2. LION GENG

223K 11.2K 526
                                    

Stop Comparing Your Self With Other People.
Kamu hebat dengan cara kamu sendiri. Tidak peduli seberapa banyak yang membaca dan menyukai tetaplah menulis, karena menulis hanya pelampiasan, tapi itu lebih baik daripada memendam perasaan.


Kok diulang???!!
Sengaja aku ngelakuin karna dalam waktu dekat ceritanya bakal dihapus beberapa part guna kepentingan penerbit. Jadi mohon hargai keputusanku ya manteman terimakasih♡

Bantu follow sosmed aku gengzz biar gak ketinggalan berbagai info seru lainnya
Instagram @wp.uchihacia
Tiktok ➡ @uchihacia_

HAPPY READING ( ˘ ³˘)♥

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket Alfa menghentikan sejenak langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket Alfa menghentikan sejenak langkahnya. Mata elangnya menatap jauh ke bawah ring dimana semua temannya sedang bermain bola. Kebiasaan mereka setiap pagi atau jam kosong berlangsung.

“Woi Alfa buruan ke sini elah lama amat lo!” teriak salah satu dari mereka.

Dengan gaya bak model yang sedang berjalan di Red Carpet, Alfa menghampiri teman-temannya lalu merebut begitu saja bola yang sedang Ben mainkan.

“Bola gue, Sat!” umpat Ben—anggota inti Lion yang terkenal polos dalam berpikir namun, si paling bar-bar tingkahnya itu menatap sengit ke arah Alfa ketika bolanya di rampas begitu saja.

Alfa berbalik, tersenyum miring setelah bola basket yang ia lempar berhasil masuk ke dalam ring dengan mulus.

“Apa? Ngambek?”

Ben berdecak kesal tanpa menjawab lalu mendekati Adit. Wakil ketua Lion yang terkenal pendiam namun, sekalinya di medan perang bisa amat beringas mematikan. Selain itu dia anaknya juga jarang ketawa. Buset, boro-boro ketawa senyum aja pelitnya minta di kasarin dulu bro.

“Kusut amat muka lo. Btw, abis maen berapa ronde cuy?” goda Ervans cengengesan.

Anggota inti Lion yang terkenal playboy sebelas duabelas sama seperti ketuanya itu baru saja caper sama adek kelas yang terkenal cantik-cantik di kelasnya.

“Kali ini maen sama anak mana lagi?” tanya Bagas tidak mau kalah. Anggota inti Lion yang paling tajir melintir tapi kelakuan mirip orang miskin itu menelan roti di mulutnya cepat.

“Diem lo, kambing! Gak usah pada bacot mau gue bantai?!” tanya Alfa dengan wajah sangar.

Adit diam menonton. Hitung-hitung melihat ketuanya dibully seperti itu sudah cukup membuatnya terhibur.

“Muka elit pacar sulit buahahaaa...” ejek Ben. Tidak lama dia bergerak gesit merampas kembali bola basketnya dari tangan Alfa secara kasar.

Shit!” umpat Alfa tertahankan kemudian menunjuk seluruh teman-temannya bergantian. “Dua lawan dua.”

ALFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang