Sudah dua hari lebih Jennie keluar dari rumah sakit setelah dia membujuk dokter untuk mengijinkannya pulang. Hari ini, Jennie juga membujuk Revano agar dia bisa pergi ke kantor untuk kembali bekerja. Rasa bosan di rumah mungkin bisa membunuh secara perlahan jika terus dibiarkan.
Jennie bukan tipe orang yang suka duduk menganggur di rumah layaknya orang kaya raya yang uangnya datang dari mana saja. Dia masih harus bekerja demi masa tuanya yang indah serta sejahtera. Tidak bisa menjadi malas di masa muda hanya untuk duduk minum teh tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna.
Karena itulah sejak pagi, Jennie terus merengek agar dibolehkan bekerja atau ikut pergi ke kantor. Alva dan Naya pergi untuk pemotretan salah satu brand fashion. Derrel tentu saja sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Di rumah membaca buku mungkin menjadi ide yang menarik, tapi tidak ada buku lagi yang bisa dibaca. Dia telah membaca semua buku yang ada di rumahnya.
Tanpa persetujuan siapapun, Jennie mengenakan hoodie warna maroon yang tergantung di belakang pintu kamar. Dia ingin pergi jalan-jalan dan itu akan terjadi meskipun semua orang melarangnya untuk pergi sendiri. Lagi pula dia sudah sehat dan bisa menjaga diri sendiri, jadi apa yang perlu dikhawatirkan. Yahh, mungkin kalau dia tidak pingsan mendadak lagi. Itu sebuah catatan penting.
Setelah melihat mobil yang dipesannya melalui aplikasi berhenti di depan rumah, Jennie langsung berlari dan mengunci pintu rumah. Tujuannya kali ini adalah mall yang letaknya tak jauh dari kantor Revano sehingga nanti setelah puas berkeliling bisa singgah di sana. Dalam otak Jennie telah tersusun rapi serangkaian kegiatan menyenangkan yang bisa dia lakukan.
Setelah menempuh perjalan yang lumayan panjang akhirnya Jennie sampai mall yang dituju. Bergegas Jennie masuk dan tujuan pertamanya adalah tempat ice cream. Sudah sangat lama dirinya tidak menikmati Ice Cream rasa strawberry caramel dengan ekstra potongan buah strawberry.
Jennie duduk sendiri melihat orang-orang yang sibuk dengan dunianya sendiri. Dia mengerti, ada beberapa hal yang perlu disyukuri dalam hidupnya. Melihat beberapa orang yang terlihat kesepian berjalan menuju toko-toko di mall ini membuat Jennie merasa sedih juga. Tapi apa boleh buat, itu bukanlah ranahnya untuk mencampuri urusan orang lain.
Setelah menghabiskan ice creamnya, ia kembali bersiap untuk menyusuri mall dan pulang dengan membawa banyak belanjaan. Tidak sabar untuk memasuki beberapa toko dengan nama brand besar dan terkenal.
Tapi sayangnya Jennie terlalu semangat hingga ia tak sengaja menabrak orang hingga jatuh. Mungkin ini salah keduanya. Laki-laki yang ditabraknya juga berjalan dengan terburu-buru hingga terjadilah insiden ini.
"Kalau jalan itu hati-hati dong. Matanya dipakai." omel Jennie yang sebal dan moodnya untuk belanja menurun.
Laki-laki itu menatap Jennie penuh dengan tanda tanya, "Kamu juga jalan ngga liat-liat main tabrak aja." sanggah si lelaki tidak terima disalahkan.
Hati yang sudah menahan kesal itu akhirnya meluap pada laki-laki ini. Rasanya Jennie ingin memukul hingga babak belur dan penuh perban sana-sini.
"Maksudnya kamu bilang saya jalan ngga liat sekeliling? Tadi kamu yang nabrak saya sampe jatuh. Kamu harusnya bayar biaya ganti rugi ke saya yang terluka." ucap Jennie menggebu-gebu.
Tentu saja hukum perempuan selalu benar itu tidak akan pernah terhapus.
"Mana gitu kamu ngga ada minta maaf malah marahin balik lagi." sambung Jennie dengan tangan terlipat di depan dada.
Kini mereka berdua telah menjadi tontona di mall. Tentu saja Jennie tau konsekuensinya, tapi hasrat untuk meluapkan kekesalannya ini meluap begitu saja pada lelaki di depannya. Dia juga tidak ingin marah-marah karena ini hanya masalah kecil yang diselesaikan baik-baik.
Tapi kali ini Jennie memilih untuk tidak melakukan hal tersebut. Dia hanya di ngin emisinya tersalurkan. Sedikit egois tapi begitulah manusia.
"Kamu nyalahin saya semua? Kamu ngga ngaca? Apa ngga punya kaca besar untuk melihat penampilan kamu?"
Diam. Jennie ingin mengeluarkan api dalam mulutnya yang sudah bersiap berkobar. Tapi tidak, dia tidak bisa menghancurkan image di mata pembaca bukuku. Sebagai perempuan yang manis, sopan, baik, tegas dan pengertian.
"Maaf yaa, mas dan semuanya atas kejadian ini. Maaf mengganggu waktu kalian."
Jennie melirik Vano dengan sebal. Padahal dia bukan anak kecil lagi yang harus disertet. "Kenapa sii? Aku bum selesai tadi, Van." kesal Jennie yang digandeng tangannya menuju parkiran.
"Aku mau cuci mata." sambungnya.
Revano menghela nafas, "Dan menjadi tontonan satu mall?" dijawab gelengan oleh Jennie.
Setelah masuk dalam mobil Revano menghela nafas lega. Tadi niatnya dia ingin kencan dengan salah satu perempuan yang ia kenal lewat dating apps namun gagal setelah melihat Jennie yang sedang bertengkar dengan entah siapa. Revano meminum air mineral yang ada di mobil yang dibelinya sebelum ke mall tadi.
"Kenapa masih ngeyel keluar si, Jen? Kan sudah dibilang jangan keluar dulu."
Jennie menoleh, "Emang kenapa si? Aku sehat, Van. Aku mau jalan-jalan liat keadaan sekitar."
"Iyaa, tapi kamu jangan sendirian gini, bahaya."
"Bahaya apa? Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diriku sendiri."
Revano menghela nafas gusar. Terakhir kali dokter yang ditemuinya mengatakan jika Jennie jangan terlalu lelah dulu dan usahakan emosinya stabil karena dapat mempengaruhi kesehatannya. Tapi melihat kejadian tadi membuatnya khawatir setengah mati.
"Van, kepalaku sakit." Jennie memegang kepalanya yang seolah-olah ditusuk dengan ribuan jarum.
"Jen, kamu kenapa?" Panik, Revano memegang kedua tangan Jennie yang kini memeluk kepalanya.
Jennie hanya menggeleng, tak mampu lagi untuk menjawab. "Tunggu sebentar, kita kerumah sakit sekarang." Detik itu juga, Revano langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
"Selamat menikmati, Raja Kegelapan Bawah. Bukankah, kau suka bermain-main?"
-
Astaga udah lama bangettt ngga kesinii
terima kasih untuk temen-temen yang udah mau nunggu cerita ini.
semoga aku bisa lebih rajin up karna udah mau liburan. Aamiin
![](https://img.wattpad.com/cover/226040965-288-k734675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
but it's you
FanficCastil tua ditengah hutan yang ditemukan Jennie membuat segalanya berubah. Berawal dari liburan yang ia rencanakan secara mendadak tapi berakhir sangat menyebalkan. Entah dari mana datangnya laki laki tampan yang terus menempelinya bahkan pergi ke k...