17. Bertemu Nat

44 13 12
                                    

"Astaga, maafkan aku!"

Harin baru saja berniat melangkah ke ruang rapat setelah makan siang, namun seseorang malah menabrak bahunya dan menjatuhkan beberapa buku. Suara buku-buku yang berjatuhan langsung mengisi lorong yang sepi menuju ruang rapat. Bisa-bisanya ada kejadian seperti ini saat Harin berniat melanjutkan tugasnya untuk mengawal Yonghoon hari ini.

Harin akhirnya mengalihkan tatapannya untuk melihat siapa yang baru saja menabraknya. Tampak sosok seorang gadis sedang berlutut mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai. Mau tidak mau, Harin langsung berjongkok untuk turut membantu mengumpulkan buku-buku yang berserakan. Setelahnya ia menyimpan buku-buku yang sudah terkumpul di tangan kirinya sementara tangan kanannya terulur untuk gadis itu.

"Apakah Anda baik-baik saja? Mari aku bantu berdiri."

Gadis itu menyambut uluran tangan Harin lalu ia berdiri. "Terima kasih banyak, Tuan Ksatria. Maaf merepotkanmu."

"Oh, Tuan Putri? Ternyata itu Anda. Kenapa Anda membawa buku sebanyak ini sendirian? Kenapa tidak memerintahkan pelayan saja?" Harin bertanya heran begitu mendapati ternyata Nathasia yang baru saja menabraknya. Tampaknya buku-buku yang dibawanya begitu menggunung sampai ia tadi tidak melihat bahwa Harin sedang melangkah berlawanan arah dengannya. Makanya kejadian tabrakan ini terjadi di tengah lorong yang sebenarnya sedang kosong sama sekali.

"Para pelayan sedang sibuk, mana mungkin aku tega memerintahkan mereka hanya untuk membawakan buku-buku milikku? Para ksatria juga sedang sibuk, sehingga aku pikir lebih baik aku bawa sendiri saja," jawab Nathasia dengan senyuman kikuk di wajahnya.

"Setidaknya seharusnya ada satu orang ksatria yang mengawal Anda ke mana pun Anda pergi. Ksatria tersebut yang seharusnya bertugas membawakan buku-buku yang berat ini," ujar Harin heran.

"Istana adalah tempat paling aman, Tuan. Aku tidak begitu membutuhkan dikawal oleh ksatria di sini. Saat aku keluar, baru aku membutuhkan ksatria."

"Kalau begitu, izinkan aku membantumu membawa buku-buku ini. Anda pasti kesulitan membawa buku-buku berat ini sendirian, dan sebaiknya Anda menerima tawaranku jika tidak ingin menabrak seseorang lagi," ucap Harin menawarkan pada Nathasia. Jiwa ksatrianya membuatnya merasa ini menjadi kewajibannya untuk mengawal Nathasia sekaligus membantu membawakan buku-buku miliknya. Sebaiknya jangan sampai ada korban lainnya selain Harin.

"Jika Tuan Ksatria sendiri yang ingin membantuku, maka apa boleh buat. Aku tidak boleh menolaknya kan?" Nathasia terlihat tersenyum lebar, tidak keberatan sama sekali dengan tawaran Harin. "Tapi apakah tidak apa-apa? Aku mungkin akan membuat Anda terlambat untuk pergi bertugas. Aku tidak mau jika Anda sampai dihukum karena menolongku."

"Tidak apa-apa, aku masih punya waktu setengah jam lagi. Waktunya cukup kan untuk membawa ini semua ke tujuanmu?"

"Baik, kalau begitu, mari ikuti aku."

Nathasia mulai melangkah dan di sisinya diikuti oleh Harin. Bagi Harin, situasi ini sangat aneh. Masa seorang Putri tidak memiliki seorang ksatria pun untuk mendampinginya? Walaupun ini istana sekalipun, bukankah sosok ksatria tetap dibutuhkan oleh keluarga kerajaan? Justru istana bukan tempat yang paling aman di dunia ini bagi Harin.

"Ngomong-ngomong, aku belum berkenalan denganmu secara benar, Tuan Ksatria. Padahal Anda sudah menolongku, setidaknya kita harus berkenalan supaya jika suatu saat aku mengunjungi kerajaanmu, aku tidak benar-benar sendirian karena aku punya seorang teman yang aku kenal."

Nathasia membuka percakapan dengan ramah selagi keduanya melangkah di lorong istana yang panjang. Nada ramah dan sorot bersahabat terlihat jelas dari Nathasia. Gadis itu terlihat anggun tapi juga bersahabat di saat yang bersamaan, membuat siapa pun ingin menjadi temannya. Gadis itu selalu berhasil membuat siapa pun tidak merasakan ada jarak di antara dirinya. Sosok yang begitu mengagumkan menurut Harin.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang