12

1.4K 191 5
                                    

Chaeyoung masuk kedalam rumah dengan hati yang begitu berbinar didadanya. Lama ia tidak mendapatkan seorang teman, kini ia bisa merasakanya juga, bagaimana disayangi dan diperhatikan oleh seorang teman, ia begitu bersyukur karena tuhan tidak selalu jahat dengan dirinya. Ia menyadari bahwa tuhan itu maha pengasih dan tak pernah pilih kasih kepada siapapun makhluk dibumi ini.

Chaeyoung melepaskan jaket yang ia kenakan dan menaruhnya pada gantungan dibelakang pintu kamar miliknya. Membersihkan diri dan masuk kedalam kamar mandi. Ia menatap dirinya dipantulan cermin yang ada dihadapanya sekarang.
Rasangan ingin menangis tapi ia tak ingin mengeluarkan air matanya. Ia ingin bertahan dalam hidup yang ia jalani saat ini.

Selesai dengan urusan dikamar mandi, chaeyoung melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuju kedapur untuk mengambil segelas air minum. Ia jadi teringat bagaiman ia menghabiskan waktu bersama ibunya didalam dapur ini, ia teringat bagaimana ia yang sering membantu dan menolong ibunya yang sedang memasak didapur ini, semua hilang begitu saja, ibunya tidak akan pernah kembali dan hanya meninggalkan kenangan saja dimuka bumi ini.

Chaeyoung bersyukur karena tuhan masih memberikan kenangan yang indah bersama ibunya.

"ibu... Apa kabar ibu disana? " batin chaeyoung. Dan menatapi secara intens seisi dapur yang ia tempati saat ini.

Chaeyoung teringat dengan ucapan ibunya sebelum beliau pergi untuk selamanya. Ia mengatakan jika chaeyoung tidak boleh menyusahkan orang lain atau bahkan menyusahkan dirinya sendiri. Yang harus ia lakukan adalah, serahkan semuanya pada tuhan, mintalah petunjuk padanya dan lakukan perintah yang sudah tuhan berikan.

Dan chaeyoung selalu berusaha untuk menurut dengan ucapan ibunya.
Meskipun berat, ia harus tetap bersabar dan tetap berusaha.

"hahh~aku rindu dengan ibu! " gumam chaeyoung. Ia tersenyum getir hanya karena mengingat memory ibunya yang masih ia simpan baik-baik didalam benaknya.

Chaeyoung menaruh gelasnya dan pergi dari dapur menuju kekamar untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Membaringkan tubuhnya diatas ranjang, dan meratapi langit-langit dikamarnya.

"kenapa ya, tuhan mengirimkan nona mina kehadapan saya?.... Mmmh mungkin ini pertanda jika aku masih layak untuk hidup dan memiliki teman." chaeyoung tersenyum dengan ucapanya. Ia juga bingung dengan mina, kenapa dia mau datang dan menemani chaeyoung yang bernasib seperti itu. Itu semua karena tuhan maha penyayang, tapi sayangnya tak terbilang, itu semua karena tuhan maha tau, tanpa diberitahu.

Dan mungkin tuhan mendatangkan mina kedalam kehidupan chaeyoung agar chaeyoung tidak merasa kesepian dalam hidupnya.

"tuhan.. Bantulah aku untuk menjaga nona mina... Jika memang dia yang kau utus, maka bantulah aku." gumam chaeyoung.

Mata chaeyoung menjadi berat dan ingin segera menutup. Ia benar-benar kelelahan hari ini, apa lagi harus menerima kekonyolan dari pria biadab seperti bambam.
Tapi chaeyoung bisa apa?, melawanpun tidak, ia tidak ingin masalah menjadi lebih panjang karena dia meladeni aksi bambam.
Chaeyoung membetulkan posisi tidurnya dan menutup mata secara perlahan.

Beberapa menit kemudian, terdengar nafas beraturan dari dalam ruangan itu.
.
Pagi hari tiba, chaeyoung sedang bersantai melewati jalanan didekat rumahnya, ia mendapatkan libur hari ini dan besok, sesuai ucapan mina. Jadi tanpa pikir panjang, chaeyoung tidak menysia-siakan kesempatan liburnya ini.
Menikmati udara segar dan menghirupnya secara perlahan. Chaeyoung sangat menyukai udara dipagi hari. Itu karena oksigen di pagi hari lebih banyak daripada dimalam hari. Dijalan ia melihat sekumpulan brandalan yang biasa memukuli dirinya sedang sarapan dipimggir jalan. Chaeyoung bingung, sebenarnya apa pekerjaan mereka.
Apa memalak orang itu tindakan yang benar?,apa begitukah cara mereka mendapatkan uang?.

Affection [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang