- 21

126 21 0
                                    

Alvaro terkejut saat mendengar suara petir. Dia melihat ke sekelilingnya yang menggelap. Ini masih pagi, kenapa sudah seperti malam? Alvaro bergerak dari kursinya. Berjalan menyalakan lampu dan berjalan ke arah balkon. Suasana dalam laut benar-benar gelap sepertinya malam hari. Dia mendongak, langit sangat gelap dengan beberapa petir menyambar. Sebenarnya ada apa ini?

Alvaro memilih pergi ke ruangan ratu Siren. Mengetuk beberapa kali, sebelum pintu terbuka. Ratu Siren menyambutnya hangat dan langsung menyuruhnya masuk.

"Kenapa? Ada yang mau ditanyain ke bunda?"

Alvaro mengulum bibirnya. Kemudian menunjuk ke arah langit.

"Ini biasa terjadi atau lagi ada sesuatu di atas sana?"

Ratu Siren terdiam. Dia juga bingung kenapa keadaan tiba-tiba terlihat mencekam. Ratu melihat ke Alvaro, lalu tersenyum.

"Bunda juga gatau. Ini jarang banget terjadi"

"Jadi ada sesuatu di atas sana?"

Bunda menggeleng, "Bunda ga bisa mastiin itu"

Alvaro menghela napasnya. Perasaannya benar-benar tidak enak. Dia langsung pamit ke bundanya, dan kembali ke kamar. Pandangannya langsung terpaku ke mawar es pemberian Mora. Mawar itu terlihat mengkilat karena terkena cahaya petir. Persis saat di pantai kemarin, mawar itu seperti mengeluarkan cahaya saat Mora berubah. Sepertinya benar ada sesuatu di atas sana.



















Petir menyambar merobohkan beberapa pohon. Bahkan ada satu rumah milik demigod keturunan Apollo ikut terkena imbasnya. Untung saja hanya retak di bagian atas bangunan, tidak sampai terbakar. Ada satu benteng tempat berlatih juga retak karena terkena serangan petir.

Lorcan mengatur napasnya, sembari memegang tangan kirinya yang tidak sengaja terkena petir Mora. Gadis itu sangat kuat. Dia belum sempat menghindar dari depan, tiba-tiba dari atas datang petir lain. Untung saja Zeus cepat menghadang serangan Mora, jika tidak mungkin dia akan mati di tangan gadis itu.

Mora mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia tertawa saat melihat Zeus sudah mengeluarkan pedang petirnya. Bahkan beberapa kali menyerang dengan petir, tapi tidak berhasil. Petir-petir itu malah memantul dan menyambar benda di sekitarnya.

Zeus menyuruh Lorcan muncur. Karena Mora sudah benar-benar berubah. Lorcan hanya diam, masih di tempat sambil memperhatikan gadis itu.

"Athanasia sadar!"

Mora menatap dewa Zeus, kemudian tertawa.

"Apanya yang sadar? Bukankah kalian yang harus sadar dengan keberadaan ku di sini?"

Petir lagi-lagi menyambar dari tubuh Mora. Gadis itu tidak menggunakan apapun untuk mengeluarkan petir, dan secara alami keluar dari tubuhnya. Tekanan emosi tinggi, membuat petir keluar dan menyambar secara tak terkendali.

"Aku ga pernah minta apapun ke kalian. Cukup hargai keberadaanku di sini. Aku ngelakuin tugas jaga dan melatih para demigod, ga pernah ngelanggar. Aku bahkan sesekali nerima dengan sukarela, tugas untuk ke darat tanpa lupa kewajibanku di sini. Tapi apa? Kalian selalu nganggep aku ga ada"

"Aku mati-matian hidup di sini sama demigod lain. Para keturunan lain dengan enak hidup di istana milik orang tuanya masing-masing, sedangkan aku menginjakkan kaki di rumah sendiri aja langsung diusir. Dianggep anak ga guna. Terus selama ini aku ngapain di sini? Leha-leha kayak yang lain? Enggak!!"

Ucapan Mora terdengar sendu, tetapi terpancar aura marah di matanya. Dewa Zeus benar-benar diam, membiarkan putri bungsunya itu berbicara sesuai dengan hatinya. Lorcan juga ikut diam. Menatap mata penuh kebencian sekaligus kesedihan itu.

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang