18. Kembali

52 13 13
                                    

Tidak ada satu hari pun Harin absen bertemu diam-diam dengan Nathasia. Mengingat akan ketidaksukaan Yonghoon kepada Raja Agathias membuat Harin tidak bisa bertemu dengan Nathasia secara bebas. Sehingga hanya saat Harin tidak bertugas adalah saatnya bertemu dengan gadis pujaan hatinya.

Malam-malam saat seharusnya Harin beristirahat, dihabiskan untuk mengobrol dengan Nathasia. Tidak hanya mengobrol, mereka saling merangkul satu sama lain, merasakan kedekatan satu sama lain setelah berpisah selama belasan tahun.

Seperti malam ini, di ruang belajar Nathasia yang kosong, dirinya dan gadis itu sedang duduk di sofa dengan gadis itu dipeluk erat oleh Harin. Tidak pernah sekalipun di seumur hidup Harin ia merasa berdebar seperti ini saat bersama dengan seorang gadis. Lelaki itu sukses dibuat mabuk cinta oleh Nathasia.

"Aku dengar kau akan kembali ke kerajaanmu besok."

Harin mengembuskan napas berat begitu mendengar kalimat Nathasia. Ia menarik tubuh gadis itu semakin mendekatinya untuk memeluk Nathasia semakin erat. "Benar, sangat disayangkan Yang Mulia Raja tidak ingin berlama-lama di sini. Padahal kita baru bertemu beberapa hari. Aku pasti akan kembali merindukanmu."

"Sayang sekali ya. Ayahku juga sayangnya terlalu cepat menyelesaikan pembicaraan tentang kerjasamanya. Andai saja dilakukan lebih lama, kita pasti bisa bersama untuk waktu yang lebih lama. Tapi, kau akan segera kembali ke sisiku kan, Harin?" Nathasia bertanya dengan penuh harap.

"Tentu saja. Aku pasti akan segera ke mari secepat mungkin sehingga kau bahkan tidak merasa kau sedang menungguku lagi. Kau bisa mempercayaiku, Nat. Karena seorang ksatria tidak akan ingkar janji," ucap Harin yakin.

Nathasia bergeser semakin mendekati Harin, tenggelam sempurna di tubuh Harin. Gadis itu pun membiarkan dirinya dipeluk semakin erat oleh Harin, karena memang itu hal yang selama ini didambakannya.

"Kau telah menjadi sosok lelaki yang luar biasa! Siapa yang akan menyangka bahwa kau akan menjadi seorang ksatria pahlawan perang? Aku bangga sekali padamu, Harin."

"Aku melakukan ini semua untukmu, Nat. Demi supaya aku pantas untuk bersanding denganmu. Kalau sudah begini, berarti setidaknya aku sudah pantas untuk menjadi pasanganmu kan? Untuk menjadi pasangan seorang Tuan Putri?"

Nathasia terkekeh kecil mendengar pertanyaan itu. "Astaga, Harin. Aku tidak pernah sekali pun berpikir bahwa kau harus menjadi sosok yang luar biasa. Buktinya, saat kau hanyalah seorang remaja yang berusaha mencari kerja saja sudah membuatku jatuh hati padamu. Karena dari awal aku sudah yakin bahwa aku akan aman dan bahagia jika bersamamu. Aku yakin cintamu adalah hal luar biasa untuk aku miliki. Karena saat kau mencintai, kau pasti akan memberikan segalanya termasuk dirimu. Dan bagiku itu sudah sangat cukup."

Gadis itu beranjak lalu ia duduk berhadapan dengan Harin. Ia menangkup wajah Harin dengan kedua tangannya yang terlihat mungil jika dibandingkan dengan wajah Harin. Kemudian ia mendekatkan wajahnya lalu tanpa ragu ia mencium Harin, tepat di bibirnya.

Harin tidak lagi terkejut, karena ini bukanlah ciuman pertama mereka. Meskipun rasanya masih tetap sama mendebarkannya seperti ciuman pertama mereka kala itu. Rasanya tidak akan pernah cukup. Mau seerat apa pun Harin memeluk Nathasia, mau seberapa lama pun ciuman mereka, rasanya Harin tidak akan pernah merasa cukup akan sosok Nathasia. Ia ingin lebih. Setidaknya malam ini ia ingin lebih.

"Harin, aku ingin kau menghabiskan malam ini bersamaku," bisik Nathasia setelah melepaskan ciumannya dari Harin.

Selanjutnya, tanpa ragu, gadis itu meraih kancing jas Harin lalu melepaskannya. Tidak berhenti di situ, ia juga melepaskan seragam ksatria yang dikenakan oleh Harin. Jelas, Harin benar-benar terkejut. Otaknya mengatakan bahwa ini salah. Ia bahkan belum pernah menghabiskan malam dengan Charise sama sekali meskipun sudah lebih dari dua tahun pernikahan mereka. Namun hatinya enggan menolak. Ia mencintai Nathasia dengan seluruh jiwanya. Sehingga ide menghabiskan malam ini bersama tidak bisa ditolak sama sekali olehnya.

TRAUMA (ONEWE & ONEUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang