“Stop Comparing Your Self With Other People.”
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.Done ya gaiss udah double up nih
Jangan lupa kencengin lagi vote dan komentarnya
Happy reading🔥🔥
“BUAAHAHAHA...”
“Jadi gara-gara lo iseng sama Gaby tuh cewek marah sampe nendang si Joni?” tanya Ervans di akhir tawanya.
Sedangkan orang yang di maksud hanya memutar bola matanya malas duduk di sebelah Adit yang sibuk bermain rubik miliknya.
“Sial, nggak kebayang gimana rasanya,” sahut Bagas ikut menanggapi. “Gua aja yang nggak sengaja kepentok ujung meja sakitnya nauzubillah njrit terus gimana sama si Joni?”
“Bacot!” kesal Alfa mendengarnya.
“Tapi kalo subuh masih bisa berdiri kan?” tanya Ben cengengesan. Cowok itu kalau ngomong emang suka ceplas-ceplos. Heran.
Adit yang geli mendengarnya tanpa perasaan lemparkan rubiknya begitu saja sampai mengenai kepala Ben dengan keras. Membuat sahabatnya itu mengaduh kesakitan karena tindakannya.
“Sakit, Dit!” protes Ben seraya mengusap kepalanya. “Lagian kenapa sih galak amat?”
“Mulut lo jaga.” timpal Adit beralih mengambil buku paket yang berada di sebelahnya. Cowok dingin itu memang berbeda dari yang lain. Saat mereka memilih meninggalkan kelas di jam kosong dia tetap rajin membawa buku pelajarannya.
Salut!
Ben menggerutu tidak jelas. Memilih mengabaikan manusia paling serius di depannya, lalu mengedarkan pandangan melihat teman-temannya lagi pada sibuk sendiri.
Ada yang lagi mabar, rebahan, virtual sama ayang, bahkan sampe ada yang joget-joget kek cacing kepanasan ngikutin tren Tiktok yang lagi rame. Yah, seperti itulah kebiasaan anak-anak Lion kalau lagi free class tanpa beban tugas.
Alfa menghela napas kasar kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Mengecek kalau ada pesan dari Gaby sebab sejak tadi pagi istrinya sama sekali tak memberinya kabar.
“Muka lo kenapa kusut gitu?” tanya Ervans menyadari raut orang di sebelah Adit yang terlihat tidak bersemangat. “Mau saingan sama baju gue?”
“Gaby masih marah sama gue.” jawab Alfa melas.
“Bukannya berangkat bareng?”
Alfa menggeleng tak bersemangat saat menjawab pertanyaan dari Adit. Ia menghempaskan punggungnya kasar kemudian mendongak, menatap langit-langit gudang yang dipenuhi oleh jaring laba-laba yang lumayan banyak. Pandangan matanya kosong, namun isi pikirannya kacau yang hanya dipenuhi oleh kabar sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFA
Teen FictionGimana jadinya kalau seorang badboy jatuh cinta pada pandangan pertama? Pada seorang gadis yang ternyata adalah adik dari sahabat kakaknya? Ketua geng yang seharusnya sangar di depan anak buahnya malah berubah bucin, sebucin-bucinnya sama si cewek �...