“Stop Comparing Your Self With People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.Udah double up jadi jangan lupa tembusin targetnya. Komen juga kalo perlu biar tambah rame!!!!
Alfalovers mana suaranya??
Happy reading🔥🔥
Sudah hampir dua jam Gaby terus menerus menatap manusia tampan yang berada di depannya tanpa bosan. Dulu biasanya ia akan langsung enyah daripada berlama-lamaan melihat wajah menyebalkannya. Tetapi kini karena kehamilannya yang begitu spesial, entah kenapa kegiatan yang sebenarnya tidak ada faedahnya justru terasa berbeda dari sebelum-sebelumnya.Gaby mengulum senyumnya saat tahu cowok di hadapannya sedang berusaha mengabaikannya. Menganggapnya seolah tidak ada atau justru sedang berpikir jahat untuk melemparnya keluar jendela akibat terus ia pelototi.
Cowok dengan lesung pipi dan alis tebal itu terlihat sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya, terkadang mengernyit, bergumam tidak jelas lalu tiba-tiba tersenyum dengan ekspresi konyol.
“Mau sampai kapan liatin gue kayak gitu?” tanya Satria menatap adiknya jengah.
Gaby yang duduk bersila di atas ranjang sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangan tersenyum miring tanpa melepaskan pandangannya.
“Sampai gue puas,” jawabnya enteng. “Udahlah, kalau lo mau nugas, nugas aja gue nggak bakal gangguin kok.”
“Tapi tatapan lo itu sangat mengganggu Gaby sayang,” ujar Satria frustasi.
Gaby mengerucutkan bibirnya. Hormon kehamilannya membuatnya mudah sekali sensitif hanya karena kalimat sederhana yang mungkin untuk sebagian orang yang mendengarnya biasa saja tapi berbeda untuknya pribadi.
“Tega banget sih bilang gitu sama adek sendiri. Gue cuma pengen lihat wajah lo doang apa salah?”
Satria memutar bola matanya malas ketika melihat tingkah bumil yang kian hari kian menjadi. Dengan sisa kesabarannya cowok itu menutup laptopnya lalu menatap adiknya kembali.
“Kenapa tiba-tiba kemari?” tanya Satria tajam, tapi pelan.
Tidak peduli dengan pertanyaan yang Satria lontarkan, Gaby tetap asyik memandangi wajah kakak kandungnya.
“Si Dedek kangen sama Grandpa,” jawab Gaby sambil cengengesan memandang Satria.
“Grandpa, pala lo pe'a! Gue masih muda lulus aja belum,” hardik Satria. “Ini pasti iseng-isengan lo aja yang mau gangguin gue.”
Gaby menggeleng, “Dedek bayinya yang kangen sama Bang Sat bukan aku. Lagian kalau aku kesini murni keinginan sendiri itu namanya keajaiban. Orang aku aja sering mual kalo gak lihat wajah Bang Sat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA
Ficção AdolescenteGimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat kakaknya? Ketua geng yang seharusnya sangar di depan anak buahnya malah berubah bucin, sebucin-bucinnya sama si cewek �...