- 35

105 18 0
                                    

Alvaro berenang pelan memasuki istana Siren. Tetapi dia merasakan kehadiran seseorang asing di sini. Alvaro memelankan dayungan ekornya, dan mendekati arah aula istana. Alvaro mengintip sedikit. Dia terkejut, melihat Brian ada di sini dan tengah berbicara dengan ratu Siren.

"Iyaa. Maaf ya Saveronya belum pulang"

"Iya gapapa kok. Aku pulang dulu ratu"

Alvaro terkejut saat Brian tiba-tiba pamit. Lalu Alvaro berenang sekuat tenaga sebelum laki-laki itu keluar dari aula.

Alvaro mengatur napasnya, sambil melirik ke jendela kamarnya. Dia melihat Brian berjalan pelan keluar dari istana, sebelum menghilang di halaman istana. Alvaro menarik napasnya panjang. Apa yang dilakukan laki-laki itu di sini?

Alvaro menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Dia baru sadar, tadi dia sempat merasakan aura Brian di sini. Alvaro menarik napasnya. Apa yang sebenarnya terjadi sih? Kenapa tiba-tiba dia bisa merasakan aura lagi? Padahal dia sama sekali belum meyakinkan dirinya untuk memilih di antara pilihan itu...

Alvaro mendengus. Memilih menarik buku-buku di meja yang sempat dia baca kemarin. Otaknya yang menyuruh membuka buku-buku itu. Dia juga tidak tau, sepertinya ada bagian penting yang terlewat dari buku itu.

Membuka halaman demi halaman. Alvaro mengerutkan keningnya, saat melihat suatu kalimat yang sepertinya sama persis dengan keadaannya sekarang. Kekuatan merasakan aura bisa kapan saja hilang jika keyakinan diri menurun. Dan Alvaro tengah merasakan itu.

Bukan hanya itu, kekuatan itu juga bisa hilang sementara jika kepercayaan diri seseorang berkurang. Kekuatan ini bisa dikendalikan lewat hati atau pikiran. Cara pemulihannya juga cukup mudah. Hanya cukup fokus dengan tujuan utama dan menghilangkan rasa tidak yakin di hati maupun pikiran.

"Jadi kalo gua ga yakin tentang masalah itu, kekuatan ini bakal hilang?"

Alvaro menutup buku itu, lalu ekor matanya tak sengaja melirik ke jendela kamarnya. Dia melihat bayangan seseorang yang baru saja meliriknya. Alvaro mengangkat satu alisnya. Siapa yang melihatnya dari lantai empat istana kecuali makhluk laut?

Alvaro mendekati jendela kamarnya, lalu membukanya. Hampir saja dia jantungan karena melihat seseorang yang datang. Seseorang itu bahkan dengan santainya tersenyum sambil memamerkan gigi-giginya.

"Ish! Bisa gasih kalo dateng lewat pintu utama?! Bikin jantungan mulu"

Noel, demigod putra Hecate satu itu hanya tersenyum lebar kemudian masuk tanpa ijin ke kamar Alvaro. Sang pemilik kamar hanya bisa menghela napasnya panjang.

"Ada apa sih? Ini kedua kalinya gua liat lo kayak tadi"

Noel dengan cepat mengeluarkan sesuatu dari kantungnya.

"Lo tau ga ini milik siapa?"

Alvaro mengangkat alisnya. Melihat benda seperti gelang dengan permata merah mengelilinginya, menggantung di tangan Noel.

"Gatau. Lo nemu dimana?"

"Gue kan ada tugas ngajarin demigod baru di darat. Nah jelas gue nyari tempat yang sepi dari jangkauan makhluk lain kan ya? Gue bawalah mereka ke hutan perbatasan dunia vampire sama werewolf, karna jarang banget tempat itu dilalui makhluk lain"

"Terus?"

"Kan salah satu tongkat demigod yang gue ajar jatuh ke jurang. Gue perwakilan yang punya sapu terbang ya kudu ngambilin kan? Terus gue nemu nih gelang nyangkut di sebelah tongkat. Aura yang bisa gue rasain minim banget, makanya gue bawa ke lo kali aja lo bisa ngerasain ini milik siapa. Gue takut tuh orang kenapa-napa"

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang