Musim panas di Seoul selalu terasa begitu panas. Tidak ada yang mengerti mengapa ibukota negara Korea Selatan itu begitu panas dikala suatu musim yang selalu dinanti-nanti. Anak muda, dewasa, anak-anak bahkan lansia sekali pun, selalu menganggap musim panas adalah liburan terbaik setiap tahunnya.
Yeo Changgu, juga menjadi salah satunya. Berkuliah merupakan suatu momok melelahkan baginya namun juga suatu keputusan yang dia rasakan adalah keputusan terbaik di dalam hidupnya. Changgu berkuliah di jurusan seni, bercita-cita menjadi seniman handal dengan prestasi yang menampilkan sisi keindahan, adalah impiannya.
Oleh karenanya, dia tidak pernah menyerah karena mimpinya itu. Selesai dengan urusan memandikan badan dan bersih-bersih, dirinya memutuskan memilih pakaian untuk hari ini. Kaus biru pastel dengan celana jins yang melapisi kakinya, adalah pilihan terbaik untuknya hari ini. Jangan lupakan, kardigan tipis berwarna biru tua yang lengannya digulung ke atas menyempurnakan penampilannya hari ini.
Changgu tak pernah merasa begitu bergairah. Apakah karena pengaruh musim panas membawa dirinya menjadi lebih bersemangat? Changgu tidak tahu. Tapi, dia suka dirinya yang bersemangat.
*
Pukul setengah sepuluh pagi, Changgu sudah tiba di kafe langganannya yang biasa ditempuh selama sepuluh menit dari apartemen yang dia sewa untuk tempat tinggalnya dengan berjalan kaki.
Pintu kaca yang mempunyai bel sebagai penanda jika seseorang memasuki kafe, membuat seorang pegawai dengan rambut hitam dan wajah jenaka, mengalihkan pandangannya dari mesin penggiling kopi.
Changgu masuk perlahan, dengan kamera yang menggantung dari lehernya dan berjalan perlahan-lahan menuju ke kasir. Lelaki dengan senyum jenaka di wajahnya, buru-buru menghampiri setelah mengelap tangannya supaya bersih.
"Changgu, sobatku! Tumben sekali, bro?" katanya ramah. "Ada tugas?"
Changgu, jelas-jelas mengangguk. "Ya...begitulah. kafemu sedang kosong, ya? Bisa buatkan untukku iced-coffe latte yang biasanya."
Shinwon mengangguk. "Duduk saja dulu,"
Manik kakao miliknya mengitari kafe yang menjadi langganannya itu. Dan berhenti pada meja nomor sebelas yang berposisi di dekat jendela yang bila dirimu menengok keluar, maka jalanan yang dilalui oleh orang-orang adalah pemandangan yang kamu temui bila ramai dan bila sedang sepi, jajaran berturut-turut toko bunga, toko kue dan toko buku kecil adalah jawabannya. Biasanya bangku nomor sebelas selalu kosong di bawah jam sebelas pagi, dan yang lebih aneh, kini sudah terisi.
Seorang perempuan dengan rambut yang dikuncir kuda asal-asalan, dengan laptop yang terbuka dengan tumpukan kertas yang mengelilinginya. Oh, juga sebuah binder berwarna hitam yang terbuka dan pena yang sedang dipegangnya. Perempuan itu pasti sedang belajar aatu mengerjakan sesuatu, pikir Changgu. Dan lebih anehnya, sekarang hari libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Frasa Semesta
FanfictionTidak peduli sesederhana apa pun sebuah peristiwa, semesta tetaplah menjadi saksi utamanya. Saat harapan digantungkan, ketulusan tergadaikan, atau justru kesedihan menjadi kemurnian hati menggapai kebahagiaan, empat musim yang bersisian selalu tepat...