4. Hari Pernikahan

66 14 9
                                    

Gaun berwarna biru sudah melekat di tubuh Charise. Tudung pengantin sudah tersemat di kepalanya. Riasan sudah tampak sempurna di wajahnya diiringi dengan perhiasan bermata putih sudah dikenakannya. Ini adalah gaun pengantin pilihan ibunya. Tidak buruk, walaupun bukan ini gaun yang sesuai selera Charise. Wanita muda itu lebih suka jika gaunnya tampak sederhana, namun elegan. Bukan mewah dan dipenuhi renda seperti ini. Tapi memangnya ia punya pilihan dalam hidupnya sebagai Charise, seorang Lady dari keluarga Aindrea? Dari awal pun Charise memang tidak memiliki pernikahan impian maupun gaun impian.

Hari ini akhirnya ia akan meninggalkan nama belakang Aindrea dan menggantinya dengan nama Joo. Ia bukan lagi seorang Lady, melainkan seorang Marchioness. Ia juga bukan lagi seorang gadis bangsawan, melainkan telah menjadi seorang wanita muda dan menjadi Nyonya Besar dari keluarga Marquess. Ia akan sering menghadiri acara pergaulan kelas atas setelah hari ini. Dan setelah hari ini, seluruh hidupnya akan berubah total. Tepat setelah hari pernikahannya.

Charise sama sekali tidak melihat kehadiran Harin selama tinggal di kediamannya, bahkan di malam sebelum hari pernikahannya. Satu-satunya pertemuan dengan Harin hanyalah saat ia tiba di kediaman Marquess Joo, setelahnya kehadiran lelaki itu sama sekali tidak pernah terlihat. Rasanya aneh menikahi seorang lelaki asing yang baru ditemuinya satu kali dengan perbincangan yang singkat. Tapi pasti, Harin juga merasakan perasaan yang sama. Lelaki itu pun pasti merasa kesulitan harus menikah dengan orang asing, jadi wajar jika ia sedikit menghindar. Malah mungkin, lelaki itu sedang berusaha menerima takdirnya harus menikah dengan seorang gadis muda yang tidak memiliki pengaruh.

Namun siapa sangka hari pernikahan itu akan tiba juga? Secara khusus acara pernikahan ini dihadiri oleh Sang Raja, sehingga ada banyak sekali tamu kelas atas yang datang. Memang beda kalau yang menikah adalah seorang pahlawan perang bergelar Marquess dan kesayangan Raja. Pasti seluruh gadis saat ini memimpikan posisi Charise. Namun jika mereka tahu bahwa mereka akan diabaikan dan tidak dianggap, apakah mereka akan tetap memiliki ambisi yang sama? Jika kehadiran mereka hanya untuk sekadar melengkapi, apakah mereka akan tetap ingin berada di posisi Charise?

Di altar sudah menunggu pendeta dan kini, Charise sedang melangkah ke sana bersama calon suaminya, Harin. Charise menarik napas dan membuangnya beberapa kali, berharap untuk sedikit tenang selagi melangkah ke sana. Namun jantungnya tidak mau bekerjasama. Ia merasa gugup luar biasa. Padahal ini hanya pernikahan politik dan mereka sama-sama tidak memiliki perasaan pada satu sama lain, seharusnya Charise tidak gugup. Toh, yang berubah hanyalah tempat tinggal dan nama belakang serta gelarnya. Selain itu, hidup Charise tidak benar-benar berubah. Maka dengan pemikiran itu Charise berusaha menenangkan dirinya.

Sejujurnya, Harin terlihat sangat tampan hari ini. Bahkan walaupun pandangan Charise ditutupi oleh tudung pengantin, gadis itu tetap bisa melihat ketampanan sosok calon suaminya. Harin terlihat sempurna dengan segala yang dimilikinya, apakah tidak apa-apa Charise memilikinya seorang diri? Ia akan memiliki lelaki sempurna seperti Harin dan memiliki gelar yang tinggi pula. Apakah tidak apa-apa memiliki itu semua? Tidak ada satupun yang bisa menebak bahwa seseorang yang hina seperti Charise bisa memiliki hal-hal yang dulunya hanya sekadar mimpi belaka untuknya. Rasanya hal itu membuatnya sedikit tidak nyaman. Pada dasarnya, Charise bukan seseorang yang serakah.

Walaupun terlihat sama-sama ragu dan dipenuhi akan penolakan, Harin dan Charise tetap sama-sama mengucapkan sumpah bahwa mereka akan menjadi suami-istri mulai saat ini. Dulu, Charise mengira ia akan bahagia saat mengucapkan sumpahnya. Tapi ternyata, tidak ada yang dirasakannya sedikitpun. Bahkan perasaan bahagia sedikitpun tidak ada. Ia merasa melakukan ini semua hanya atas dasar kewajiban, dan karena namanya kewajiban, rasanya hatinya lebih berat dari biasanya.

Akhirnya tiba saatnya Charise membuka tudungnya. Keduanya saling bertatapan, tapi tidak ada yang mereka rasakan sama sekali. Ini benar-benar pernikahan tanpa cinta dan hanya berdasar pada politik. Bahkan sedikit gejolak gairah maupun cinta juga sama sekali tidak terasa meskipun keduanya sudah saling bertukar pandang dan ciuman. Bahkan walaupun sebenarnya Harin adalah lelaki paling tampan hari ini dan Charise adalah wanita paling cantik hari ini.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang