08

1.5K 200 6
                                    

"MINAA. "~~ teriak seseorang memanggil nama mina.
Mina yang terkejut menoleh dan mendapati bambam mendekat kearahnya.

"bambam? "

"apa yang kau lakukan disini, berduaan pula. " marah bambam

"dan kau,...bukankah kau budak aneh dan miskin itu, bagaimana kau bisa ada disini hah?? " bambam menunjuk-nunjuk wajah chaeyoung.

Chaeyoung hanya diam saja ketika bambam mengingatnya hanya dengan budak aneh.
"apa yang kau lakukan dengan calon tunanganku? "

"bam hentikan, apa yang kau katakan, dan kenapa juga kau harus marah." gumam mina tidak kalah emosinya.

"aku pantas marah mina, aku calonmu, dan dia berani-beraninya menyentuhmu, harus aku kasih pelajaran orang ini."

"kau bukan siapa-siapaku bam, berhentilah bertingkah seperti ini, kau juga tidak berhak marah dengan chaeyoung. " kesal mina.

Bambam menatap chaeyoung kesal, gara-gara dia, mina menjadi marah denganya. Bambam menarik kerah baju chaeyoung.

"jangan pernah berani kau menyentuh mina lagi, menjauhlah darinya, atau kau akan tau akibatnya, dia miliku. " gumam bambam.

Chaeyoung hanya menatap dan mendengarkan ocehan bambam.
"lepaskan bam, lepass. " mina mencoba melepaskan tangan bambam yang mencengkram kerah baju chaeyoung.

Bambam melepaskan cengkramanya.
"awas kau. " ancam bambam dengan menunjuk tepat didepan wajah chaeyoung.

"ayo mina, ikut aku, aku tidak akan membiarkanmu dekat dengan dia." bambam mencoba menarik tangan mina. Tetapi dengan cepat mina menghindari tangan bambam.

"pergi saja sendiri, aku sibuk. " mina membawa chaeyoung pergi dari tempat itu.

"awas saja kau, bisa-bisanya dia sampai kesini. " gerutu bambam dan pergi meninggalkan tempat itu.
.
Mina membawa chaeyoung keruanganya, membiarkan chaeyoung untuk duduk dengan santai disofa empuk didalam ruanganya.

"apa kau baik-baik saja? " tanya mina dan duduk disamping chaeyoung.

Chaeyoung mengangguk.
"saya baik-baik saja nona, lagipula saya tidak diapa-apain kan. " jawab chaeyoung lembut.

Mina menatap chaeyoung yang kini terlihat diam saja dan tatapanya kosong.
"kenapa kamu diam saja di saat dia menghinamu? " tanya mina.

Chaeyoung menoleh untuk menatap mina. Seperkian detik kemudian chaeyoung tersenyum kepada mina karena baru kali ini ada orang yang menanyakan tentang hal itu.
"saya sudah terbiasa dengan kalimat itu nona, semua orang memanggil saya dengan sebutan orang aneh, budak aneh dan masih banyak lagi. Dan saya sudah terbiasa mendengar itu. " jelas chaeyoung dan kembali menatap kearah lain.

Mina merasa jika chaeyoung tidak pantas mendapat julukan seperti itu, baginya itu sangat menyakitkan hati.
"lalu kenapa kau tidak membalas atau bahkan melawan.?, kenapa kau diam saja. " tanya mina lagi.

"saya selalu berusaha untuk tidak terlalu terbawa emosi nona, jika saya melawanpun belum tentu saya menang. Itu alasan kenapa saya memilih untuk diam."

Mina membenarkan posisinya agar bisa berhadapan dengan chaeyoung.
"maaf nona, tapi sepertinya saya harus kembali bekerja, saya tidak enak jika teman-teman saya mengantikan pekerjaan saya, saya permisi dulu." chaeyoung bangkit dari duduk dan membungkuk untuk meminta izin keluar dari ruangan itu.

Baru saja mina ingin berucap, chaeyoung sudah pamitan terlebih dahulu.
"kenapa chaeyoung bisa mendapatkan panggilan seperti itu, bambam, tidak seharusnya dia bersikap seperti itu dengan chaeyoung. " gerutu mina saat chaeyoung keluar dari ruanganya.
.
Sore hari tiba, chaeyoung dengan cepat membereskan barang-barang yang masih berserakan dan ingin segera pulang karena cuaca sudah mendung diluar. Setelah selesai, chaeyoung segera berlari agar cepat sampai, tapi sayangnya ditengah perjalanan, hujan sudah turun menguyur tubuhnya, dan itu menyebabkan chaeyoung sudah basah kuyup, dengan segera chaeyoung mencari tempat untuk berteduh.

Affection [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang