- O.9

192 31 0
                                    

Hari semakin malam, tetapi belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Beberapa pengunjung juga memilih menerobos hujan atau meminta jemputan. Dan hanya menyisakan ketiga orang di dalam kafe ini. Ya siapa lagi kalau bukan Aksa, Alvaro dan Mora.

Alvaro menoleh ke Mora yang sedang meletakkan kepalanya di meja, sembari mengaduk-aduk lattenya. Dia kemudian melirik ke Aksa yang sedang sibuk dengan ponselnya. Alvaro tiba-tiba teringat dengan surat pengunduran dirinya. Dia beranjak dan mengambil surat itu.

"Sa?"

Aksa menoleh sambil mengangkat alisnya.

"Ha? Apaan?"

"Nih" Ucap Alvaro sambil menyodorkan kertas ke arahnya.

"Apa nih?"

"Surat pengunduran diri" Ucap Alvaro santai sambil duduk kembali ke tempatnya.

Aksa melotot, "Sumpah? Anjir tega banget lo ninggalin gue sendiri?!"

Alvaro menatap Aksa datar, "Alay banget dah? Ntar juga ada orang lain yang gantiin gua"

Aksa mendengus. Kemudian meletakkan kasar surat itu di meja.

"Ketemu orang baru lagi? Napa sih tiba-tiba banget ngundurin diri? Gara-gara ujian? Kan bisa balik lagi nanti?"

Alvaro menggeleng, kemudian melirik ke Mora yang tidak menunjukkan pergerakannya. Sepertinya gadis itu tertidur. Aksa yang melihat arah pandang Alvaro, tiba-tiba menghela napasnya.

"Lo mau nikah sama dia atau gimana?"

Perkataan Aksa barusan langsung mendapatkan pukulan dari Alvaro.

"Mulut lo! Ya kali!" Dengus Alvaro.

"Aduh!! Ya gatau. Terus kenapa?"

Alvaro menghela napasnya panjang.

"Gua bakal balik ke rumah awal"

Aksa yang mendengar itu langsung terdiam.

"Ya udah deh. Nanti gue sampein ke bos. Lo jangan lupa sering-sering ke sini!"

Alvaro tertawa, "Iya kalo luang gua ke sini! Jangan nangis lah gua cuma pindah bukan mati"

Alvaro langsung mendapat pukulan dari Aksa. Keduanya kemudian sama-sama tertawa. Mora yang memang ketiduran, tak sengaja terbangun saat keduanya berbincang tadi. Senyumnya muncul. Melihat hangatnya pertemanan mereka yang sudah seperti keluarga. Dia ikut senang.














Tepat tengah malam, hujan perlahan berhenti menyisakan rintik-rintik air yang turun teratur. Mora memperhatikan langit yang mulai mereda. Tangannya terbuka menerima rintikan manis langit. Tiba-tiba sebuah payung menghalangi hujan menimpa tubuhnya. Mora menoleh, melihat Alvaro yang tengah melihatnya.

"Ngapain hujan-hujanan?"

Mora menggeleng, "Gapapa pengen aja. Udah lama juga ga ngerasain hujan di bumi"

Alvaro menggelengkan kepalanya. Ujung bibirnya terangkat. Wajah Mora yang begitu antusias melihat buliran air, benar-benar menggemaskan.

"Kalian pulang kapan?"

Alvaro menoleh ke Aksa yang baru saja mengunci kafe.

"Abis ini. Lo dah mau balik?"

Aksa mengangguk, "Adek gua sendirian di apart. Gua duluan ya? Sampai ketemu lagi Varo, Morana"

Mora tersenyum saat Aksa meninggalkan area kafe dengan motornya. Sekarang beralih ke Alvaro. Mora tersenyum.

"Mau jalan sekarang? Atau mau menghilang aja biar ga keujanan?"

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang