4. Masa Lalu 🌷

28.2K 2.4K 218
                                    

Pulau, pulau apa yang dipenuhi bapak-bapak?

Purwodadi.

👀👀👀

Absen yuk pada baca cerita ini di jam berapa?

Pakai baju apa sekarang?

👀👀👀

"Ketika dunia tidak ada yang bisa membantumu - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Mari kita flashback sedikit.

PRANG!

Gadis berambut pendek yang baru tiba di dapur mendapat sambutan piring cantik yang melayang ke arahnya. Namun, piring itu melesat dan menabrak tembok di belakang sebelum akhirnya mendarat ke lantai. Piring yang utuh itu kini hancur tidak berbentuk.

"ADIVA BEBAN KELUARGA!" bentak Dira dan langsung menyerbu ke arah Adiva dan menjambak rambut pendek gadis itu.

BRUK!
BRUK!
BRUK!

Adiva yang shock, belum sempat memberi respon apa-apa.

Dirinya kembali mendapat serangan dari Dira. Kepala Adiva dijedotin beberapa kali ke kerasnya tembok. Darah segar muncul, membentuk dua garis merah di kening yang mengalir ke batang hidung. Adiva menyentuh keningnya sembari mengerjap. Pandangan Adiva mulai kunang-kunang.

Masih belum puas, Dira kembali beraksi. Wanita tua itu meraih lengan Adiva kemudian mendorong tubuh Adiva hingga punggung gadis itu mencium pecahan piring tadi. Dan, Dira duduk di atas tubuh itu.

PLAK!

"KENAPA KAMU GAK MATI AJA?! HAH?!" bentak Dira mendengungkan telinga.

"Haha." Tamparan membuat rasa panas menjalar di wajah Adiva. Adiva menyentuh dinding mulut bagian dalam dengan lidah sebelum berucap. "Mati? Segera, kok! Kata dokter, hidup Diva gak lama lagi! Puas Tante?"

"TERUS KENAPA GAK SEKARANG AJA?! SEDETIK PUN SAYA GAK MAU NUNGGU! GARA-GARA PENYAKIT SIALMU ITU, TAGIHAN RS MEMBENGKAK!"

"Tante kira Diva pengen lama-lama sengsara di muka bumi ini? Kalau bisa sekarang juga Diva pengen cepat mati! Lagian Diva juga udah bilang ke papa gak usah diobatin! Tubuh Diva sakit banget diterapi! Percuma gak bakalan sembuh!" balas Adiva dengan nada tak kalah tinggi.

"ARGH ... papamu bodoh! Habisi uang di kamu semua! Seharusnya uang itu bisa saya pakai buat liburan ke Korea! Sekarang masa saya harus jual ginjal dulu baru bisa ke sana? INI SEMUA GARA-GARA KAMU, ADIVA!" Dira sudah kerasukan setan, tangannya singgah di leher Adiva untuk melancarkan aksi cekiknya.

"Tan--"

Mata Dira memerah, ekspresinya menyeringai. Dira mengencangkan cekikan itu. "AYO, MATI! AYO, BEBAN!"

Sesak dan sakit. Adiva mulai kehabisan pasokan oksigen. Cekikan itu terasa ketat dan sengsara hingga Adiva harus menjulurkan lidah.

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang