"Stop Comparing Your Self With Other People."
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.Buruan bacaaa!!
Eits, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnyaHappy reading
Saat ini Alfa tengah berada di minimarket tentunya bersama Gaby di sampingnya. Sudah sepuluh menit gadis itu tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk memilih parfum yang katanya hanya tersedia di sana. Agak aneh memang, tapi ya sudahlah dari pada mendengar gadisnya merengek seperti anak kecil lebih baik menurutinya.
"Beli semuanya aja kalau bingung," kata Alfa mulai bosan.
Gaby mendongak, menatap orang yang berdiri di sebelahnya. "Lo yang bayarin?"
"Nyepelein Blackcard gue nih?" Alfa menaikan sebelah alisnya.
Gaby menggeleng, kemudian mengambil satu botol parfum sasarannya dan menaruhnya ke dalam keranjang yang Alfa bawa.
"Duit orangtua aja gak usah sombong."
Pemuda itu terkekeh mendengarnya. Ada benarnya juga Gaby berkata seperti itu. Toh semua uang dalam Blackcard atau ATM miliknya masih sumbangan dari orangtuanya tidak ada gunanya ia menyombongkan itu semua.
Dengan santai Alfa kembali mengekori sang majikan yang mulai berpindah dari tempat satu ke tempat lain. "Apa?" tanyanya saat gadis itu berbalik arah menatapnya.
Gaby nyengir kemudian berbisik. "Pengen pipis," ujarnya membuat Alfa menghela napas sabar.
"Pipis?" Gadis itu mengangguk mantap. "Yaudah ayo cari kamar mandi."
Gaby dengan cepat mengikuti Alfa yang berjalan ke arah kasir untuk bertanya perihal toilet, dan salah satu karyawan yang sedang berjaga memberitahu tempatnya.
Alfa mengangguk, lalu berterimakasih setelah karyawan itu kembali bekerja. Ia menoleh ke arah Gaby yang pasti sudah mengerti arahan dari karyawan barusan.
"Gue anter-"
Cup
"Gue bisa sendiri."
Setelah mendaratkan satu ciuman singkat di pipi Alfa, Gaby segera berlari ke luar minimarket. Meninggalkan Alfa yang mungkin sedang salah tingkah karena ulahnya yang sengaja menciumnya di tempat umum.
Alfa mematung, mengusap pipinya sambil menahan senyum yang ingin meledak. "Sialan, gue baper."
Cukup lama ia berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas tiba-tiba getaran dalam saku celananya membuatnya kembali fokus. Dengan cepat ia merogoh dan melihat ponselnya. Dua panggilan tak terjawab dari Gaby membuatnya mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA
Novela JuvenilGimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat kakaknya? Ketua geng yang seharusnya sangar di depan anak buahnya malah berubah bucin, sebucin-bucinnya sama si cewek �...