Pagi itu menjadi pagi yang begitu dinanti oleh Naya, Derrel dan juga Revano. Itu dikarenakan Jennie yang sadar kembali. Harap-harap cemas begitu menyelimuti ruangan ketika dokter memeriksa kondisi Jennie yang ternyata sudah jauh lebih baik.
Naya bersorak gembira begitu pula dengan Revano. Mereka bahkan sampai menitihkan air mata melihat Jennie yang sudah bisa tersenyum meskipun hanya tipis. Tapi perasaan lega benar-benar membuat meraka merasa lebih tenang.
Naya duduk di samping Jennie sembari menggenggam tangannya. "Gimana keadaan lo, Jen? Jangan bohong, kalo sakit bilang."
Jennie menghela nafas, "Kan tadi aku udah bilang, gue baik, Nay. Dokter juga udah meriksa tadi dan ya, hasilnya sangat baik, Ibu Naya." jawab Jennie jengah karena sedari tadi Revano, Derrel bahkan sampai Naya menanyakan pertanyaan yang sama.
Naya menyadarkan punggung di sandaran kursi menatap Jennie yang masih pucat. "Kenapa? Kenapa bisa sampe kayak gini?" tanya Naya begitu ambigu.
Revano dan Derrel yang berdiri di belakang Naya juga bingung. "Kemaren kamu baik-baik aja Jen, tiba-tiba pas kita enjoy, happy, kamu pingsan dan ngga sadarkan diri. Kita panik."
Jennie terdiam mengingat kemarin mereka sedang party di pinggir pantai sampai akhirnya dirinya pingsan. Jennie merasa bingung juga, dia sangat amat yakin dirinya sehat bahkan juga masih mengonsumsi vitamin agar dirinya tidak mudah down. Tapi malam itu tiba-tiba kepalanya merasa pusing dan Jennie pikir karena terlalu banyak minum hingga mabuk. Tapi bukan, setelah itu semuanya gelap dan dia berada di taman yang indah.
Dia mencoba mencari jalan keluar karena dia tau ini bukan tempatnya. Dia juga merasa taman ini sangat kosong bahkan hanya ada suara air mengalir, burung dan gesekan daun pepohonan. Jika dalam kondisi stress, mungkin ini bisa jadi tempat healing paling direkomendasikan tapi sayangnya sekarang tidak. Jennie hanya ingin pergi dari sini.
Tempat ini sangat aneh. Dia tidak mengenali apapun disini. Semakin dia berjalan semakin dia ingin menangis tak menemukan jalan keluar. Hanya bertemu beberapa hewan seperti burung, kupu-kupu, capung dan bunga yang indah.
Meskipun dulunya sewaktu kecil dia juga ingin menjadi seorang putri yang berjalan di hutan sendirian, sekarang dia tidak ingin. Ini sangat menyeramkan, dari mana khayalannya dulu berasal? Sangat berbanding terbalik dengan kondisinya sekarang.
Jennie terus berjalan sampai dia bertemu dengan Castil yang sangat indah dikelilingi taman bunga dan ada kuda putih juga disana. Dia tak bisa berhenti memuji keindahan Castil yang seperti dalam dongeng. Dia mendekat, dia ingin mengetahui lebih dekat.
Mata Jennie tertuju pada seorang laki-laki yang sedang membuat mahkota dari bunga bewarna putih dan kuning yang sangat cantik. Tapi yang membuat Jennie salah fokus adalah laki-laki itu mirip dengan Alva. Bukan tapi itu sepertinya Alva karena mereka sangat mirip.
Setelah laki-laki itu selesai kemudian memberikan mahkota bunga yang telah dirangkainya pada sosok perempuan yang duduk di bawah pohon rindang sedang membaca. Jennie tidak dapat melihat wajah perempuan itu karena perempuan itu duduk membelakanginya. Setelah itu mereka berpelukan.
Woahh apa ini? Apakah mereka berciuman? Jennie meremas gaun yang dipakainya. Alva selingkuh darinya? Dengan perempuan yang tidak jelas ini? Dia diselingkuhi?
Betapa mengenaskannya nasib yang Jennie miliki. Kehilangan orang tua dikhianati orang yang dicintai. Konspirasi semesta brengsek macam apa ini. Kenapa cinta pertamanya malah semanyakitkan ini. Jennie benar-benar ingin mengutuk langit sekarang.
Tapi tunggu, kenapa Jennie merasakan akan ada bahaya yang akan datang. Melihat sekeliling, Jennie menemukan ada dua orang yang sedang mengintai di balik semak-semak. Apa mereka mempunyai niat jahat pada Alva dan perempuan sialan itu?
Haruskah Jennie memberitahu Alva? Ataukah membiarkannya saja supaya Alva mendapatkan balasan dari mengkhianati cintanya? Jennie benar-benar bingung untuk membuat keputusan sekarang.
Setelah berpikir cukup lama, Jennie memilih untuk memberitahu Alva. Hati kecilnya yang sangat baik ini tidak tega melihat Alva sedih. Akhirnya dia berlari menuju taman Castil yang penuh dangan bunga. Dia mendekati Alva yang sedang memeluk perempuan itu.
Menyebalkan. Jennie melihat kearah semak-semak dimana penguntit itu mulai menyiapkan panahnya. Sepertinya mereka siap untuk menyerang Alva. Tapi ada Jennie yang siap melindungi Alva.
Dia menepuk pundak Alva dan, "Apa? Loh kak tembus?" Jennie mengulang untuk menyentuh Alva. Sekali lagi hingga berkali-kali tapi masih sama. Dia tidak dapat menyentuh Alva.
"Aku makhluk tembus pandang? Sama kayak jin? No, aku lebih cantik." Jennie meliha tangannya sendiri kemudian mencoba untuk menyentuh benda lain yang hasilnya masih sama.
"Alvaaa!" Jennie berusa dengan cara lain, yaitu berteriak namun tidak juga bisa didengar. Sial.
Melihat penguntit itu sudah mengarahkan anak panahnya membuat kepanikan Jennie meningkat. Dia bediri untuk menghadang anak panah meskipun tidak yakin karena tubuhnya tembus pandang alias transparan. Setidaknya dia sudah berniat melindungi.
Tepat ketika anak panah itu melesat dan akhirnya mengenai jantungnya, Jennie tersadar dengan debaran jantung yang begitu kencang. Hal pertama yang Jennie lihat adalah wajah bahagia teman-temannya tanpa Alva. Dimana anak itu?
"Aku ngga tau. Semua tiba-tiba terjadi begitu saja." jawab Jennie yang tak mengkin menceritakan mimpi anehnya itu.
Namun tak lama Alva datang dengan membawa kresek hitam yang berisikan makanan dengan wajah yang sedikit puncat. Bola mata Alva membesar kala melihat Jennie yang telah sadarkan diri. Dengan terburu-buru Alva menghampiri Jennie dan memeluknya.
"Keluar Al." ucap Jennie tanpa memperdulikan Alva yang kaget begitu pun teman-temannya.
Jennie masih kesal dengan mimpi anehnya. Sangat menyebalkan.
"Tapi, Jen."
"Keluar, Al."
Alva menundukan kepalanya kemudian mengangguk setuju. Alva menarik kresek makanan yang dibawanya di atas sofa kemudian meninggalkan ruang rawat Jennie dengan lesu. Bahkan kepalanya terasa sedikit pusing.
Begitu Alva menutup pintu, Revano langsung mendekati Jennie. "Jen, kamu beneran ngusir Alva pergi gitu aja?" tanya Revano memastikan keputusan Jennie.
Jennie mengedip beberapa kali. "Ngga tau ah, mau tidur." ucap Jennie sembari membungkus dirinya dengan selimut.
![](https://img.wattpad.com/cover/226040965-288-k734675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
but it's you
FanficCastil tua ditengah hutan yang ditemukan Jennie membuat segalanya berubah. Berawal dari liburan yang ia rencanakan secara mendadak tapi berakhir sangat menyebalkan. Entah dari mana datangnya laki laki tampan yang terus menempelinya bahkan pergi ke k...