: 29 : ada yang beda

166 21 2
                                    


Jennie masih syok ketika tau Naya dan Derrel berpacaran. Memang Jennie sering mengusili mereka untuk jadian tapikan itu hanya usilan belaka tanpa ada maksud lain dan tidak menyangka menjadi kenyataan. Di mata Jennie mereka bagai Tom & Jerry yang bisa ribut dimana saja dan kapan saja. Jadi Jennie tidak menyangka kalau mereka berdua akan menjalin hubungan.

Menyandarkan tubuhnya pada sofa ruang Tv, Jennie menunggu Alva yang mengambil barang belanjaannya dari mobil. Terutama kebutuhan rumah karena beberapa barang mulai menipis. Badannya menjadi mudah lelah akhir-akhir ini karenanya Alva melarang Jennie untuk istirahat saja dan jikalau bosan bisa berkebun di mini garden ala ala yang mereka ciptakan. Jennie pikir akan lebih baik untuk pindah tempat tinggal yang mempunyai pekarangan yang luas dimana dia bisa menanam apapun sesuka hatinya. 

Terdengar pintu terbuka dan Alva muncul dengan barang bawaan yang cukup banyak menuju dapur. Jennie membantu Alva untuk menata beberapa barang yang mereka beli.

"Al, besok kita buat sate taichan aja yuk." Ajak Jennie yang sedang memasukkan protein hewani ke dalam chiler. Rasanya tidak akan sulit membuat sate taichan karena dia sudah melihat tutorialnya di Youtube.

Alva mengangguk mengiyakan ajakan Jennie. Beberapa hari ini Alva jadi sedikit pendiam dan tidak lagi menempeli Jennie seperti perangko. Entah memang seperti itu atau hanya pikirannya saja, dia bingung.

Setelah menata semua yang diperlukan mereka kembali ke dalam kamar masing-masing tanpa ada pembicaraan lagi. Hal itu membuat Jennie merasa canggung karena aneh rasanya jika Alva menjadi pendiam. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan berfikir mungkin Alva kelelahan karena banyak job. Tapi meski begitu ini bukan seperti Alva biasanya. Semakin dipikirkan semakin pusing dibuatnya hingga rasa kantuk datang karena tubuh terlalu lelah.

Tak berselang lama pintu kamar Jennie terbuka dan Alva masuk lalu duduk di tepi kasur. Dia mengelus pipi Jennie dengan lembut berharap jika Jennie memang sudah tidur dengan pulas. Cukup lama Alva melakukan hal tersebut hingga dia beralih menjambak rambutnya sendiri. Dia merasa kesal.

"Jen, jangan pergi ya." ucapnya ditengah rasa kesal yang menderanya.

Alva kesal karena menyadari fakta jika waktunya hampir tiba. Dia sudah cukup bahagia sekarang. Namun tidak dapat dipungkiri jika kutukan itu masih ada maka semuanya hanya sementara. Jika bisa, Alva ingin menukarkan setengah keabadiaannya untuk Jennie agar mereka bisa hidup dan mati bersama.

Alva kembali menatap wajah canti Jennie yang tertidur lelap. Tenang dan damai. Tapi kadang dia takut jika ekspresi itulah yang akan menjadi pemandangan terakhirnya. "Gimana caranya aku nahan kamu agar tetap disini?"

Menarik nafasnya dalam, Alva keluar dari kamar Jennie dan kembali ke kamarnya. Matanya tertuju pada amplop yan ada di atas nakas. Lebih menariknya lagi aroma yang ditinggalkan begitu khas sehingga membuat Alva langsung meraih surat itu. Dia membukannya dengan tergesa dan membacanya. Hanya ada kalimat "Waktunya hampir tiba."  Namun dapat membuat nafas Alva tercekat.

"Sialan." umpat Alva dengan keras.

Alva menagambil kaluang liontin naga dari kehampaan. Hanya ini yang Alva temukan tidak dengan pedang itu. Apakah kali ini dia harus membuhuh bajigan sialan itu meskipun nyawanya dalam bahaya sekalipun. Jika tau dia akan menjadi bajingan lebih baik dibunuh saja sejak masih kecil. Bukan tidak pernah Alva mencoba untuk membunuh saudara tirinya, jika dihitung mungkin tak terhingga kalinya. Tapi dia tidak pernah bisa karena dia sudah berjanji pada ayahnya. Diapun telah mencapai keabadian sehingga sulit untuk mati bahkan jika dia ingin sekalipun.

Dilihatnya kalung yang ada dalam genggamannya dengan seksama untuk memastikan jika kalung itu adalah kalung asli. Selain itu, Alva juga harus mengumpulkan niatnya dan mempersiapkan dirinya lebih dari sebelumnya. Karena setelah ini dia hanya bisa berharap jika metode yang dia gunakan bisa menyelamatkan Jennie dan memilikinya selamanya.

---

Esok harinya Jennie sudah berada di dapur menyiapkan  bahan yang akan dia gunakan untuk memasak sate taichan seperti rencananya semalam. Sembari menunggu daging ayamnya kembali ke suhu ruang, Jennie membuat sambal yang akan menjadi cocolannya. Dia mencuci beberapa cabai rawit dan cabai kriting beserta dengan bawang putih. Kemudian dia merebusnya hingga airnya mendidih dan tunggu hingga cabainya menjadi layu. Setelah itu, dia meniriskan cabai dan bawanng untuk dimasukkan dalam blender tak lupa dengan garam serta kaldu jamur. Dia menuang cabai yang sudah diblender dalam mangkok untuk selanjutnya di siram dengan minyak panas.

Setelah sambalnya selesai, Jennie memotong dada dan paha ayam filet menjadi kotak-kotak kecil agar mudah ditusukkan ke tusuk sate. Setelah menjadi potongan kecil daging ayam ditaruh dalam mangkok untuk diberi bumbu marinasi berupa bawang putih cincang, sedikit olive oil dan sedikit garam. Saat sedang mengaduk ayam agar bumbunya merata tiba-tiba Alva datang dan langsung memeluk Jennie. Wajahnya di taruh di pundak Jennie yang kaget.

"Ngagetin aja si." Alva hanya tertawa sebagai jawaban.

"Serius banget si, ada yang bisa aku bantu?" tawar Alva sembali melihat Jennie yang menutup daging ayam dengan plastik wrap.

Jennie melepaskan pelukan Alva dan pergi untuk mencuci tangannya. "Ada, tolong kupasin buahnya ya. Hari ini mau melon sama apel aja, ya?"

Alva mengangguk mengerti lalu mengambil buah melon dan apel dari dalam kulkas. "Jen ngga mau buah jeruk juga?" tanya Alva ketika melihat ada beberapa buah disana. Jennie menggeleng "Engga mau."

Jennie menyiapkan teflon untuk memanggang karena ribet kalo harus dibakar betulan. Jadilah dia punya ide untuk dipanggang diatas teflon. Membiarkan Alva untuk mengupas buah, Jennie menusukkan daging ayam ke tusuk sate hingga habis. Menyalakan kompor dengan api sedang kemudian menunggu panas agar bisa memanggang sate.

Waktu berlalu dengan cepat hingga Jennie selesai dengan kegiatannya memanggang dan membawanya di ruang Tv dimana Alva sudah menunggunya dengan film di Netflix. Jennie duduk di karpet samping Alva dan keheranan melihat buah jeruk disana.

"Kok ada jeruk?" tanya Jennie sembari menoel lengan Alva.

Alva mengangguk, "Emangnya kenapa?" 

"Tadikan aku bilang melon sama apel aja."

"Kan Jen ngga mau, tapikan Al mau."

"Yaudah deh terserah penting dihabisin ya."

but it's youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang