:16: ciuman

748 147 17
                                    

Alva duduk sembari menanti Jennie datang untuk menjemputnya dari pemotretan salah satu brand. Duduknya pun gelisah karena sudah lima belas menit berlalu Jennie belum datang. Jarinya sedari tadi bergerak memilin ujung kaosnya dengan rasa kekhawatiran. Ia sudah sangat merindukan perempuan itu.

Dari arah berlawanan seorang perempuan cantik yang juga seorang model datang mendekati Alva. "Kok belum pulang?" tanya perempuan yang sudah duduk di kursi sebelah Alva.

Tak menghiraukan ucapan si perempuan, mata Alva sibuk melihat pintu siapa tau Jennie segera muncul dari pintu yang membuatnya lega.

"Namaku Selinia, bisa dipanggil Selin. Kamu Alva'kan? Aku lihat hasil pemotretan kamu keren-keren loh." puji perempuan bernama Selinia namun tidak ditanggapi Alva sama sekali.

"Al," panggil Selin dan kali ini Alva menoleh dengan tidak suka.

"Panggil dengan lengkap, Alva tanpa pemenggalan." ucap Alva dingin.

Dengan kikuk Selin mengangguk, "Ahya, Alva."

Alva kembali fokus memperhatikan pintu berharap Jennie berjalan kearahnya dan mengajak pulang. Tapi sedari tadi matanya tidak melihat keberadaan orang yang dicarinya.

Selinia ikut memperhatikan pintu yang ramai di lalui oleh banyak kru pemotretan. "Kamu nungguin siapa?"

"Jen." jawab Alva singkat.

"Kamu deket banget ya sama Jen, penulis itu?" Alva mengangguk tanpa menoleh menjawab pertanyaan Selin.

Selinia mengangguk mendengar jawaban Alva. Dia tidak pergi dari tempatnya duduk tapi malah ikut menunggu kedatangan Jennie bersama Alva. Entahlah mengapa dia melakukan hal itu.

Tak lama Jennie datang dengan membawa beberapa box kopi yang di bagiakan untuk para pekerja disana tentunya dibantu oleh kru yang lain. Alva berdiri dengan senyum mengembang melihat Jennie datang.

"Jennn." panggil Alva dengan semangat menyembut kedatangan Jennie.

Jennie melambaikan tangan menyambut sapaan Alva yang begitu semangat. Dia memberikan secup Americano kesukaan Alva yang disambut dengan riang. "Terima kasih, Jen."

Jennie mengangguk sebagai jawaban, tapi matanya fokus pada perempuan di belakang Alva. Selinia yang berdiri dengan kikuk melihat Jennie yang menatapnya dengan fokus.

"Hallo, aku Jennie." Jennie mengulurkan tangannya sebagai salam perkenalan.

Selinia menyambut uluran tangan Jennie, "Selin, salam kenal."

"Cantik. Selin cantik ya, Al?"

"Engga, cantikan Jen banget." jawab Alva tanpa rasa beban membuat Jennie menunjukan senyum miring.

Selinia yang mendengar jawaban Alva tersenyum kaku.

"Maaf ya, Al emang gitu ucapannya ngga difilter dulu."

✨✨✨




Jennie mentap Alva yang berdiri dengan sempoyongan akibat mabuk bersama dengan Revano yang langsung pergi melihat wajah tidak bersahabat Jennie. Sepertinya ia menyesal mengijinkan Alva pergi bersama Revano yang katanya ingin pergi mengajari Alva menyetir mobil. Jennie mendekati Alva yang tampak kacau dengan kancing atas yang terbuka.

"Jen, Al suka sama Jen. Sukaaaa bangettt." racau Alva dengan mata sayu yang menatap Jennie.

Jennie memutar bola matanya sebal. Sedang mabukpun masih sempat untuk menggombali dirinya.

"Kenapa mabuk sih?" tanya Jennie yang berdiri di depan Alva.

Alva menggeleng, "Al nggak mabuk, Jen."

"Terus?"

Alva menggeleng kemudian tersenyum tampak seperti orang gila di mata Jennie. Orang gila yang sangat tampan tentunya.

"Al dimabuk cinta Jen hehehe."

"Dari mana belajar ngomong kaya gitu?" tanya Jen dengan pipi merah merona.

"Revano." jawab Alva singkat kemudian maju memeluk Jennie dengan begitu erat.

"Ehhh?"

Alva menaruh kepalanya di leher Jennie sembari menghirup wangi yang menjadi candunya. "Enak." komentar Alva setelah beberapa kali menghirup wangi Jennie yang sekarang memenugi penciumannya.

Jennie sendiri hanya berdiri mematung tanpa bergerak sedikitpun membiarkan Alva meghirup wangi tubuhnya. Ia mengelus punggung Alva dengan gerakan naik dan turun secara perlahan.

"Ahhh." Jennie mendesah kala lehernya dihisap kuat oleh Alva.

Dengan sekuat tenaga Jennie mendorong tubuh Alva untuk lepas darinya. Jennie menatap Alva yang tampak tak bersalah sedikitpun setelah membuatnya mendesah. Memegang lehernya dimana masih terasa sensasi hisapan kuat Alva disana.

"Jennhh." panggil Alva dengan suara yang begitu serak membuat Jennie malah fokus pada jakun Alva yang terlihat sangat seksi.

Dengan gerakan cepat Alva menarik tangan Jennie hingga perempuan itu masuk dalam dekapannya. Bibirnya langsung mencari bibir milik Jennie untuk di cicipi kembali. Namun nyatanya Jennie sadar dan langsung menghindari bibir Alva.

"Alvaa, kamu ngapain? Lepasin pelukannya." pinta Jennie dengan rontaan yang tidak berarti karena Alva begitu erat memeluk Jennie.

Alva menggeleng, "Cium." pintanya.

"Al lepas ini sesek banget." tapi Alva lagi lagi menggeleng.

"Al!" ucap Jennie dengan nada penuh peringatan yang membuat Alva mengendurkan pelukannya.

Alva tertunduk tak berani melihat wajah Jennie apalagi rasa panas dan pusing mulai menyerangnya. Ia bahkan sudah tidak begitu jelas menatap sekitarnya tapi aroma Jennie seakan terus memancing dirinya. "Maaff." ucap Alva penuh sesal.

Tapi tanpa diduga Jennie malah mengambil langkah pertama untuk mencium bibir Alva. Hanya menempel beberapa detik lalu Jennie menjauhkan wajahnya yang tampak semerah tomat. Alva berkedip beberapa kali akhirnya tersenyum.

"Lagi." pinta Alva dan Jennie mengabulkannya dengan hanya menempelkan bibirnya kemudian menarik diri kembali.

"Lagi."

"Lagi."

Dan kali ini Alva tidak melepaskannya begitu saja. Sesaat setelah bibir Jennie menempel dia langsung melumatnya dengan begitu lembut agar Jennie tidak merasa kaget.

"Buka mulutnya." pinta Alva disela lumatan bibirnya dan Jennie menurutinya dengan sangat mudah membuat lidah Alva mengeksplor deretan gigi Jennie.

"Arghhh Alhh." desah Jennie ketika tangan Alva bergerak naik mengelus punggungnya.

Alva melepaskan ciumannya menatap Jennie yang sedang menghirup oksigen sebanyak banyaknya.

"Jenn." panggil Alva dan Jennie menatap kedua mata Alva yang berkilat penuh bahaya baginya.

Tapi dia tidak bisa pergi atau lebih tepatnya tak ingin melarikan diri meskipun dia bisa sekarang. Jennie mentap mata Alva yang begitu gelap dengan jangkun naik turun yang indah.

Dengan langkah pasti Jennie mengalungkan tangannya pada leher Alva dan berbisik, "Ayo keatass."

"Jennn."

✨✨✨

haiiii happy Sunday ✨

but it's youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang