7. Makan Malam

65 17 12
                                    

Suasana di ruang makan terasa begitu dingin. Padahal tidak ada awan yang menghiasi langit malam dan bulan purnama bersinar cerah. Tapi suasana ruang makan malah terasa seperti malam musim dingin.

Charise takut salah bicara. Harin bukanlah sosok yang sudah dikenalnya dengan baik, sehingga akan lebih baik untuk tetap diam. Saat ini rumah bukan hanya miliknya dan pemilik yang sebenarnya sudah kembali. Rasanya seperti menjadi seorang tamu.

Makan malam yang biasanya dinikmati Charise kini terasa sulit untuk dilewati. Charise sedikit merasa bersalah dengan kepala koki yang sedang mengintip diam-diam. Ia mungkin berpikir Charise tidak menikmati hidangan spesial ulang tahunnya.

"Biasanya apa saja yang kau lakukan?"

Charise menatap Harin yang berada di ujung meja, yang akhirnya memutuskan untuk buka suara, "Tidak banyak yang aku lakukan. Biasanya aku hanya hadir di beberapa acara saja atau hanya menghabiskan waktu di sini."

"Melihat kau berada di sini, berarti tidak ada acara di ibukota ya?"

"Sebenarnya akan ada acara di ibukota tiga hari lagi. Apakah kau bisa menghadirinya bersamaku?" tanya Charise hati-hati.

"Akan aku lihat nanti. Jika tidak terlalu penting, sebaiknya kita tidak usah datang."

"Semuanya penting, Harin. Ini penting untuk urusan keluarga. Kau mungkin tidak tahu karena tidak mengurusi hal seperti ini. Tapi percayalah kalau kita butuh hubungan relasi dengan orang lain," kata Charise mengingatkan.

"Aku memang tidak terlalu peduli dengan hal itu. Apakah ada yang mengganggumu selama kau hadir saat pesta?"

"Sejauh ini, aku bisa mengatasinya kok."

"Jadi benar, ada yang mengganggu?"

Charise tidak mengerti mengapa Harin tiba-tiba peduli. Kalau sepeduli itu, seharusnya Harin lebih peduli dan mau bekerjasama dari dulu. Tapi mau bagaimana lagi, Harin kan sedang memenuhi panggilan dari istana.

"Aku tidak bisa mengelak akan hal itu. Tapi aku bisa mengatasinya," ulang Charise lagi berusaha meyakinkan Harin.

Harin memandang Charise lamat-lamat. Wanita yang bertubuh mungil itu masa bisa mengatasi masalah di pergaulan kelas atas? Harin saja merasa muak sekali berada di sana sehingga memutuskan untuk tidak lagi hadir. Lalu seseorang seperti Charise yang selalu berbicara dengan hati-hati ini bisa mengatasinya?

"Separah apa yang pernah kau hadapi?"

"Anak di luar nikah dan rakyat jelata hidup bersama, cocok sekali ya? Seolah sudah ditakdirkan sejak mereka lahir."

Kedua mata Harin terbelalak saat mendengar kalimat Charise. Itu benar-benar parah. Saat ini rasanya Harin sangat kesal dengan Yonghoon. Karena lelaki itu, Charise jadi harus melewati hal yang sulit. Memang seharusnya Harin tidak diberikan gelar bangsawan dan tidak menikah. Karena ini hanya Charise, Harin tidak terlalu merasa sakit hati, walaupun ia cukup terkejut. Tapi bagaimana jika cinta pertamanya yang melewati itu? Harin bersumpah ia akan membuang gelarnya begitu bertemu dengan cinta pertamanya.

"Mereka tidak sepenuhnya salah. Karena aku memang anak yang dibuat di luar nikah. Walaupun saat lahir, orangtuaku telah berada dalam hubungan pernikahan. Namun cara mereka menyebutmu sebagai rakyat jelata benar-benar menyebalkan. Memangnya hanya karena mereka bangsawan akan menjadi lebih baik walaupun tidak melakukan apa-apa untuk kerajaan?" sambung Charise setelahnya.

Tapi penuturan dari Charise malah membuat Harin tidak habis pikir. Masa ia lebih kesal karena Harin dihina daripada dengan dirinya sendiri yang dihina? Seharusnya Charise tidak sebaik ini pada Harin yang tidak pernah memikirkannya sekalipun.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang