"Minggu depan akan ada festival panen di kota. Apakah kau pernah datang ke sana?"
Pertanyaan dari Harin sukses mengalihkan perhatian Charise dari buku yang ada di pangkuannya. Musim gugur sudah mulai berjalan sebulan dan festival panen akan diadakan tak lama lagi. Festival panen itu diadakan dua kali di ibukota, saat musim semi dan musim gugur. Tanpa terasa ternyata ini sudah festival panen musim gugur ketiga yang akan dilalui oleh Charise.
"Aku sudah datang beberapa kali dan datang ke sana untuk melihat-lihat bersama Nyonya Wille."
"Tahun ini, apakah kau ingin berkunjung bersamaku?"
Kedua mata Charise menunjukkan kebingungan. Jelas wanita itu terkejut akan ajakan Harin yang mendadak begitu ia pulang setelah rapat di istana hari ini. Setidaknya sudah tiga hari berlalu di ibukota, dan Harin tiba-tiba mengundangnya untuk pergi bersama.
"Kau mungkin terkejut. Tapi aku tidak memaksa. Katanya pasangan kencan dan pasangan suami-istri sering ke sana untuk menghabiskan suasana festival yang semarak bersama. Jadi aku kira, kau mungkin akan suka jika pergi ke sana? Denganku, mungkin?" Harin melanjutkan kalimatnya dengan sedikit menjelaskan karena Charise hanya membisu.
Entahlah, Charise sama sekali tidak pernah terbiasa dengan perhatian dari Harin. Rasanya lebih baik saat mereka saling tidak mengganggu satu sama lain. Sebisa mungkin saling tidak usah bertemu, malah. Charise selalu merasa paling aman saat ia hanya sendirian.
Namun Charise terlalu takut untuk menolak undangan dari Harin. Bisa saja saat ini Harin sedang menunjukkan kasih sayangnya sebagai seorang suami. Sudah sepantasnya jika Charise menerima meskipun hal itu bertentangan dengan keinginannya kan? Karena hidupnya sebagai istri adalah untuk mengabdi kepada suaminya seutuhnya.
"Itu terdengar bagus. Aku tidak keberatan."
Charise akhirnya menjawab dengan tenang, terlihat bahwa ia melakukan ini hanya atas dasar kewajiban dan bukan sesuai keinginannya. Inilah hal yang selalu menjadi jarak di antara keduanya. Walaupun bukan berasal dari keluarga berpengaruh, darah biru tetap mengalir di tubuh Charise. Etiket sudah mendarah daging dan ia tahu betul apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak. Saat ini, ia sedang melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sebagai seorang istri.
"Kalau kau keberatan, aku tidak akan memaksa, Charise "
"Mana mungkin aku merasa keberatan dengan hal itu. Aku menyukai ide untuk menghabiskan hari festival panen bersamamu, Harin."
Meskipun Charise tersenyum, Harin tahu bahwa itu bukan berasal dari hatinya. Sebenarnya seburuk apa perlakuan Harin pada istrinya sampai wanita itu melakukan sesuatu hanya supaya menyenangkannya? Harin memang sama sekali tidak pernah peduli pada Charise, tapi apakah ini adalah respon yang wajar?
"Ngomong-ngomong, apa rencanamu hari ini?"
"Belum ada undangan pesta yang datang. Jadi aku rasa aku akan berada di sini seharian sama seperti kemarin."
"Tidakkah kau bosan melakukan hal yang sama baik itu di mansion, villa, maupun di sini?"
"Aku menyukai aktivitas ini karena tidak banyak yang bisa aku lakukan. Dari sebelum menikah aku juga sudah melakukan ini kok."
"Kenapa tidak mengadakan pesta? Mumpung aku sedang berada di sini."
Charise menggeleng pelan. "Anggaran pesta itu besar. Kau juga kan tidak terlalu suka dengan bangsawan. Jadi sebaiknya jangan melakukan hal yang sia-sia."
"Kalau begitu pesta minum teh antara wanita bangsawan saja. Kau belum pernah menjadi Tuan Rumah pesta kan?"
"Tidak usah repot-repot, Harin."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA (ONEWE & ONEUS)
FanfictionCharise memiliki banyak luka di masa lalu. Sementara Harin terjebak di masa lalu. Benang takdir menarik mereka untuk mendekat dan saling terlibat dalam sebuah pernikahan politik. Tapi Charise dengan banyak luka di masa lalu tidak bisa mencintai. Beg...