Tiga tahun terasa begitu lama. Hari-hari berganti dengan begitu berat dan penuh dengan ringisan tangisan. Sampai saat ini, semua makhluk di Olympus masih berduka dan merasakan kesedihan atas kepergian satu-satunya putri mereka. Bahkan para vampir dan werewolf masih setia memperingati memori pedih saat kepergian penyelamat mereka pada hari itu, setiap tahunnya.
Tak hanya makhluk, para tiga dewa tertinggi juga masih berduka dan belum menerima kepergian anak-anaknya, terutama dewa Zeus. Dewa Zeus yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, membuat beberapa kekacauan iklim karena emosinya. Sedangkan dua dewa lain mulai perlahan menerima kepergian anaknya, terutama Poseidon. Dia bahkan sudah mulai melakukan tugas seperti biasa, setelah kepergian Brian, salah satu anaknya.
Untuk Lorcan, sepertinya tidak ada yang bisa membicarakan laki-laki itu. Setelah laki-laki itu bangun dari komanya dua tahun lalu, Lorcan menjadi paling diam. Kehilangan adik dan juga kedua sahabatnya, menjadi luka tersendiri baginya. Bahkan pangeran satu itu sudah jarang sekali terlihat Olympus, bahkan di istana Zeus pun. Lorcan memilih diam diri atau lebih tepatnya mengurung diri di kamarnya.
Keadaan Olympus juga sangat sepi. Tak ada suara tawa yang menggema seperti tiga tahun lalu. Tak ada kekacauan kecil yang ditimbulkan dari para tertua keturunan asli, dan hanya menyisakan keturunan bontot yang jika bertemu hanya saling diam sembari membahas kenangan sebelum semua ini terjadi. Mereka lebih memilih fokus ke tugasnya masing-masing dari pada terus mengenang masa lalu. Itu terlalu menyakitkan.
Keadaan para demigod juga tak jauh berbeda dengan keturunan dewa asli. Kehidupan mereka hanya seputar bertugas, dan berlatih. Tak ada suara tawa keras karena menertawakan aksi Lorcan, Brandon, Brian maupun Jav. Semuanya terlihat datar dan senyap. Sepertinya tidak ada tanda-tanda hari berduka itu akan pergi dimakan waktu.
Alvaro termenung, melihat matahari yang mulai turun melewati sela gedung-gedung tinggi di kota. Dua orang di sebelah Alvaro hanya saling melirik, karena sifat Alvaro benar-benar berubah setelah hari itu. Bahkan setelah tiga tahun.
"Lo beneran gamau makan apa-apa gitu? Lo makin ke sini makin kurus, beneran!"
Alvaro menggeleng, "Gua ga laper"
Noel mendengus, "Lo ga laper atau ga napsu makan?! Please lah! Lo gabisa hidup gini terus, udah tiga tahun Varo?!"
"Gua gabisa. Kepergian Mora beneran bikin gua kayak kehilangan separuh nyawa"
Noel mengusap wajahnya. Aiden ikut bingung. Dia tidak bisa berkomentar apapun, karena memang kepergian putri Zeus itu berdampak buruk bagi semua mahluk. Terutama perubahan iklim di bumi yang tidak terkendali karena dewa Zeus masih sering memikirkan putrinya.
"Mungkin emang ga bisa. Tapi lo gabisa terus hidup kayak gini, Varo. Mora juga bakal sedih kalo liat lo gini terus" Potong Athan yang baru datang sambil menyodorkan satu piring ke Alvaro.
"Dimakan Varo!"
Alvaro mendengus, kemudian menuruti perintah teman-temannya. Capek juga dari tadi diceramahin.
"Ini Rasi gajadi nyusul apa gimana?" Ucap Aiden sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Gatau. Tapi katanya telat, makanya nyuruh kita bawa makan nih Siren dulu"
"Apa lo?!" Dengus Alvaro tak terima.
"Apa!" Balas Athan kesal.
Alvaro menghela napas. Agak lelah jika bertemu mereka, pasti ada aja perdebatan tidak berguna yang ditimbulkan dari mereka.
"Sorry telat! Ada yang mau ikut" Ucap Rasi sambil mendorong seseorang ke meja mereka.
Alvaro melebarkan matanya. Agak terkejut melihat kehadiran mendadak Lorcan di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIREN | Soobin ✓
FanfictionAlvaro yang berulang kali bermimpi buruk tentang makhluk laut mitologi menyerupai duyung, yaitu siren. Dan kedatangan tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai putri dewa Poseidon yang bertugas memberitahu identitas aslinya untuk menghentikan ramalan...