3. Bertemu

75 20 22
                                    

Waktu berlalu sangat cepat tanpa ada yang bisa mencegah. Charise akhirnya angkat kaki dari kediaman Aindrea. Berbekal dua kereta kuda, gadis itu menempuh perjalanan menuju kediaman Marquess Joo. Pesta pernikahan akan diadakan tak lama lagi, dan sudah saatnya Charise pindah ke sana.

Pandangannya terkunci ke langit pagi yang cerah. Walaupun ia benci berada di sini, ia tetap saja telah menghabiskan masa kecilnya dan seumur hidupnya di sini. Ada rasa sedih dan berat untuk melangkah pergi. Tapi sayang, takdirnya memang tidak berada di sini.

Charise sengaja memilih untuk pergi dengan kereta kuda daripada dengan kereta api. Alasannya adalah karena ia ingin mengulur waktu selama mungkin. Ia ingin berada di perjalanan yang tenang supaya bisa menerima takdirnya. Lucu sekali, bukan? Dalam beberapa hari ia akan menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak pernah ditemuinya seumur hidupnya, bahkan namanya saja baru didengar belum lama ini.

Gadis itu pun juga hanya mendengar sosok calon suaminya dari gosip saja. Kebetulan, karena rumor ia akan menikah dengan Marquess Joo, banyak yang mengundangnya untuk hadir di pesta minum teh. Sehingga di saat seperti itu ia mendengar tentang Marquess Harin Joo dari gosip para gadis bangsawan.

Lelaki itu disebut-sebut sebagai lelaki tampan yang bertubuh tinggi dan penuh akan wibawa saat bekerja, sosok pemimpin yang mengagumkan di medan perang, dan sosok yang terlihat tidak terkalahkan. Tapi, lelaki itu juga memiliki sisi yang lembut dan hangat dengan senyuman menawan saat di luar pekerjaannya. Charise tidak tahu apakah hal semacam itu bisa dipercaya, terutama mengingat Dongmyeong saja memperingatkannya.

Saat mereka bertemu untuk mencoba gaun pengantin, Dongmyeong mengatakan, jangan mengharapkan apa pun termasuk cinta dari Sang Marquess. Charise juga harus menjaga perilaku selama tinggal bersamanya. Entahlah, tapi hanya hal-hal mengerikan saja yang terdengar. Masalahnya, Dongmyeong terlihat cukup meyakinkan, sementara gadis-gadis bangsawan lain pun tak kalah meyakinkannya. Charise benar-benar bingung, sehingga ia lebih memilih menghabiskan waktu sendirian sebanyak mungkin untuk menjernihkan pikirannya.

"Lady, aku rasa kita harus menghentikan perjalanan hari ini. Matahari sudah akan terbenam, sebaiknya kita mampir di desa terdekat untuk beristirahat."

Pemberitahuan terdengar dari ketua pasukan utusan dari Harin untuk menjaga Charise selama di jalan. Keonhee namanya, yang baru saja memberikan pemberitahuan melalui jendela di sebelah Charise duduk.

"Atau kalau Anda tetap ingin melanjutkan perjalanan, tidak apa-apa juga. Kita akan tiba pada dini hari jika terus lanjut," sambung Keonhee tanpa melambatkan laju kudanya.

"Aku percaya Anda tahu yang terbaik untuk perjalanan kita. Namun, jika melanjutkan perjalanan bukankah akan mengganggu istirahat Tuan Rumah dengan datang pada dini hari?"

"Sejujurnya itu tidak apa-apa, karena Tuan Marquess tidak tidur."

Charise sedikit membelalakkan matanya, manusia macam apa yang tidak tidur? Berarti benar, bahwa gadis itu harus berhati-hati? Bahwa lelaki itu tidak sebaik kelihatannya? Apakah lelaki itu bahkan manusia mengingat ia selalu membawa kemenangan saat perang? Jangan-jangan ia monster?

"Maksudnya, karena Tuan Marquess menghabiskan hidupnya di medan perang, beliau selalu menjadi waspada dan jarang terlelap untuk tidur. Biasanya beliau juga akan latihan pedang dan sejenisnya sepanjang malam, karena sungguh, beliau tidak butuh istirahat yang banyak," ucap Keonhee sedikit menjelaskan, khawatir jika Charise salah paham.

Tapi sayang, Charise tidak merasa lebih baik dengan fakta itu. Masa seseorang yang biasanya hidup di medan perang akan menjadi suaminya? Seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk perang dan berlatih! Semoga saja calon suaminya tidak memiliki masalah dalam kendali emosi karena telah terbiasa menggunakan kekerasan untuk bertahan hidup.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang