12. Dilema

53 16 8
                                    

"Aku harus segera pergi ke istana. Tidak apa-apa kan aku meninggalkanmu di rumah?"

Rasanya Charise mau tertawa saat mendengar pertanyaan Harin. Lelaki itu bertindak seolah tidak pernah meninggalkannya saja. Tapi karena takut Harin tersinggung jika Charise tertawa, wanita itu hanya tersenyum lalu mengangguk, "Aku baik-baik saja."

"Aku akan kembali secepatnya."

Charise kembali mengangguk lalu Harin bergegas pergi dari hadapannya. Senyum masih tampak di wajah Charise kala melihat perlakuan suaminya yang berbeda dari biasanya. Walaupun Charise masih tidak mengharapkan apa-apa, sesekali diperlakukan dengan baik seperti ini menyenangkan juga.

Charise jadi membayangkan, jika Harin pergi berperang dan ia sekhawatir itu padanya untuk meninggalkannya, pasti hidup yang dijalani wanita itu akan terasa lebih mudah. Karena ia tahu, walaupun semua orang berbalik padanya, ia masih memiliki suami yang peduli padanya. Bahkan kalaupun ia tidak bisa berharap pada keluarganya sendiri, ia masih memiliki suami yang bisa diandalkan.

Namun sayang, kenyataan tidaklah seindah itu. Charise pun tidak boleh berharap sama sekali, karena mungkin ini hanyalah kebaikan hati seorang teman. Mengingat mereka menghabiskan cukup banyak waktu bersama di villa, hubungan mereka sudah meningkat menjadi seorang teman. Dan hanya akan bertahan seperti itu.

Harin memang sering meninggalkannya pergi, tapi setidaknya Charise masih melihat Harin sesekali. Ini sama sekali berbeda dengan saat Harin pergi berperang dan Charise hanya melihatnya sekali setiap tahun. Setahun itu waktu yang panjang, menghabiskannya sendirian pun pastinya terasa sangat berat.

"Nyonya, apakah Anda ingin makan malam di ruang makan atau ingin dibawakan ke mari?"

"Aku akan makan di ruang makan, sekaligus menyapa para pelayan setelah sebulan lebih tidak saling bertemu."

Perhatiannya teralih dengan pertanyaan dari kepala pelayannya. Charise mulai merasakan rindu sekali dengan kediamannya di ibukota beserta isinya karena ia biasanya menghabiskan cukup banyak waktu di sini. Walaupun hanya sebulan waktunya pergi, Charise tetap merindukan tempat ini. Karena waktu sebulan selama di villa terasa sulit sekali dilewati, makanya berada di tempat yang aman terasa menenangkan baginya.

Di saat Charise sedang menyantap makan malam, Harin baru saja tiba di istana. Ia menyerahkan kudanya kepada pelayan untuk dibawa merumput sementara lelaki itu melangkah memasuki istana Raja. Sejujurnya ia tidak mengerti mengapa ia melakukan hal itu tadi, mengapa ia menunjukkan kepedulian yang tidak seharusnya di saat Charise mungkin saja tidak butuh. Tapi segalanya memang berbeda saat kembali ke ibukota. Rasanya lebih berbahaya jika meninggalkan Charise sendirian di sini.

"Selamat datang kembali dari bulan madunya, Tuan Marquess. Jika tidak aku panggil, berapa lama kau akan menghabiskan waktu di sana?" sambut Yonghoon begitu Harin melangkah ke ruang kerjanya.

"Aku kan mendapatkan libur setelah berperang dan uang yang banyak. Tidak ada yang aku khawatirkan dan aku bisa menghabiskan waktu di mana saja sesuai keinginanku."

"Apakah aku sudah boleh berharap ada keponakan?"

"Jangan bicara sembarangan. Cepat saja langsung ke inti pembicaraan, dan cepat selesaikan pembicaraan ini," sahut Harin.

"Sepertinya ada yang tidak sabar kembali pulang, ya?" ledek Yonghoon.

Ini bukan pemandangan yang biasa. Harin terlihat terburu-buru untuk pulang? Pasti karena ada kaitannya dengan liburan bersama istrinya. Walaupun Yonghoon memang hanya memilih Charise atas dasar saran dari Viscount Aindrea karena wanita itu tidak menarik perhatian dan penurut. Tetapi jika Harin sudah mencintainya, maka itu hal baik. Selama ini Harin tidak pernah terlihat bersama perempuan meskipun ia bisa bermalam dengan banyak perempuan sekaligus jika ia mau. Harin itu pahlawan perang, juga Marquess. Tidak ada wanita malam yang tidak mau melemparkan dirinya pada Harin. Dan tidak akan ada yang protes jika Harin melakukan hal itu.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang