20

1.6K 165 10
                                    

Tiga hari setelah mina mendiami chaeyoung, kini chaeyoung hanya memaklumi hal seperti itu, ia sudah terbiasa dan sering jika orang-orang disekitarnya tidak memperdulikan keberadaan dirinya. Chaeyoung sempat berfikir jika mina sudah tidak mau lagi berteman bahkan berbicara lagi dengan dirinya, chaeyoung juga sempat berfikir jika mina malu berteman dengan dirinya.

Hidup chaeyoung sendiri lagi saat ini, bukan tanpa alasan, mina memang mendiami chaeyoung karena ia merasa jika chaeyoung sudah merasa bahagia bersama yeri, ya...beberapa hari ini memang kedekatan yeri dan chaeyoung sudah seperti seorang kakak beradik, atau lebih tepatnya seperti sepasang kekasih, mina hanya diam saja melihat hal itu, tidak mungkin mina memarahi chaeyoung karena berteman dengan yeri, dia bukan siapa-siapa, dia juga ingat dengan dirinya bahwa dialah myoui mina, seseorang yang bisa mendapatkan segalanya. Dari situlah chaeyoung sudah berfikiran yang tidak-tidak terhadap mina, dan dari situlah kedekatan mereka semakin merenggang. Dan saat ini, mina pagi-pagi sudah tiba di perusahaan miliknya karena ada beberapa meeting penting yang harus ia hadiri.

Hampir berjam-jam mina disibukan dengan kertas-kertas bertumpukan yang berisikan tulisan-tulisan kecil yang harus ia tanda tangani. Bahkan waktu sudah menunjukkan jam siang hari, makan siangpun sudah tiba saatnya, tapi mina masih sibuk dengan urusanya sendiri, sungguh, tidak ada yang berani menganggunya saat ini. Tapi hal lain mengacaukan semuanya, seseorang datang, mengetuk pintu lalu masuk kedalam ruangan kebesaran milik mina.

"selamat siang nona, ini makan siang anda, selamat menikmati."

Tanpa dilihat dan dipandangpun mina sudah tau siapa orang yang baru saja masuk, dan memberikan makan siang miliknya.

"terimakasih. " jawab mina datar tanpa melihat.

Chaeyoung, siapa lagi jika bukan chaeyoung yang mengirimkan makan siang untuk mina.

Merasa canggung didalam ruangan itu, chaeyoung segera melangkahkan kakinya keluar dari sana agar mina bisa mendapatkan kenyamananya kembali, tepat didepan pintu ruangan, ia berhenti karena terkejut. Pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka sendiri, chaeyoung menatap orang yang baru saja membukakan pintu untuknya, begitu juga untuk orang yang baru saja ingin masuk.

"hallo budakk, apa kabar dirimu."

Chaeyoung menatap datar orang yang baru saja mengeluarkan kata-kata dihadapan dirinya.

"permisi, saya ingin keluar." ujar chaeyoung. Tapi orang tersebut hanya memilih diam ditempat dan menatap chaeyoung kembali.
Ia mendekat, dan berbicara langsung tepat diwajah chaeyoung.
Jarak keduanya hanya tinggal beberapa centi saja, bahkan mereka bisa merasakan nafas antara satu sama lain.

"sudah berapa kali kubilang padamu....... Jauhi mina, tinggalkan dia, jangan pernah lagi kau mencari-cari perhatian denganya, dia hanya miliku budak, apa kau tidak bisa memahami kata-kata yang baru saja ku ucapkan." ujar bambam dengan tatapan bencinya.

Chaeyoung hanya mendengarkan ucapan bambam secara seksama, ia tidak bisa melawan ucapan bambam karena ia tidak ada hak sama sekali dengan mina. Sedangkan mina, setelah ia menyadari kedatangan bambam diruanganya ia berdiri dan berjalan menuju pintu ruangan, yang dimana ia melihat dua orang sedang berargument.

"bambam." mereka terkejut setelah mendengar suara mina. Segera mereka mengalihkan pandangan satu sama lain.

"hai sayang." ujar bambam dan berjalan mendekati mina, seperkian detik kemudian tanganya mendalami peran yang baru saja ia ciptakan, merangkul mina dengan memegang bahu milik mina.

Mina hanya diam saja dengan kelakuan bambam terhadap dirinya, ia baru menyadari ketika mendapati chaeyoung masih berdiri disana sembari menatap dirinya dengan bambam.

Affection [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang