6. Diari Vivian 🌷

24.9K 2.2K 190
                                    

Intermezzo:
Gajah, gajah apa yang baik?

Catatan:
Buku Diari Vivian akan jelasin kenapa Vivian bundir.

Sekian dan terimalah Bright sebagai suami Anda~

🌷🌷🌷

"Buang berlian demi sebongkah kerikil - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Duk duk duk duk duk

Entah sudah berapa lama tertidur, Adiva membuka mata yang terasa masih berat di saat suara ketukan pintu terdengar. Suara ketikan itu sangatlah ... tidak santai. Apa terjadi kebakaran?

Brak brak brak

"Adiva, bangun!" Itu suara Alvian.

"Sarapan, yuk, Diva," ucap cowok itu lagi. "Aku tunggu di bawah, ya."

"Iya," sahut Adiva dari dalam kamar. Nyaris saja Adiva tidak percaya kalau kalimat tadi keluar dari mulut seorang Alvian Indomartin jika Adiva tidak melihat isi kamar ini.

Oh iya, Adiva kan lagi di rumah Alvian. Wajar saja kalau Alvian bersikap lembut seperti itu.

Untuk menyenangi bunda dan ayah, Alvian memasang topengnya. Menjadi lemah lembut terhadap Adiva di depan mata kedua orang tua adalah kewajiban. Dan, Adiva harus ikutan akting juga. Memainkan perannya yang bahagia menjadi tunangan Alvian.

Adiva mengusap dahinya yang keringat dingin. Sudah lama, ia tidak tidur senyenyak ini tanpa mimpi buruk. Padahal biasanya ia selalu diteror mimpi buruk selama 2 tahun belakang karena kematian Vivian. Ah, mungkin karena kemarin kecapean ditambah juga demam, makanya Adiva bisa tidur nyenyak.

Adiva merenggangkan otot punggungnya yang terasa kaku. Semalam itu, ia ketiduran dengan posisi bersender di samping kasur. Bokongnya terasa baal begitu juga lengan yang ia jadikan senderan muka.

Adiva beranjak berdiri setelah kondisi fisiknya memungkinkan. Ia melihat penampilannya di kaca. Astaga! Rambutnya acak-acakan dan pipinya bengkak seperti korban KDRT. Malu-maluin aja nanti kalau ketemu camer. Adiva harus mencari akal untuk menutupinya.

"Hm," gadis itu bergumam kecil sembari menatap sekeliling. Sebenarnya Adiva tau, ia enggak boleh sentuh barang-barang di sini, tapi ia butuh bantuan.

"Maaf, Vi. Kak Diva pinjam sisir sama barang make up dulu, ya. Habis mandi, Kak Diva mau make up," ucap Adiva sembari menaruh bingkai foto Vivian di atas meja rias.

Cewek itu segera menyisir rambut kemudian mencari make up di dalam laci Vivian. Tidak ada.

Mata Adiva dan kaki Adiva kini tertuju ke lemari cokelat. Bisa jadi barang-barang make up ada di dalam sana.

Adiva membuka lemari itu dan terbatuk-batuk di kala debu menyambut. Sepertinya sudah sangat lama, isi lemari ini tidak dibereskan. Dihitung-hitung juga, Vivian telah meninggal 2 tahun lebih. Enggak heran kalau isi lemari ini debunya ekstra tebal.

Adiva mulai membuka laci kecil di dalam lemari itu. Benar saja, barang make up di sana. Adiva segera mengambil salah satu bedak tabur dan foundation.

Tunggu. Sebelum Adiva menutup lemari. Matanya tertuju ke tumpukan baju yang terlihat meragukan. Seperti ada sesuatu di antara tumpukan itu. Dan, benar saja. Sebuah buku diari berwarna pink di antara selipan baju ia temui.

Dahi Adiva berkerut. Ia tertarik untuk mengintip isinya. Ya, bisa saja Adiva menemukan alasan Vivian bunuh diri.

Selama ini Alvian dan kedua orang tuanya selalu mengatakan Vivian itu baik-baik saja. Mereka mengelak jika Vivian bunuh diri. Bahkan waktu awal kejadian, Adiva dituduh mendorong Vivian ke bawah.

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang