"Harin? Kau sudah akan pergi?"
Charise baru saja melangkah menuju ruang makan, tapi malah berpapasan dengan Harin yang telah memakai setelan lengkap. Padahal mereka baru kembali beberapa jam yang lalu dari melihat bulan, Charise pun hanya istirahat sebentar saja. Namun, Harin terlihat sudah rapi seolah akan pergi.
"Ada panggilan dari istana untuk rapat. Maaf aku harus segera pergi."
Harin meninggalkan kecupan manis di kening Charise sebelum beranjak pergi ke pintu depan. Wanita itu hanya bisa mengikuti suaminya ke pintu depan dan berpesan untuk berhati-hati selama perjalanan ke istana.
Malam festival yang panjang telah berakhir dan Harin kembali menjadi dirinya yang biasa, yang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memiliki waktu untuk melakukan hal lain. Di sisi lain, itu sudah menjadi risiko dari seorang istri pahlawan perang kan? Harus selalu siap ditinggalkan suaminya pergi bertugas.
Untuk kali ini, kepergian Harin tidak terlalu terasa berat. Charise akan mengganti sikapnya yang dulunya menghindari Harin yang pulang menjadi akan menunggu kepulangan Harin. Mungkin jika ia menunggu dengan perasaan yang lebih positif, segalanya tidak akan terasa berat. Bahkan walaupun Charise harus pergi sendirian lagi, ia tahu bahwa Harin tidak sepenuhnya tidak peduli padanya seperti dulu. Ia bisa dengan bangga mengatakan pada para Nyonya Bangsawan lain bahwa suaminya pergi bertugas demi keamanan kerajaan.
Charise benar-benar bersyukur akhirnya sampai juga pada saat hubungan mereka berkembang ke arah yang lebih positif. Setelah dua tahun menikah dan sekitar dua bulan tinggal bersama, akhirnya sosok suaminya bukanlah yang dihindarinya lagi.
Wanita itu menyentuh bibirnya saat mengingat ciuman Harin semalam. Rasanya seperti mimpi. Tapi Charise tidak akan mengharapkan apa-apa dari ciuman ini. Ia harus bersyukur dengan segala perhatian dan kebaikan hati Harin sejauh ini. Pasti jika ia mulai berharap, segalanya akan berjalan kacau. Sebisa mungkin, Charise tidak boleh berharap dan harus mempertahankan perasaannya sendiri.
Ia tidak boleh jatuh cinta dengan Harin. Bahkan sedikitpun memiliki perasaan padanya adalah hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Hanya dengan cara itu Charise akan terhindar dari sakit hati. Sudah cukup segala penderitaannya, mulai hari ini Charise akan lebih berbahagia dengan apapun yang dimilikinya.
Ternyata, respon tidak berbeda juga diberikan Harin. Lelaki itu menyentuh bibirnya dan wajahnya memanas. Entah keberanian dari mana sehingga ia bisa mencium Charise. Tapi yang jelas, ia memang tidak suka melihat Charise menangis. Perasaannya juga menggebu-gebu saat itu sehingga ia nekad mencium Charise.
Walaupun sebenarnya itu bukanlah dosa. Karena mereka telah menjadi pasangan suami-istri. Justru, itu adalah hal yang wajar. Berciuman, berpelukan, dan hal lainnya adalah wajar. Itu adalah cara untuk mengekspresikan cinta, benar?
Sebentar, cinta? Bisa-bisanya Harin malah memikirkan hal itu saat wajah Charise muncul di kepalanya. Tidak, ia tidak boleh mencintai Charise. Dirinya tidak pantas untuk melakukan itu. Ia hanyalah rakyat jelata, sementara Charise adalah wanita berdarah biru. Bukankah pernikahan ini hanya atas dasar kewajiban? Belum lagi, masih ada Nat, seharusnya Harin tidak memikirkan hal yang tidak seharusnya.
"Selamat pagi, Tuan Marquess."
Sapaan itu terdengar ketika Harin turun dari kudanya dan mulai melangkah di koridor istana yang panjang demi menuju ruang rapat. Kepergian yang tak lama lagi membuat intensitas rapat semakin sering. Padahal hati Harin sudah mulai berat untuk pergi.
Jika ia pergi, maka ia akan meninggalkan istrinya. Jika ia pergi, maka istrinya akan sendirian lagi. Jika ia pergi, mungkin hubungan mereka akan kembali menjauh seolah orang asing. Belum lagi entah bahaya macam apa yang dihadapi Charise jika ia kembali sendirian. Wanita itu baru saja terlihat berbahagia belakangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA (ONEWE & ONEUS)
FanfictionCharise memiliki banyak luka di masa lalu. Sementara Harin terjebak di masa lalu. Benang takdir menarik mereka untuk mendekat dan saling terlibat dalam sebuah pernikahan politik. Tapi Charise dengan banyak luka di masa lalu tidak bisa mencintai. Beg...