By Azaleamuly05
Alone
Suara ketikan keyboard menggema di sebuah ruangan sepi yang dipenuhi lemari berisi ragam buku di dalamnya. Si penghuni sesekali terlihat menyesap minumannya yang sudah dingin karena suhu sangat rendah walau jendela ruangan sudah terkunci rapat. Saat sedang serius memperhatikan layar suara batuk dari ruang sebelah beberapa kali menyapa telinganya."Sebentar Appa!" seru penghuni itu seraya bangkit dan bergegas.
Ia menuju dapur untuk mengambil minuman hangat karena mungkin minuman di kamar appa-nya sudah dingin. Ia mengetuk pintu kamar beberapa kali lalu masuk dengan perlahan. Sang anak meletakkan gelas berisi air hangat di atas nakas lantas membantu lelaki berusia kisaran 50 tahun itu untuk duduk dan minum.
"Minji, di mana Hui?" tanya Appa.
Minji terlihat bingung untuk menjawab, tak mungkin kan ia bilang bahwa adiknya sedang berpacaran? Alih-alih menenangkan Minji tersenyum hangat.
"Hui pasti sedang bekerja, Appa. Minji pamit kembali, jangan lupa sebentar lagi waktunya minum obat," pungkas Minji.
Saat akan keluar sebuah perkataan dari Appa menghentikan langkahnya.
"Appa akan membagikan warisan pada kalian sore ini, pastikan Hui datang!" perintahnya.
Minji menghela napas panjang. Hui, adik tak tau diri itu tak mungkin datang walau semua warisan akan diberikan padanya. Mungkin Hui akan benar-benar pulang jika appa-nya itu sudah tinggal nama. Minji sendiri tak tahu kenapa adiknya bersikap tak acuh pada Sang Appa sejak lima tahun lalu.
"Nee, arraseo," jawab Minji sambil menoleh dan mencoba tersenyum.
Minji langsung keluar dari kamar Appa menuju ruangan tadi. Ia duduk di tempat yang sama beberapa menit lalu. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
"Deadline sama keadaan nggak bisa diajak kerja sama banget sih," gerutu Minji.
Ia adalah seorang penulis yang cukup terkenal di negeri ini, hampir setiap setahun dua kali ia meluncurkan karyanya pada publik. Walau hanya satu atau dua buku yang mendapat gelar Best Seller, tetapi banyak orang yang menyukai karyanya dan mendukungnya. Sudah setahun berlalu sejak appa tirinya sakit, ia belum bisa kembali meluncurkan bukunya. Penerbit yang menandatangani kontrak dengannya memberi waktu sampai pekan besok, jika sampai melebihi maka kontrak dibatalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...