis itu lekat. Mata itu ... membawa pikirannya melayang pada peristiwa 6 tahun silam.

🍁Maret 2015🍁

Hui memejamkan mata merasakan rasa sakit yang tidak terkira dalam hatinya. Ia hancur. Belasan memori yang pernah ia lewati dulu berkelebatan dalam benaknya. Ia sudah cukup hancur ketika dulu ditinggal oleh orang tuanya, dan hari ini Tuhan kembali mengambil seorang yang berharga dalam hidupnya. Sahabat yang paling disayanginya pergi karena kecelakaan yang ia alami bersamanya. Kenapa tidak ia saja yang mati dalam kecelakaan itu?

Hui menatap ke bawah, pada lalu lalang kendaraan yang tak terdengar ramainya dari atas sini. Jika ia melompat dari atap rumah sakit ini sudah pasti tubuhnya akan hancur. Ia akan merasakan sakit sebentar lalu setelah itu pergi meninggalkan hidupnya yang penuh dengan luka. Hui melangkah ke depan, jika ia mengambil satu langkah lagi semua ini akan berakhir. Hui memejamkan mata, mengambil satu langkah dan-

Dugh

Aw

Seseorang menarik tubuhnya ke belakang, membuat ia terjatuh menimpa tubuh orang yang menariknya. Hui segera menjauh mendengar orang tersebut meringis.

"YA! KAU GILA?" Seseorang yang tadi menarik tubuh Hui itu berteriak marah. Ia adalah seorang wanita yang kelihatannya seumuran dengan Hui.

"Kau ingin mengakhiri hidupmu begitu saja?"

Hui terkekeh sumbang mendengar kata-kata itu, "Untuk apa juga aku hidup? Bukankah lebih baik mati? Dengan begitu aku bisa bertemu dengan orang tua dan sahabatku yang sudah Tuhan ambil kan?"

"Ya! Kenapa kau berpikir sedangkal itu? Jika kau mati dengan cara seperti itu apa Tuhan akan menerimamu? Apa orang tua dan sahabatmu akan senang melihat kau mati dengan cara seperti itu?"

Hui diam.

"Hiduplah dengan baik sampai Tuhan memanggilmu, agar orang tua dan sahabatmu senang melihatnya dari sana dan Tuhan akan menerima kematianmu dengan baik."

Sudut Frasa SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang