Intermezzo:
Gajah, gajah apa yang baik?Ga jahat
Krik krik
🌷🌷🌷
"Tetap tersenyum, walaupun kamu hanya diberi tatapan es batu - ALVIVA"
🌷🌷🌷
Beberapa anak di dalam ruang kelas 12 IPA 1 menghela. Rasanya ingin sekali demo. Kenapa pelajaran pertama bukan pelajaran Seni Musik atau Olahraga melainkan Matematika? Entahlah. Pasti guru piket yang nyusun jadwal punya dendam pribadi sama kelas ini.
Otak anak-anak mulai diajak olahraga pagi ini. Dipusingi sama rumus dan angka-angka membuat hampir seisi kelas berkerut kening. Sementara ada juga beberapa orang pasrah hingga akhirnya lebih memilih untuk mengintip luar jendela. Kelas IPS 2 lagi main basket. Enaknya ....
"Kalian sudah siap? Ujian akhir negara akan berlangsung beberapa bulan lagi. Lulus sekolah atau enggak, nasibnya di tangan kalian sendiri. Jangan males belajar," ucap Bu Reva sembari menghapus papan tulis. Suaranya terdengar tegas dan lantang membuat beberapa anak yang bengong kembali konsen.
"Adiva, kamu maju ke depan. Kerjain nomor dua, ya," pintah Bu Reva dan mengambil duduk di meja guru.
"Baik, Bu." Adiva maju ke depan usai memakai kacamata bulatnya. Seisi kelas menghela lega, beruntung Adiva yang disuruh maju, bukan mereka.
"Jika dalam satu jam terisi penuh dan tidak ada kendaraan yang pergi dan datang ...." Adiva bergumam untuk membaca soal dari buku cetak sembari membenarkan kacamata bulat yang bertengger di batang hidung. "Berapa penghasilan maksimum tukang parkirnya?"
Soal yang gampang. Dengan senang hati, Adiva mulai mengerjakan soal dari sistem persamaan linear itu.
Dalam sekejap, papan tulis hitam dipenuhi dengan coretan rumus. Berikut juga dengan cara memecahkan soal itu yang memiliki hasil akhir 1.180.000.
"Sudah, Bu."
"Duduk kembali. Sekarang gantian Alvian yang maju kerjain nomor 3."
Alvian yang lagi asik menatap luar jendela berdecak kecil. Dengan ogah-ogahan, ia meraih buku cetak dan maju ke depan.
Dalam perjalanan, matanya tidak sengaja berpapasan dengan Adiva. Adiva memberinya senyuman kecil. Sementara Alvian hanya menatapnya sedetik dengan dingin kemudian memalingkan muka.
Gapapa, yang penting Adiva bersikap ramah. Adiva kembali duduk ke tempatnya.
"Gila, ya, MTK nyusahin banget. Harus berjuang buat dapetin satu jawaban mutlak doang." Weggyana, teman duduk Adiva membuka suara sambil berdecak dan menyalin jawaban Adiva tadi ke buku tulisnya. "Mana buat pecahin soal harus cari X, cari Y, gambar kurva. Ribet! Gampangan juga cari cowok," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIVA (END)
Teen FictionSebuah perjodohan yang membuat Alvian dan Adiva harus terikat hubungan pernikahan tidak berjalan mulus. Faktanya, Alvian sama sekali tidak menyetujui perjodohan itu. Terutama, Alvian sudah memiliki orang yang ia sayangi, Arabelle. Dan lagi, Alvian d...