HB | 1.0

1.8K 386 135
                                        

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

TERIMA KASIH.

**** Half Blood - 1.0 ****

"Cheeerss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cheeerss....!!!"

Eve berteriak gembira ketika gelas sampanye nya beradu dengan gelas teman-temannya. Dalam sekejap ia menyesap minuman berwarna kuning keemasan tersebut dan mengernyit. Tapi Eve tetap melebarkan senyum cantiknya.

"Evonne Clay... Jangan bilang kau harus pulang sebelum jam sembilan malam hari ini." Salah satu teman Eve menuding tajam kearahnya.

Belum sempat Eve menjawab, suara lain mulai mengambil alih perhatian, "Oh... C'mon... Eve... Kau bukan cinderella. Kau seperti perawan saja harus pulang sebelum jam sembilan malam."

"Memang dia masih perawan kan? Aku belum pernah melihat Eve bergandengan dengan satu laki-laki pun." Timpal sahabat Eve yang lain.

"Jangan bilang kau tertarik pada salah satu dari kita, Eve."

Iyuuuuhhhh..

Desahan jijik mulai terdengar bagaikan paduan suara.Eve hanya tertawa mendengar hal tersebut.

Entah berapa orang yang ada disana, Eve tidak ingin menghitung. Yang jelas lebih dari satu, karena Eve termasuk orang yang suka berteman, dengan orang-orang tertentu maksudnya. Dan lagi semua yang ada di ruangan tersebut berjenis kelamin sama. Perempuan. Selain itu akan diusir oleh Eve karena dia anti laki-laki. Bukan berarti Eve lesbi seperti yang dituduhkan, Eve hanya tidak ingin menjadi korban laki-laki yang sekali pakai langsung buang. Atau kalau sudah bosan akan dicampakkan, seperti yang sering teman-temannya alami selama ini.

Eve tidak mau seperti itu. Apalagi menangis tersedu-sedu karena laki-laki. Maaf-maaf saja, hal itu tidak mungkin Eve lakukan. Eve biasa mendapat apa yang ia mau, dan ia biasa dipuja banyak orang. Jadi jika ia harus mengejar laki-laki hanya untuk kesenangan saja, Eve tidak mau melakukannya. Buang-buang tenaga.

Dan sebagai siswa yang cukup populer, sosialita yang cukup dikenal masyarakat luas daerah Woodside, Eve punya standar yang tinggi untuk pasangannya nanti. Tampan, kaya, dan yang pasti memuja dirinya.

Sejauh ini belum ada yang mendekati kriteria tersebut.

Ada yang tampan dan memuja dirinya, tapi tidak terlalu kaya. Eve akan menggeleng dalam pendekatan pertama.

Katakan saja Eve matrealistis, tapi semua orang butuh uang. Eve perlu gaun, Eve perlu make up, Eve perlu berlibur, dan hal itu hanya bisa ia dapatkan jika ia punya uang. Jadi untuk apa ia bertahan dengan laki-laki yang ekonominya lebih rendah dibanding ekonomi keluarga Clay?

Half Blood [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang