14. Malam Festival

90 17 18
                                    

Suasana alun-alun ibukota terlihat sangat semarak. Bahkan walaupun udara sedang dingin, tidak menutup keramaian acara festival bahkan sejak pagi tadi. Hari ini festival panen akan diadakan dan puncaknya adalah malam nanti.

Hari ini Harin terlihat berada di rumah seharian. Bukan hanya hari ini, semenjak pesta dansa usai, Harin terlihat banyak di rumah dan menemani Charise di ruang baca. Lelaki itu pun turut membaca beberapa buku bisnis. Walaupun ia tidak mengerti apa pun, Harin tidak protes karena ia senang selama menghabiskan waktu dengan Charise.

Wanita itu terlihat berbeda sama sekali setelah pesta. Charise terlihat lebih banyak tersenyum dan jujur dengan perasaannya. Sebenarnya itu cukup melegakan, namun juga menumbuhkan rasa bersalah pada Harin. Lelaki itu akan pergi tak lama lagi. Bukankah akan sangat menyakitkan bagi Charise jika ditinggalkan kembali? Belum lagi Harin masih tidak yakin untuk memberikan sepenuh hatinya kepada Charise.

Tapi mari lupakan itu sejenak. Matahari mulai bergerak ke arah barat, sudah saatnya mereka pergi mengunjungi alun-alun untuk merayakan festival panen. Tidak seperti pakaian saat pesta dansa, keduanya mengenakan pakaian yang sederhana dan hangat. Karena musim gugur yang mulai memasuki bulan kedua memiliki cukup banyak angin dan suhu yang rendah.

"Mari kita pergi."

Harin langsung menggandeng tangan Charise untuk melangkah menuju kereta kuda. Sebentar lagi Harin akan disibukkan dengan persiapan kepergiannya. Maka hari ini Harin akan memanfaatkan waktu sebanyak mungkin untuk lebih mendekati hati Charise yang selama ini ditutupi oleh awan kelabu.

"Apakah kita akan melihat bulan purnama juga nanti malam?" tanya Charise saat kereta kuda mulai berjalan.

Festival panen juga diselenggarakan bertepatan dengan bulan purnama. Sehingga dengan bulan yang bersinar terang, suasana festival bisa dirayakan bahkan sampai malam larut. Dan malam ini, Charise juga ingin melihat bulan purnama yang akan bersinar dengan terang.

"Jika kau menginginkannya, maka mari kita lakukan."

"Aku akan menunjukkan di mana tempat terbaik untuk melihat bulan purnama," ucap Charise antusias.

Seumur masa pernikahannya, tentu Charise tidak pernah membayangkan hari seperti ini akan datang. Ini adalah impiannya sejak dulu. Ketika masih remaja, Charise pernah mengunjungi festival panen dengan keluarganya. Saat tersesat di sebuah bukit, wanita itu menyimpan sebuah keinginan kecil. Bahwa ia ingin melihat bulan purnama di pertengahan musim gugur dengan suaminya. Pasti itu akan menjadi kencan yang romantis.

Sekali lagi, bahkan walaupun ini hanyalah delusi dan mimpinya semata, Charise akan menikmati momen ini. Hanya hari ini ia akan menganggap bahwa Harin mencintainya dan ia mencintai suaminya. Karena akan lebih membahagiakan jika ia merasa bahwa mereka saling mencintai. Hari ini Charise ingin melakukan segala yang diimpikannya sejak dulu jika menikah dengan seseorang.

Perjalanan ke alun-alun tidak memakan waktu lama. Sebentar saja mereka sudah tiba dengan matahari yang semakin bergeser ke arah barat. Tak lama lagi matahari akan terbenam dan acara akan dimulai. Saat ini semua pekerja di ibukota sedang mempersiapkan acara. Terlihat beberapa petani membawakan hasil panennya. Ada pula koki dari beberapa restoran yang saling bekerjasama untuk mempersiapkan acara jamuan nanti malam. Jamuan itu sangat spesial, karena masing-masing petani di penjuru negeri membawakan hasil panen terbaiknya di musim gugur dan koki terbaik akan memasaknya. Festival ini adalah cara yang tepat untuk menikmati hasil panen dan menghargai para petani yang sudah bekerja keras.

"Mari berkeliling," ajak Harin begitu keduanya turun dari kereta kuda.

Dengan tangan yang bergandengan, sepasang suami-istri ini mulai melangkah mengitari alun-alun. Walaupun tampak sibuk, tak ada yang terlihat muram. Semuanya terlihat bersemangat dan Charise selalu menyukai suasana ini. Makanya ia selalu pergi ke festival panen setiap dilaksanakan.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang