"When someone says autumn is the most beautiful season, but for me this season is the thing I hate the most in my whole life. (Ketika seseorang mengatakan musim gugur adalah musim yang paling indah, namun bagiku musim ini adalah hal yang paling ku benci seumur hidupku.)"
-- Kim Nayoung --
🍁🍁🍁
Sejong University, Seoul, South Korea
"Step by Step… One step… Two step… Go!! One… Two… Three… Four… Five… Six… Seven… Eight!!!"
"Okay, kerja bagus hari ini," ujar pelatih koreografi yang mengajar seluruh Mahasiswa Jurusan Dance di Universitas Sejong.
Seorang pemuda terlihat mengatur napasnya kelelahan. Keringat meluncur dari kepala hingga tubuhnya. Pemuda itu sedang berjuang untuk menjadi penari yang handal di masa depan, menjadi dancer yang bertalenta.
Laki-laki itu melangkah menuju ke tempat istirahat, lalu membuka loker pribadinya untuk mengambil sesuatu. Setelah menutup kembali pintu loker dan menguncinya, ia kemudian meninggalkan ruangan tersebut menuju parkir mobil. Tak jarang ia melemparkan sebuah senyuman ketika berpapasan dengan teman satu angkatannya.
"Hyunggu-ya!!!!" teriak seseorang yang berlari ke arahnya.
Pemilik nama itu mendengus kesal ketika mendengar nama kecilnya dipanggil. Tanpa dilihat, dirinya sudah hafal pemilik suara itu.
"Ya!!! Hoetaek-ah. Jangan memanggilku seperti itu!!" ketusnya tak terima.
"Kau juga yang memanggil nama asliku, bodoh," elaknya.
Kedua pemuda itu lalu berjalan beriringan menuju keluar kampus. Mereka adalah Kang Hyunggu dan Lee Hoetaek yang memiliki nama panggilan Kino dan Hui. Mereka memang selalu bersama setiap harinya. Mereka satu fakultas namun beda jurusan. Kino mengambil Jurusan Tari, sedangkan Hui mengambil Jurusan Vokal. Mereka sudah bersahabat dekat sejak kecil. Bahkan kedua orang tua mereka sudah terbiasa dengan keakraban keduanya.
"Kino-ya, apa kau sibuk hari ini?" tanya Hui ketika ia memasuki mobil milik Kino.
Kino berpikir sejenak.
"Eobseo, Wae?" tanyanya.
"Temani aku ke toko buku. Ada yang ingin aku beli di sana," jawab Hui sambil memasang sabuk pengamannya.
"Aigoo... Aku penasaran sudah berapa banyak buku yang kau beli menumpuk di rumahmu, Hyung," ucap Kino heran.
"Aku membeli karena aku butuh ide dari cerita di buku untuk dijadikan sebuah lagu," jelas Hui.
Hui sangat handal dalam menciptakan sebuah lagu, atau bisa juga dirinya disebut sebagai komposer. Kino sangat kagum dengan bakat Hui.
"Aku kagum dengan bakatmu, Hyung," puji Kino yang kemudian melajukan mobil menuju tempat yang dituju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...