Mora tersenyum sembari melihat langit yang semakin menggelap. Berjalan pelan menuju ke arah pusat kota untuk membeli kalung baru untuk Alvaro, atau Savero? Entah kenapa suasana hatinya sangat cerah setelah melihat Alvaro berubah tadi. Melihat reaksinya saja bisa membuat perutnya tergelitik. Benar-benar lucu.
Kaki Mora masuk ke salah satu toko. Dia berjalan pelan, melihat-lihat beberapa kalung perak yang dipajang. Matanya tiba-tiba berhenti ke salah satu kalung dengan liontin yang terlihat kosong, hanya berisi tempat untuk liontinnya. Kelihatannya sih, sepertinya cukup untuk tempat mutiara Alvaro. Mora langsung memanggil pegawai penjaga kemudian melihat kalung tersebut.
"Ini memang gada liontinnya?"
Pegawai itu mengangguk, "Karena ada beberapa pelanggan yang ingin memasang liontin sendiri, jadi toko kami menyediakan kalung tanpa liontin"
Mora mengangguk paham, "Ya udah aku ambil yang ini"
Pegawai itu tersenyum kemudian segera mengemas kalung itu. Mora langsung memberikan sejumlah uang saat barang itu selesai dikemas, kemudian berjalan kembali ke rumah Alvaro.
Alvaro masih diam. Meneliti sirip ekornya dari ujung ke ujung. Tidak aneh sih, hanya saja yang aneh dia tidak bisa merasakan kedua kakinya lagi, dan digantikan dengan ekor ini. Alvaro menghela napasnya. Benar-benar seperti haus saat ekornya kering. Dia segera menarik gayung dan membasahi ekornya. Rasanya segar. Dia melihat mutiara yang dia letakkan agak jauh darinya. Memang benar sepertinya dia masih harus memakai mutiara itu.
Suara pintu tertutup terdengar sampai kamar mandi. Sepertinya Mora sudah pulang. Tidak lama terdengar ketukan pintu kamar mandi, dan disusul oleh masuknya gadis itu.
"Ganggu?"
Alvaro menggeleng, "Udah dapet?"
Mora mengangguk, kemudian mengeluarkan kalung dari kotak di tangannya.
"Mana mutiaranya, biar gua pasang"
Alvaro menunjuk benda berwarna kebiruan itu, lalu diambil Mora.
"Wah beneran bisa masuk! Sini agak geseran ekornya biar gua pasangin"
Alvaro pun menuruti perintah Mora dan membiarkan gadis itu memasang kalung ke lehernya. Saat kalung mutiara itu terpasang, kakinya kembali muncul menggantikan ekornya. Dia tersenyum tipis, kemudian menoleh ke Mora.
"Kalo gini gua kudu siap balik ke laut ya?"
Mora tersenyum kecil, "Kalo belum siap gapapa kok. Masih ada kurang lima puluh hari lagi"
Alvaro terkekeh kecil. Mora hanya tersenyum kemudian membantunya berdiri.
"Mau ga kenapa gua takut laut atau pun air yang dalem?"
Mora menggeleng, "Kayaknya berhubungan sama ayah manusia lo?"
Alvaro menjentikkan jarinya, "Bener. Ayah gua bilang dulu pas kecil gua hampir tenggelam di laut. Jadi gua trauma sama laut. Ayah juga ngelarang gua deket-deket sama laut"
"Kayaknya itu bukan alesan yang bener. Ayah manusia lo jauhin lo sama laut biar bau khas putra mahkota Siren tidak tercium sampai ke kerajaan Siren atau juga bisa ayah lo gamau Medusa tau"
Alvaro mengangguk, "Kayaknya sih"
Keduanya sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Mora yang mendengarnya terlebih dahulu langsung membukanya.
"Siang Mora! Mana nih Varo?"
Alvaro yang sudah hafal dengan warna suara ini hanya melambaikan tangan ke orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIREN | Soobin ✓
FanfictionAlvaro yang berulang kali bermimpi buruk tentang makhluk laut mitologi menyerupai duyung, yaitu siren. Dan kedatangan tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai putri dewa Poseidon yang bertugas memberitahu identitas aslinya untuk menghentikan ramalan...