Sedari tadi masuk ke perusahaan, Alva terus saja mengekor kemanapun Jennie pergi. Memulai aktivitasnya kembali setelah melakukan liburan singkat di villa. Jennie mulai merasa kesal karena banyak orang yang sedari tadi menatap mereka.Duduk dikantin dengan nyaman, Jennie membawa nampan penuh makanan. Senyuman Alva terlihat begitu senang menatap makanan yang telah tersaji didepannya. "Al boleh makan, Jen?" Diangguki Jennie yang ikut makan juga.
Jennie telah menghabiskan semangkuk soto dan juga segelas es teh manis. Didepannya masih ada Alva yang menghabiskan mangkok kedua sotonya sampai kekuah kuahnya. Dia menggeleng pelan mengetahui nafsu makan Alva yang begitu besar.
"Jen, makasih makan siangnya." Jennie mengangguk. "Sama sama, ayo balik lagi." ajak Jennie yang tak mungkin meninggalkan Alva sendirian di tempat baru.
Seperti sebelumnya, Alva akan memegang lengan baju yang dikenakan Jennie mengikuti kemanapun perginya Jennie. Banyak karyawan yang salah fokus pada wajah Alva yang terbilang sangat tampan bak model yang sedang melakukan fashion show.
Jennie membuka ruangan CEO perusahaan dan duduk disofa bersama Alva menunggu laki laki itu selesai rapat seperti yang dikatakan Naya.
Tidak menunggu lama orang yang ditunggu Jennie datang. "Hallo sayang, apa kabar kamu?" tanyanya begitu ramah pada Jennie membuat keruh wajah Alva.
Jennie menyebut pelukan laki laki ini dengan hangat juga. "Lama ga ketemu, aku baik Van."
Revano Wardhana. CEO muda yang menjabat di perusahaan ayahnya sejak lima tahun yang lalu. Menjadi salah satu orang terdekat Jennie dimana Revano begitu membantunya sampai sekarang. Tapi sayangnya dia bermulut manis dan playboy!
Revano menatap Alva yang berdiri dibelakang Jennie dengan wajah galaknya. Dia mengangkat satu alisnya menatap Alva bingung. Setaunya Jennie dekat dengan Derrel tapi tidak berniat menjalin hubungan. Jadi siapa dia batinnya bertanya tanya.
Revano menunjuk Alva dengan dagunya meminta penjelasan pada Jennie. Jennie ikut menoleh kebelakang kemudian mengangguk.
"Kenalin dia Alvaska dan Alva dia Revano sahabatku."
Revano mengulurkan tangannya disambut oleh Alva. "Alva pacarnya Jen." ucap Alva dengan senyuman mengembang dibibirnya.
Jennie begitu kaget begitu juga dengan Revano. Tapi Revano lebih cepat menguasai dirinya kemudian membalas senyuman Alva. Tangan keduanya terlepas.
"Sahabat deketnya, Jen." Revano merangkul pundak Jennie begitu akrab membuat Alva merenggut tidak suka.
Buru buru Alva menarik Jennie dalam pelukannya membuat Jennie sendiri terkaget begitu juga Revano. Tarikan tangan Jennie lumayan kuat hingga membuat wajah Jennie menubruk dada bidang Alva. Wajahnya terbenam dengan nyaman disana.
Tangan Alva melingkari punggung Jennie begitu erat. "Ngga usah pegang pegang." peringat Alva pada Revano yang hany terkekeh geli.
"Dasar laki laki posesif." Revano langsung duduk disofa sembari melepas jas dan mengendurkan dasi yang mencekik lehernya dari tadi.
Jennie mendorong dada Alva agar menjauh darinya. Ia menatap Alva dengan sebal kemudian ikut duduk disofa. Alva mengikuti Jennie dari belakang bahkan duduk begitu dekat dengan Jennie.
Jennie tak perduli malah menanjutkan diskusinya dengan Revano dengan serius. Membiarkan Alva bermain dengan rambutnya untuk menghilangkan rasa bosan. Alva meraih jemari Jennie untuk dimainkan setelah bosan dengan rambut Jennie. Ia membawa jemari Jennie dalam genggaman tangannya.
"Jen masih lama? Al bosen banget."
—
Derrel mengepulkan asap rokok dari mulutnya dengan begitu lihai. Disampingnya ada Naya yang sedang menikmati seporsi nasi goreng dipinggir jalan yang begitu menggoda. Mulutnya tak henti hentinya memuji rasa nasi goreng yang begitu enak membuat Derrel menggeleng pelan.
Tadi sepulang dari meeting ban mobil Naya kempes entah apa penyebabnya. Terpaksa Naya harus menghentikan mobilnya dan menelpon bengkel langganannya. Karena tempat ia berhenti tak jauh dari kantor Derrel, ia putuskan untuk mampir sekalian dengan berjalan kaki.
Itulah alasan mereka disini, karena Naya memaksa Derrel untuk mengantarnya membeli nasi goreng. Tapi laki laki ini tidak ingin makan dan malah merokok sedari tadi.
Itu membuat Naya berdecak dan mengambil nasi goreng yang Naya sengaja pesan untuk Derrel. Setelah Derrel menyelesaikan batang rokoknya langsung dengan cepat Naya membawa sendok penuh nasi kedepan mulut Derrel.
Derrel menatap Naya bingung namun melihat mata Naya penuh pemaksaan membuat Derrel membuka mulutnya. Sesendok nasi goreng berhasil masuk kedalam mulut Derrel dengan sempurna. Senyuman Naya mengembang, dia menepuk kepala Derrel pelan.
"Anak pinter, makan yang banyak ya." ucap Naya seperti bicara pada anaknya sendiri.
Derrel menganggukkan kepala sembari tersenyum, "Baik mama." ucapnya seperti anak kecil.
Keduanya langsung tertawa terbahak membuat orang disekitar menoleh pada mereka. Naya menundukkan kepalanya karena malu dan dia lupa sedang berada ditempat umum. Namun tidak berlaku pada Derrel.
"Aaaaa Nay." Derrel membuka mulutnya membuat Naya menyuapinya lagi.
Begitu sampai sepiring nasi goreng habis di makan Derrel dengan cara disuapi Naya dengan sabar. Derrel meminum teh hangat yang ia pesan tadi. Setelah selesai mereka beranjak untuk pulang karena sudah semakin malam.
Derrel dan Naya menghampiri tukang nasi goreng untuk membayar. "Berapa pak?" tanya Derrel.
"Tadi apa aja mas?" tanya tukang nasi goreng.
Naya maju membuat Derrel mundur selangkah berdiri dibelakang Naya. "Satu nasi goreng spesial, satu nasi goreng ayam kecap sama dua teh hangat pak. Oh ya tadi tambah kerupuknya dua pak." jelas Naya diangguki oleh bapak tukang nasi goreng.
"Jadinya lima puluh dua mbak."
Dengan cepat Derrel mengulurkan selembar uang merah sebelum Naya mengambil dari dompetnya. "Sisanya untuk bapak saja."
"Makasih ya mas. Somoga keluarganya bahagia dan cepet di berikan keturunan."
Naya menggeleng cepat, "Eh kita—"
"Makasih ya pak. Kami permisi dulu." Derrel memotong ucapan Naya dan membawa Naya pergi dari sana.
"Derrel—"
"Brisik Nay, ayo pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
but it's you
FanfictionCastil tua ditengah hutan yang ditemukan Jennie membuat segalanya berubah. Berawal dari liburan yang ia rencanakan secara mendadak tapi berakhir sangat menyebalkan. Entah dari mana datangnya laki laki tampan yang terus menempelinya bahkan pergi ke k...