- 16

146 24 0
                                    

Malam ini rumah Alvaro benar-benar sepi. Alvaro sendirian, menyeduh kopi sambil mengirimkan pesan ke teman-temannya. Mora melarang Alvaro pergi keluar. Dia tidak tau alasannya, tetapi wajah gadis itu seolah mengatakan semuanya. Alvaro hanya tau, jika keadaan di luar tidak memungkinkan untuk keselamatannya

Alvaro menghela napasnya. Melihat ke arah kamar Mora yang dari tadi tertutup rapat. Tidak ada suara, entah apa yang dilakukan gadis itu di dalam. Alvaro takut, gadis itu tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Alvaro memberanikan diri mengetuk pintu kamar Mora, setelah berulang kali memikirkan apa yang terjadi. Ketukan pertama sampai ketiga, tidak aja jawaban. Ketukan keempat, dia bisa merasakan pergerakan kecil dari dalam. Tak berselang lama, pintu terbuka. Menampilkan Mora yang menatapnya lemah.

"Kenapa? Lo gapapa?"

Mora tersenyum, kemudian menggeleng kecil.

"Gapapa"

Alvaro menatap gadis itu tidak yakin, "Jujur"

Mora kembali menatap Alvaro, lalu mengangguk.

"Beneran?"

"Iya Samudera"

Alvaro menghela napasnya. Mengambil satu tangan Mora. Mora menunduk, melihat tangannya digenggam laki-laki di depannya. Hangat.

"Kalo ada apa-apa ngomong jangan dipendem sendiri. Ada gua di sini, lo ga sendiri"

Mora mendongak. Melihat laki-laki yang berbeda beberapa centimeter darinya itu, sedikit menunduk melihatnya. Mora tersenyum.

"Makasih. Tapi beneran kali ini gapapa"

"Beneran"

"Iya ih ga percaya"

Alvaro mengangguk. Sekilas mengacak rambut gadis di depannya, sambil melayangkan senyuman.

"Mau makan? Lo belum makan dari siang"

Mora menggeleng, "Ga laper. Beneran"

Alvaro menghela napasnya. Tatapan Mora terlihat meyakinkan. Alvaro tersenyum.

"Ya udah. Kalo mau apa-apa bilang ya?"

Mora tersenyum. Melihat Alvaro membuat hatinya menghangat. Sebelumnya dia tidak pernah bertemu laki-laki asing yang membuatnya lebih merasa seperti ini. Bahkan orang terdekatnya yang mempunyai hubungan darah saja tidak pernah memperhatikannya seperti ini. Mora beruntung mendapatkan tugas ini dan bertemu laki-laki seperti Alvaro.

















Sekolah terlihat lebih sepi hari ini. Hanya kelas dua belas yang masuk untuk pemberitahuan wisuda. Kelima laki-laki itu memilih ke kantin setelah pemberitahuan. Alvaro terlihat lebih diam dari biasanya. Rasi yang menyadari lebih awal langsung mengode yang lain.

"Lu kenapa dah? Sakit gigi? Apa sariawan?"

Alvaro menggeleng, "Gapapa. Males ngomong aja"

Kan jawabannya sama kayak tadi.

"Abis wisuda langsung balik?"

Alvaro mengangguk, "Gua ga mau waktunya Mora habis"

Keempat laki-laki itu saling melirik. Ada yang aneh.

"Jujur aja nih.. gua liat kalian berdua kayak ada sesuatu"

"Siapa?" Tanya Alvaro ke Rasi.

"Ya siapa lagi kalo bukan lo sama Mora"

Alvaro mendengus, "Sesuatu apaan. Aneh-aneh aja"

"Kan"

Rasi melirik ketiga laki-laki lain. Athan langsung mendekatkan kursinya ke arah Alvaro.

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang