I'll Stay With You (Winter)

29 6 1
                                    

By KurokoShuyaku

Kulitku membeku tatkala merasakan suasana kelas yang semakin dingin dan mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kulitku membeku tatkala merasakan suasana kelas yang semakin dingin dan mencekam. Sekarang sudah memasuki musim di mana salju turun dengan lebatnya dan menyebabkan badai di berbagai daerah, wajar jika aku merasa kedinginan. Tadinya kupikir begitu, tetapi rasa dingin yang kini kurasakan tidak seperti rasa dingin musim salju pada umumnya. Seolah-olah kamu bisa mati dimakan oleh rasa dingin ini.

Dari jendela kelas dapat kulihat salju menumpuk. Ada yang sedikit hanya sampai mata kaki, ada yang tebal hingga menutupi betis. Kaca jendela pun sudah mulai sulit tuk dilihat karena embun terus menutupinya. Aku seharusnya pergi sekarang, sebelum salju semakin parah.

Tetapi entah kenapa, rasanya agak sayang jika aku pergi begitu saja meninggalkan sekolah ini. Ingin rasanya aku berkeliling sekali lagi sebelum aku pergi.

Greeek

"Hah?"

Suara pintu terbuka memecah lamunanku. Seorang pria memasuki ruang kelas. Aku tidak bisa mengenalinya sebab dia menggunakan topi, jaket tiga lapis, serta sarung tangan. Sepertinya dia tidak suka dingin? Tapi bukannya itu terlalu berlebihan?? Apa dia tidak merasa sesak???

"Oh. Hai?"

Belum selesai aku bertanya pada diri sendiri, tiba-tiba pria itu menyapaku. Suaranya manis dan sangat hangat. Entahlah, aneh ya, masa aku bisa merasa hangat hanya karena suara seseorang?

"Heeyyyy????"

Aku sedikit terkejut, perlahan kulihat seisi kelas dan memang hanya ada aku sendiri. Aku menunjuk wajahku, "aku?" Tanyaku sedikit linglung.

Ia tertawa keras lalu melepas topinya. Rambut coklatnya mengembang seperti adonan kue yang baru keluar dari oven, lucu sekali. Kulitnya pucat kemerahan, sepertinya dia benar-benar tidak tahan dingin. Dia melambaikan tangannya lagi setelah menaruh topinya ke saku jaket. Dia benar-benar anak yang ramah sampai aku merasa aneh dibuatnya.

"Lagi ngapain? Kok belum pulang?" Dia bertanya lagi menyiratkan rasa khawatir.

Aku mengangkat alis. "Memangnya kamu kenal aku?"

"Enggak tuh."

"Terus, kenapa kamu peduli?"

"Yah.."

Dia terlihat berpikir keras. Bahkan saat berpikir pun dia terlihat lucu. Bagaimana mungkin?

"Kurasa tidak perlu alasan khusus untuk peduli dengan seseorang?"

Dia balik bertanya dengan nada heran. Ah, benar juga.

Aku menatapnya lagi, berusaha mengingat-ingat siapakah orang ini. Selama bersekolah aku memang tidak begitu memiliki banyak kenalan, tetapi anehnya aku merasa familiar dengan manusia di hadapanku ini.

Sudut Frasa SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang