#46 Kembali

264 29 2
                                    

Instagram & TikTok: @wp_indonesianidol

***

Tiara: Tam, hari ini jadwal kemoterapi

Tiara: Lo mau kan temenin gue?

Tiara: Gue takut

Sudah 1 jam Tiara mengirim pesan tersebut kepada Tama, namun tidak ada jawaban apa pun. Ia yakin, Tama pasti masih marah dengannya.

"Ya udah, gue sendiri aja" gumamnya sambil tersenyum tipis.

Sepulang sekolah, Tiara pergi ke rumah sakit. Hari ini ia kembali menjalan kemoterapi untuk yang kedua kalinya.

"Bunda, Tama mana?" tanya Tiara kepada Dokter Risa yang merupakan Bunda dari Tama.

"Loh, emangnya dia nggak sama kamu?"

Tiara hanya menggeleng pelan.

"Terus kamu ke sini sama siapa, Tiara?" tanya Dokter Risa.

"Sendiri" jawab Tiara lesu sambil menunduk.

Dokter Risa menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka Tama membiarkan Tiara sendirian, padahal ia sudah janji akan menemani Tiara.

"Kenapa sendiri? Memangnya Tama ke mana?" tanya dokter itu lagi.

Tiara kembali menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia tidak tau keberadaan Tama. Karena belakangan ini mereka jarang bertemu.

"Gimana sih dia? Harusnya dia nemenin kamu ke sini. Coba bunda telepon, ya?" ucapnya sambil mengambil ponselnya dari jas putihnya.

"Nggak usah, bun. Nggak papa kok"

"Tapi Tiara–"

"Kemonya bisa mulai sekarang nggak, bun? Biar cepet juga selesainya" potong Tiara.

Dokter Risa pun mengurungkan niatnya untuk menghubungi Tama. Ia berdiri dan merangkul Tiara, membawa gadis itu ke sebuah ruangan untuk menjalani kemoterapi.

Tiara: Tam, kemonya udah mau mulai

Tiara: Gue takut, Tam

Kemoterapi berjalan dengan lancar. Tiara masih terbaring di atas brankar untuk beristirahat. Tak lama, ia pun membuka kedua matanya. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangannya, tidak ada siapa pun, hanya dia sendiri.

"Gue bener-bener sendiri?" tanyanya pada dirinya sendiri dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Gue harus berjuang sendiri mulai sekarang" lanjutnya. Air matanya sudah mengalir membasahi wajahnya.

Dari luar ruangan, seorang laki-laki mengintip Tiara dari jendela pintu ruangan tersebut. Tetapi sepertinya Tiara tidak menyadarinya. "Maafin gue, Ti, nggak seharusnya gue biarin lo sendiri" ucap Tama.

"Lo nggak sendirian, Ti. Gue bakalan selalu nemenin lo untuk berjuang. Lo harus sembuh!" tekannya.

Tama kemudian duduk di kursi besi panjang yang berada di depan ruangan tersebut. Ia akan menjaga Tiara dari luar. Tiba-tiba saja seorang gadis memanggilnya dari samping.

"Tama," panggil Tiara.

"Tiara?" Tama pun langsung berdiri dari duduknya. "Kok lo keluar? Lo harus istirahat"

"Lo ngapain ke sini?" tanya Tiara, ia tidak mempedulikan ucapan Tama tadi.

"Gue mau nemenin lo. Gue nggak mungkin biarin lo sendirian"

"Lo udah nggak marah, kan, sama gue?" tanya Tiara.

"Nggak kok, Ti, gue nggak pernah marah sama lo. Gue cuma mau lo sadar, lo harus peduli sama diri lo sendiri"

"Jangan tinggalin gue lagi, ya? Gue butuh lo" ucap Tiara lesu.

"Iya, Ti, gue janji. Tapi lo juga harus janji ke gue kalo lo bakalan sembuh, ya?"

Tiara hanya mengangguk. Kemudian Tama menarik tubuh Tiara ke dalam pelukannya. Ia tau gadis itu sedang menangis. Ia hanya diam dan berusaha untuk menenangkannya.

---

Seminggu pun berlalu. Hari ini adalah hari ulang tahun sekolah SMA Pelita Bangsa. Untuk merayakannya, sekolah mengadakan pensi yang akan menampilkan bakat-bakat dari para siswa dan siswa dan ada juga keseruan lainnya untuk memeriahkan acara.

Seperti kesepakatan Tiara dan Ziva seminggu sebelumnya, hari ini mereka akan bersaing di atas panggung untuk battle dance.

Tiara tidak seperti biasanya, ia merasa tubuhnya sangat lemas dan pusing tiba-tiba menyerangnya. Hal ini sudah ia rasakan sejak semalam yang membuatnya tidak bisa tidur.

Sambil menunggu giliran, Tiara duduk di belakang panggung bersama siswa-siswi lainnya yang akan mengisi acara. Ia hanya duduk sambil terus memejamkan matanya dan menahan rasa sakitnya. Ini tidak seperti biasanya, ia tidak pernah merasakan sakit yang luar biasa ini.

"Tiara," sapa seorang laki-laki yang berdiri di hadapannya. Tiara membuka matanya dan mendongakkan kepalanya. Ia melihat Samuel sedang tersenyum kepadanya.

"Sam?"

"Kamu mau battle dance sama Ziva?" tanya Samuel. Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu dan seperti sedang tidak terjadi apa pun. Padahal sebelumnya Samuel sempat salah paham padanya.

"Iya"

"Kok kamu bisa di sini? Kamu bukannya.. marah sama aku, ya?" tanya Tiara penasaran.

"Aku udah tau kok, sahabat kamu itu udah jelasin semuanya sama aku" jawab Samuel. "Maaf, ya? Aku udah salah paham sama kamu"

Tiara tersenyum mendengarnya. "Syukur deh kalo kamu udah tau kebenarannya. Tapi kalo boleh tau, dia ngomong apa aja sama kamu?"

"Lo salah paham. Tiara nggak kayak gitu. Gue sama dia pelukan waktu itu karena dia lagi sedih. Karena kebetulan ada gue, jadinya gue peluk dia dan tenangin dia" jelas Tama saat bertemu dengan Samuel di depan sekolah.

"Itu aja?" tanya Tiara setelah Samuel menjelaskan apa saja yang telah Tama ucapkan padanya.

"Iya" jawab Samuel sambil mengangguk.

"Syukur deh Tama nggak kasi tau Sam tentang penyakit gue" batin Tiara.

"Ti, kamu nggak papa, kan? Muka kamu kenapa pucat banget?" tanya Samuel sambil memperhatikan wajah Tiara.

"Aku nggak papa kok. Mungkin karena aku lagi deg-degan makanya pucat" jawab Tiara cengengesan.

"Oh gitu. Semangat ya, kamu pasti bisa ngalahin nenek lampir itu"

"Kamu nggak boleh gitu, ih! Jahat banget"

"Bencanda. Pokoknya kamu harus menang, karena aku udah siapin kejutan buat kamu" ucap Samuel.

"Kalo aku kalah?"

"Yaa.. tetap aku kasi kejutannya. Tapi kamu harus menampilkan yang terbaik, aku yakin kamu pasti bisa"

"Makasih ya" jawab Tiara dengan senyuman merekah.

"Ya udah, aku mau ke lapangan. Aku mau berdiri paling depan supaya bisa semangatin kamu"

Tiara tertawa kecil mendengarnya. "Ya udah sana, ntar keburu diambil loh tempatnya"

"Oke. Kamu semangat ya!" Samuel memeluk Tiara sebentar lalu berjalan menuju ke lapangan.

"Kok badan Tiara panas banget?" batinnya.

NEXT??

Instagram & TikTok: @wp_indonesianidol

Bahagiyaku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang