- O.7

201 37 0
                                    

Malam hari ini Alvaro memilih menuntun sepedanya, ditemani Mora yang berjalan di sebelahnya. Sebenarnya Mora tadi sudah memaksanya untuk menaikinya, dan dia bisa menghilang. Tetapi Alvaro menolaknya, karena suasananya benar-benar enak digunakan untuk jalan kaki.

"Apa ga pegel jalan kaki jauh gini?"

Alvaro menggeleng, "Sebelum punya sepeda ini gua udah sering jalan kaki kemana-mana, jadi ya udah biasa"

Mora mengangguk paham. Alvaro hanya tersenyum tipis melihat reaksi kecil gadis di sebelahnya.








Alvaro memarkirkan sepedanya di halaman rumahnya, dan gadis di belakangnya dari tadi tiba-tiba menjadi diam. Alvaro menoleh, melihat Mora yang menatapnya was-was.

"Kenapa?"

Mora menghela napasnya, "Ada yang aneh, hawanya ga enak"

Alvaro mengedarkan pandangannya. Memang saat masuk ke halaman rumahnya, suasana terasa lebih mencekam dan hening seketika. Baru saja hendak kembali menfokuskan pandangan ke gadis di sebelahnya, tiba-tiba suara teriakan Mora memecahkan lamunannya.

"Awas!!"

Alvaro terkejut saat melihat gumpalan berwarna hitam berdarah tepat di depan kakinya setelah ditangkis Mora tadi. Alvaro langsung menoleh ke Mora. Iris mata gadis itu terlihat mengkilat berwarna ungu.

"Medusa mengirim mereka buat nyerang kita. Lo bisa masuk dulu?"

Otak Alvaro mendadak blank. Dia menatap Mora sekali lagi. Mora hanya mengangguk menyakinkan pandangan khawatir itu.

"Mereka masih termasuk makhluk lemah. Gua bisa tanganin mereka sendiri. Cepet masuk!"

Alvaro langsung mengangguk dan berlari ke dalam rumahnya. Sebelum sempurna menutup pintu, Alvaro tidak sengaja melihat perubahan Mora yang dia kenal. Rambut gadis itu berubah menjadi warna seperti es, dengan dress hitam unik dengan busur besar di tangannya. Alvaro juga melihat benda berkilatan di punggungnya, seperti itu panahnya. Bahkan Alvaro juga melihat beberapa gumpalan hitam itu terdiam di udara sebelum terbakar dan menghilang.

Tubuh Alvaro langsung ambruk setelah menutup pintu. Terkejut? Jelas. Dia tidak menyangka bisa melihat semua itu. Mungkin perubahan yang dilakukan Mora tidak sepenuhnya membuat dirinya terkejut. Tetapi aksi gadis itu, membuat musuhnya membeku sebelum terbakar itu benar-benar membuat tubuh Alvaro merinding. Dia bahkan sampai beberapa kali menggosok tubuhnya agar bulu kuduknya tidak berdiri, tetapi mustahil.













Suara ketukan pintu terdengar beberapa menit setelah Alvaro mulai tenang. Dia berjalan dari sofa, sebelum membukakan pintu. Terlihat jelas Mora dengan senyumnya yang tampak biasa, masuk rumah dengan normal seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan gadis itu sudah berubah kembali normal seperti sebelum ada makhluk aneh tadi. Alvaro sampai dibuat tercengang karenanya.

"Sesantai itu?"

Alvaro mengerjapkan matanya melihat Mora yang benar-benar kembali normal. Mora tertawa melihat reaksi terkejutnya.

"Kalo sama makhluk kayak jelly tadi mah kecil. Tapi jumlahnya ga kecil, jadi butuhin beberapa waktu buat habisin mereka"

"Ga capek?"

Mora hanya tersenyum sebagai jawaban. Alvaro mengusap wajahnya kasar. Astaga jiwanya masih terkejut sampai detik ini.

"Kayaknya masalah Siren mutiara itu besok pagi aja bahasnya, mending sekarang lo istirahat. Gua juga pusing banget ini"

Mora mengangguk–mengiyakan perintah Alvaro. Dia melihat Alvaro berjalan lemah ke arah kamar. Diam-diam tertawa saat laki-laki itu sudah menghilang dibalik pintu kamarnya. Ternyata Alvaro tadi menyaksikan aksi kecilnya melawan makhluk aneh itu. Pantas saja sampai syok begitu.













SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang