“Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.Gaby menghela napas pelan. Gerakan tangannya mengangkat sendok pun juga terlihat malas-malasan. Pagi ini di kantin yang lumayan sepi ia memutuskan sarapan sendiri karena sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun, namun tanpa dirinya sadari dari kejauhan ada sepasang mata tengah mengawasinya.
“Tumben sendiri?” Ervans muncul entah dari mana membuat Alfa terlonjak dari tempatnya.
“Kampret, kaget gue anjeng!” Alfa mengelus dadanya hampir saja serangan jantung melihat makhluk astral tiba-tiba ada di sebelahnya.
Ervans mendengus, kemudian menyeruput es kopi yang ada di depannya santai. “Sensi amat. Jangan suka marah-marah ntar muka lo tambah tua.”
“Kopi gue, anjir!” Alfa langsung merampas gelasnya dari tangan Ervans dengan kasar.
Ervans cengengesan, “Orang pelit pantatnya kelap-kelip.”
“Bodoamat. Dasar miskin!”
“Sialan! Gini-gini hape gue IPhone,” balas Ervans tak mau kalah.
“Gak nanya!” Alfa kembali fokus mengawasi gadisnya yang sedang dud—
“Lah?!” Ia langsung berdiri dengan wajah bingung. “Kok ilang???”
Ervans menaikkan sebelah alisnya. “Siap—Woii, cok lo mau kemana?”
Alfa tidak peduli. Berjalan cepat lalu berbelok dan menghilang di balik tembok. Menyisakan Ervans yang misuh-misuh sendiri di kantin.
“Eits, si Bos mau kemana buru-buru amat?” tanya Bagas tidak sengaja berpapasan dengan Alfa di jalan.
Cowok dengan hoodie hitam itu menoleh. “Nyari Gaby lihat gak?”
Bukannya menjawab Bagas malah cengengesan tidak jelas, membuat Alfa makin kesal.
“Stress apa gimana gue nanya juga.” Wajah datar itu semakin datar.
Bagas nyengi, lalu berbisik. “Masalahnya gue habis boker ngab.”
“Jir, nyesel gue tanya sama lo.”
Alfa kemudian mengecek ponselnya sebentar. Sudah tiga hari Gaby tak memberinya kabar. Kok kabar, pesan darinya saja tak berbalas. Kasihan.
“Timing lo kurang tepat,” ujar Bagas terkekeh sendiri.
Alfa mencibir pelan. Namun hal itu tak berlangsung lama ketika sebuah panggilan dari belakang membuatnya menoleh bersama Bagas.
“Sial, ratu ular datang.” Buru-buru Bagas balik badan, lalu pamitan. “Selamat berjuang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA
Teen FictionGimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat kakaknya? Ketua geng yang seharusnya sangar di depan anak buahnya malah berubah bucin, sebucin-bucinnya sama si cewek �...