2. Persiapan Pernikahan

71 17 2
                                    

Charise menghabiskan hari dengan sebuah kebiasaan yang berulang. Biasanya ia akan bangun tidur, lalu sarapan di kamarnya. Setelah sarapan, biasanya ia akan membaca buku atau belajar sampai waktu makan siang datang. Selesai dengan makan siang, Charise biasanya akan menjahit sesuatu atau memasak sesuatu untuk waktu minum teh pada sore hari, atau bahkan terkadang ia melakukan hobinya bermain musik. Tidak banyak yang gadis itu lakukan sehari-hari, terutama begitu ia beranjak dewasa dan tidak lagi belajar dengan guru privat. Hari yang ia habiskan saat ini seolah sedang menunggu datangnya lamaran.

Sebelum melaksanakan upacara debut kedewasaan, biasanya Charise akan belajar dengan guru privatnya. Ia belajar menjahit dan memasak dari guru privatnya, juga mempelajari hal-hal lain yang dibutuhkan seorang Nona Bangsawan termasuk bermain musik dan berdansa. Selain itu, ia pun mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan untuk menjadi Nyonya Besar di sebuah wilayah kekuasaan, seperti mengenai anggaran dan ilmu memimpin wilayah juga. Karena mau tidak mau, ia pasti akan mendapatkan peran sebagai istri dari seorang penguasa wilayah nantinya, termasuk akan mengurusi urusan rumah tangga kediamannya nanti bersama suaminya. Tapi itu juga kalau ia cukup beruntung bisa menikahi seorang penguasa wilayah. Bisa juga ia hanya menikah dengan seorang ksatria dari kalangan rakyat biasa atau hanya pedagang miskin. Bagaimanapun, masa depan memang tidak ada yang tahu.

Pernikahan dulunya adalah sesuatu yang terasa mustahil bagi Charise. Ia cukup tertutup dan tidak terlalu banyak diundang ke pesta dansa. Sehingga, bisa dibilang bahwa ia nyaris tidak bertemu laki-laki bangsawan lainnya dan tidak pernah berkencan seumur hidup. Kalaupun bertemu, tentunya mereka tidak akan tertarik pada sosok Charise yang biasa-biasa saja. Charise meyakini bahwa ia sama sekali tidak cantik maupun menawan. Ia juga pendiam dan kurang bisa menginisiasi percakapan yang menarik. Bisa dibilang, ia seseorang yang cukup membosankan dan gadis itu menyadarinya. Jadi, di saat gadis bangsawan lain telah mendapatkan lamaran sejak sebelum melakukan upacara debut kedewasaan, sayangnya Charise masih harus berkutat dengan hidupnya sendiri.

Makanya, perjodohan dengan seorang ksatria bergelar Marquess adalah sesuatu yang tidak pernah disangka olehnya, yang sudah menyerah dengan yang namanya pernikahan. Bagaimana bisa ia yang tidak terhormat ini akan menikah dengan seorang Marquess? Walaupun pada akhirnya sebenarnya Marquess tersebut bukanlah keturunan bangsawan dan hanya diberikan sekadar gelar, tapi tetap saja tidak mengubah fakta bahwa lelaki itu adalah seorang pahlawan perang. Apakah itu sebuah kehormatan atau penghinaan? Sebenarnya Charise pun tidak bisa membedakannya dan hanya bisa menurut. Gadis itu sama sekali tidak bisa menyuarakan protes walaupun di lubuk hatinya itu adalah hal yang berlawanan dengan impiannya yang ingin hidup sederhana.

Beberapa hari setelah kabar perjodohan yang terasa seperti mimpi, seorang lelaki yang mengaku sebagai desainer, datang ke kediaman Viscount Aindrea. Tujuannya kali ini adalah Nona Muda dari keluarga tersebut. Ia adalah utusan dari Sang Marquess. Karena tentu saja, seorang Lady Charise tidak mungkin bisa memanggil sendiri desainer ke rumah. Charise tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan hal semacam itu dan hanya diberikan kesempatan beberapa kali oleh Viscountess Aindrea untuk memilih gaun, itupun hanya jika ada pesta yang mengundang seluruh anggota keluarga. Tapi tetap saja, gaun yang dipilih oleh Charise tidak boleh lebih indah dari milik Viscountess Aindrea.

"Silakan Lady lihat katalog gaun pernikahan ini. Kalau ada yang Lady sukai, katakan saja."

Tentunya Charise kebingungan ketika dihadapkan pada situasi semacam itu, ketika lelaki yang baru datang langsung menyodorkan sebuah katalog dan memintanya untuk mengatakan jika ada yang disukainya. Bukankah ini sama seperti ia boleh memilih sesuatu untuk dirinya sendiri? Apakah ini berarti ia bisa memilih sesuatu yang ia inginkan secara bebas? Tanpa diatur-atur? Benar-benar murni bisa memilih apa saja sesuai keinginannya? Apakah ia bahkan benar-benar boleh melakukannya? Ada rasa antusias yang tertahan di dada Charise. Ia ingin memanfaatkan situasi ini, tapi di sisi lain ia takut jika salah bertindak karena ini pertama kalinya berada di situasi semacam ini.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang