- 25

112 18 0
                                    

Sore ini tak seperti biasa, langit masih sangat cerah. Awan dan langit biru seperti tidak mau meninggalkan singgasananya. Mora, gadis itu berjalan-jalan mengelilingi rumah. Sudah lama dia tidak mengelilingi rumah ini.

Setelah diusir beberapa tahun lalu, dia paling enggan saat menginjakkan kembali ke tempat asing ini. Tapi sekarang semua berubah. Tempat asing ini bahkan akan menjadi tempat paling penting dalam daftar hidupnya.

Mora duduk di taman istana. Istana atau rumah, akan terlihat sama di mata Mora. Dia melihat ke arah langit. Meneliti setiap awan-awan yang bergerak pelan tertiup angin. Entah kenapa setiap melihat langit, dia langsung terbayang wajah seseorang.

Lorcan memperhatikan Mora dari kejauhan. Dia bingung, dari awal sampai sekarang melihat Mora menatap langit. Entah hanya menatap atau melamun, karena terlihat sama dari jauh. Lorcan pun memutuskan untuk mendekati gadis itu. Memperhatikan dari jauh ternyata sesulit itu.

"Mora? Boleh kakak duduk?"

Mora menoleh, kemudian mengangguk dan mempersilahkan Lorcan duduk di sebelahnya.

"Ada dengan langit? Ga capek apa dari tadi liat atas?"

Mora tertawa, "Gapapa kak. Cuma lagi kangen seseorang"

Lorcan mengangguk paham. Walaupun di lubuk pikirannya masih bertanya-tanya siapa seseorang yang di maksud.

"Adik kakak suka seseorang?"

Pertanyaan Lorcan tepat sasaran. Mora langsung menoleh, melihat Lorcan yang mengangkat satu alisnya ke arahnya. Mora tertawa kecil, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Aku belum tau ini sudah masuk suka atau engga, tapi aku cuma kangen dia doang sekarang"

Lorcan mendengus, "Itu udah suka tau?!"

"Masa?" Tanya Mora tak percaya.

"Iyaa! Siapa sih yang berani buat adeknya Lorcan sampe suka sama dia?"

Mora terkekeh, "Kepo yaa"

Lorcan tersenyum. Mengacak-acak gemas rambut Mora. Mora tertawa. Tingkah bangat kakaknya entah terasa berbeda sekali di matanya.

"Orang itu baik, kak. Mungkin baik itu relatif. Tapi baik dia tuh beda, paham ga sih?"

Lorcan terdiam, tampak berpikir maksud adiknya.

"Baik yang gimana? Suka merhatiin kamu diem-diem misalnya?"

Mora mengangguk, "Kurang lebih kayak gitu sih"

Gadis itu tersenyum. Membuat seribu pertanyaan di otak Lorcan serasa ingin mendobrak keluar.

"Siapa sih? Baru kali ini kakak liat kamu sebahagia ini?"

Mora mendengus, "Kak Ló aja ga pernah liat aku senyum?"

"Kata siapa? Kakak malah suka liat kamu senyum dari jauh"

Lorcan mengalihkan pandangannya. Mora hanya tersenyum menanggapi pernyataan Lorcan barusan.

"Tsundere banget"

Lorcan yang tersinggung langsung menoleh.

"Siapa tsundere?!"

Mora menggeleng, kemudian menunjuk ke beberapa burung-burung.

"Itu tadi burungnya tsundere mau senderan di pohon tapi ga jadi"

Lorcan menyentil jidat Mora, "Alasan!"

Mora meringis, "Ih?"

Lorcan tertawa. Tangannya berganti mengusap kening Mora yang memerah.

"Kakak mau tanya agak serius, boleh?"

SIREN | Soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang