- 17

145 23 0
                                    

Langit berwarna kebiruan. Beberapa awan bergulung rapi menghiasi langit cerah. Hari ini hari wisuda Alvaro. Laki-laki itu sudah bersiap rapi dan bersiap untuk pergi ke sekolah untuk menerima ijazah. Hanya tinggal beberapa menit sebelum teman-temannya datang menjemput, Alvaro keluar kamarnya.

Alvaro melihat ke sekeliling rumahnya. Rumah terlihat sangat sepi. Dia mengetuk pintu kamar Mora, tidak aja jawaban. Alvaro memberanikan diri membuka pintu. Tidak ada tanda-tanda gadis itu di dalam kamar. Bahkan dress pilihannya yang dibeli beberapa hari lalu, masih terpajang sempurna.

Alvaro menghela napasnya. Kebiasaan seorang Morana adalah menghilang tiba-tiba seperti ini. Suara klakson mobil, terdengar familiar di telinga. Alvaro mengusap wajahnya. Mereka sudah datang dan gadis itu malah menghilang.

"Lama banget? Hampir telat ini" Omel sang supir yang tak lain Athan.

Alvaro menghela napasnya, kemudian masuk ke dalam mobil.

"Kusut amat tuh muka. Baju lo aja kalah kusut. Lah mana Mora?"

Keempat orang di mobil langsung sadar jika Alvaro masuk sendiri.

"Gatau. Ilang lagi"

Rasi langsung paham, "Ada urusan mungkin, nanti juga nyusul"

Alvaro mengangguk. Membiarkan Athan menginjak gasnya lagi dan melanjutkan perjalanan ke sekolah.


















Alvaro duduk gelisah. Hampir setengah acara wisuda, dia masih belum melihat kedatangan gadis itu. Athan yang duduk di sebelah Alvaro, langsung melihat ke Aiden. Aiden hanya mengangkat bahunya. Ikut bingung.

Acara terakhir adalah pemanggilan siswa berprestasi, yang nilai ujiannya termasuk tinggi dalam satu angkatan. Alvaro menghela napasnya saat tiba-tiba namanya dipanggil. Athan mendorong kecil laki-laki di sebelahnya sambil tersenyum menyemangatinya. Alvaro mengangguk, berjalan ke arah panggung. Dia melihat teman-temannya yang menyemangatinya dari kursi siswa. Alvaro tersenyum kecut, melihat beberapa siswa dipanggil dengan didampingi orang tuanya. Hanya Alvaro yang sendiri.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang terus dia pikirkan dari tadi. Mora, gadis itu tengah tersenyum sembari melambaikan tangan dari arah belakang. Senyumnya merekah. Setelah menerima piagam, Alvaro tidak kembali ke kursinya tetapi malah menghampiri Mora di belakang.

"Eh kok ke sini?"

Mora terkejut saat tiba-tiba Alvaro berlari ke arahnya, membuat perhatian seluruh orang di aula melihat ke arahnya.

"Lo kemana aja sih?!"

Alvaro menatap tajam gadis di depannya itu. Tak memperdulikan sekelilingnya, dia hanya khawatir gadis itu terluka lagi.

"Coba liat ke samping kiri"

Alvaro menuruti ucapan Mora. Dia terkejut saat melihat buket bunga besar di sebelah pintu aula utama. Alvaro kembali melihat Mora yang tersenyum ke arahnya.

"Suka?"

Alvaro mengangguk, "Tapi gua lebih suka lo"

CIEEE!!!!

Rasa panas menyambar ke pipi Mora. Pipi putihnya berubah menjadi merah setelah hampir seisi aula menyoraki mereka berdua.

"Samudera balik ih!! Malu!!"

Mora mendorong Alvaro agar kembali ke kursinya. Alvaro terkekeh melihat wajah merah Mora. Alvaro mengacak gemas rambut Mora, sebelum kembali ke kursinya. Mora mendengus. Benar-benar ya Alvaro atau Savero Samudera.

Beberapa siswa menyoraki Alvaro saat kembali ke kursinya. Athan sampai tertawa karena raut wajah Alvaro jauh lebih cerah dari tadi pagi yang benar-benar seperti pakaian belum di setrika, kusut.

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang