:23: apapun untukmu

438 80 4
                                    

Jennie terbangun dari tidurnya namun ruangannya kosong hanya menyisakan dirinya sendiri. Apakah temannya pergi untuk makan di kantin rumah sakit? Tapi kenapa tidak ada yang menjaga dirinya?

Dengan pasrah Jennie menghembuskan nafas dan mengambil minum yang ada di meja. Sedikit kesulitan namun nyatanya dia berhasil dengan sedikit tumpahan di tangannya. Dia menegak air bening itu untuk membasahi tenggorokan nya yang kering.

Melirik sekeliling yang tampak kosong dan membosankan. Biasanya ada Alva disekelilingnya, mengganggunya bekerja tapi ia menyukainya. Tapi sekarang entah kemana anak itu pergi setelah tadi ia mengusirnya.

"Jennie begoo. Kenapa tadi sampe kebawa emosi mimpi sih. Itu mimpi cuma bunga tidur, tapi Alva yang nemenin tidur. Jadi kangen ayang." Jennie bergumam dengan sebal pada dirinya sendiri. Merutuki keputusannya mengusir Alva keluar.

Padahal jelas-jelas dia juga ingin memeluk laki-laki itu. Apalagi melihat wajahnya yang pucat dan kumal. Alva pasti sangat mengkhawatirkannya.

"Kemana lagi hpku?" Jennie melihat meja disampingnya yang dipenuhi oleh makanan yang sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Jennie berharap Alva akan datang saat ini. Jennie menutup matanya sembari memegang dadanya. "Al kesini sekarang. Jen ngga mau sendirian." gumam Jennie berulang kali.

Kata orang jika kamu merindukan seseorang maka sebutlah namanya dengan tulus. Jika dua hati saling merindukan dan saling mencintai, pesan hati pasti akan sampai. Jadi Jennie mencobanya berkali-kali menyebut nama Alva.

Jennie membuka matanya dan menjambak rambutnya. Ini tidak berhasil. Alva tidak datang. "Siapa yang bilang orang yang dirindukan akan datang kalau kita memintanya dengan tulus?!" kesal Jennie karena frustasi ingin bertemu Alva.

Dia pasrah duduk di ranjang rumah sakit dengan selang infus dan suara jam. Sangat sepi, membosankan, menyebalkan dan melelahkan.

Pintu ruangan terbuka. Laki-laki dengan pakaian lebih rapi berdiri disana dengan ragu. Seperti tidak yakin untuk masuk namun ingin masuk ruangan. Apalagi melihat orang yang dicarinya sudah membuka mata.

"Masuk aja." Ucapan itu membuat laki-laki itu mantap untuk masuk dan menghampiri Jennie yang menyandarkan badannya di bantal.

Jennie seneng, orang yang diharapkan akhirnya datang. Jennie rasa mantra itu berhasil tapi butuh sedikit proses untuk bekerja. Lagi pula mana ada hal yang instan di dunia ini.

"Al, pelukk." pinta Jennie dengan manja sembari merentangkan tangannya meminta untuk dipeluk.

Alva langsung tersenyum dengan sangat bahagia. Dia memeluk Jennie dengan erat dan menghirup kembali aroma tubuh Jennie yang sangat dia rindukan. Pelukan ini membuat Alva tak ingin lagi pergi.

Sungguh rindu yang menguap memenuhi ruangan seakan membiarkan semua orang merasakannya. Pelukan erat itu berakhir karena Jennie yang mendorong bahu Alva untuk mundur. Dia mengamati penampilan Alva lagi.

Rapi. Tapi lebih banyak berantakan dengan wajah kusut, kantung mata, bibir kering, tapi untungnya wangi. Bajunya juga hanya kaos hitam dan celana sobek entah milik siapa. Terlihat menggoda namun Jennie lebih menyukai tampilan layaknya CEO muda dengan aroma uang yang tebal.

"Kenapa bisa sampe kaya gini sih?" tanya Jennie dengan prihatin.

Alva tersenyum dengan lembut. Dia menyisir rambut Jennie ke belakang agar dia bisa lebih jelas melihat wajah cantiknya. Memang cantik. Sangat cantik.

"Al khawatir sama Jen." sebenarnya ini tidak menjawab pertanyaan Jennie tapi pernyataan itu cukup untuk membuat Jennie mengerti.

Alva melirik kresek yang dia bawa tadi. "Apa beliin Jen, makanan. Ada ayam bakar kesukaan Jen. Jen, makan yaa." ucap Alva dengan senyuman.

Jennie ikut melihat kresek yang dibawa Alva dengan minat. Makanan rumah sakit terasa hambar dan dia tidak suka. "Al, udah makan?" tanya Jennie dijawab anggukan kepala Alva.

"Tadi makan sama Derrel." Jennie mengangguk.

"Okey, Jen mau makan." Senyum Alva mengembang dengan cantik. "Tapi, aku mau..."

Jennie mendekatkan wajah ke wajah Alva dan mencium bibir Alva. Bibir Alva sangat kering sehingga Jennie dapat merasakan tekstur kasarnya. Dia menjilat bibir Alva hingga bibir itu basah.

Jennie menjauhkan wajahnya. Wajah Alva tampak masih kaget namun ada senyum tipis di bibir itu. Tangan Alva meraba bibirnya sendiri yang masih basah dan itu sukses membuat Jennie gemas.

"Mau lagi nggak?" tawar Jennie dengan murah hati yang tentunya langsung diangguki Alva.

Mereka mendekatkan wajah masing-masing hingga bibir mereka saling menempel. Alva tersenyum di sela kecupan yang diberikan Jennie.

Dengan berani Jennie mengalungkan kedua tangannya ke leher Alva untuk memperdalam ciuman mereka. Sedangkan Alva dengan berani mendekatkan pinggang Jennie untuk semakin mendekat dan menekan kepala Jennie.

Bibir mereka saling menempel dan lidah mereka saling beradu. Menyesap satu sama lain hingga Jennie mendorong tubuh Alva untuk menjauh. Nafasnya habis dan kupu-kupu di perutnya berterbangan keluar. Sensasi ini, Jennie menginginkannya lagi.

Menatap mata Alva yang penuh gairah membuat Jennie seneng. Entahlah kenapa begitu. Dengan gerakan sensualnya, Jennie mengelap bibir Alva dengan perlahan. Kini bibir Alva tidak lagi kering dan terlihat jauh lebih sehat.

Salah satu cara alami untuk membuat bibir semakin sehat, bekilau, dan tidak pecah-pecah. Seperti barusan yang Jennie dan Alva lakukan. Melihat hasil karyanya membuat Jennie merasa bangga.

"Al, inget ini baik-baik. Nggak boleh ada perempuan manapun yang boleh cium bibir kamu." ucap Jennie dengan serius dan tentunya Alva mendengarkan dengan serius. Tangan Jennie menyentuh bibir Alva yang tampak seksi, "Ini punyaku dan aku ngga suka berbagi dengan siapapun. Kamu ngerti kan?"

"Al, ngerti. Apapun untukmu, Jen."












jangan lupa untuk jatuh cinta (❤️)
meskipun jatuh cinta itu ngga selalu indah, tapi setidaknya kamu punya warna di hidupmu
jika kamu ngga merasakan cinta, kamu hanya akan merasa kosong, hampa dan kesepian

tidak semua cinta untuk lawan jenis (sbg pacar) berikan cintamu sebagai bentuk sayangmu pada orang terdekatmu

jangan lupa bahagia💛💛💛

but it's youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang