Makasih udah baca cerita ini 😁
Jangan lupa tekan tombol bintangnya.
🌷🌷🌷
"Seandainya ... hidup punya Ctrl+Z, maka dunia ini tidak akan ada orang yang menyesal - ALVIVA"
🌷🌷🌷
"Korban tabrak lari?" tanya seorang suster berambut pendek. Matanya tertuju kepada seorang perempuan di atas brankar dengan kondisi pingsan dan kepala berlumuran darah.
Suster di sebelahnya yang berambut panjang mengiyakan. "Kecelakaannya terjadi di tengah jalan Alpukat. Jalanan di sana kan emang lengang dan luas, jadi pada bawa kendaraan gila-gilaan." Karena ini tokoh enggak penting, kita sapa aja suster ngesot.
"Korbannya ada dua. Satunya yang lagi kita rawat ini dan satu lagi kakinya lagi diamputasi," lanjut suster ngesot sembari menyiapkan alat operasi.
"Gila. Kasihan banget, Srot."
"Mana yang nabrak kabur lagi," balas suster ngesot menggeleng-geleng.
"Parah. Gak ada tanggung jawab sama sekali!" geram suster rambut pendek merasa kesal.
"Entahlah. Ke mana hati mereka?" tanya suster ngesot dengan hati mencelos. Suster itu reflek mengelus perutnya yang tengah hamil 3 bulan. Ia tidak ingin bernasib sama dengan pasien yang terbaring di atas brankar, tidak ditanggungjawabin. Ah, pokoknya nanti ia harus info kabar hamil ini ke lelakinya. Semoga lelakinya mau tanggung jawab nanti.
"Sudah ... sudah ... malah gosip. Kerja," tegur seorang dokter yang baru saja masuk ke dalam ruang operasi.
"Iya, Dok. Sudah saya cek. Untuk pendarahannya tidak parah, operasi mungkin cukup makan waktu 2 jam aja," lapor suster berambut pendek.
Lampu ruang operasi pun menyala. Operasi kecil akan dimulai.
"Sungguh mulia hatimu demi nyelamatin seekor kucing. Sudah. Jangan takut. Tenang, saya akan menyelamatkan kamu," monolog sang dokter kepada pasien kemudian mulai menjalankan operasi.
🌷🌷🌷
Setelah bertempur selama dua jam, lampu ruang operasi akhirnya redup. Kedua suster keluar sembari mendorong brankar pasien untuk pindah ke ruang pulih sadar.
Sementara dokter itu mengedarkan pandangan untuk mencari sosok keluarga dari pasien. Matanya kemudian berhenti bergerak di kala menangkap sosok seorang perempuan yang ketiduran di bahu seorang laki-laki. Mungkin mereka keluarganya pasien?
Sang dokter pun memberi kode untuk ke laki-laki itu. Seingatnya, tadi yang anterin pasien ke sini adalah mereka berdua. Tak lain lagi, yaitu Adiva dan Leo.
"Adiva ...." Dengan perlahan, Leo menepuk bahu Adiva sembari memanggil namanya. Adiva yang tertidur di bahu Leo pun tertegun dan sadar dari tidurnya.
"Maaf. Aku ketiduran," gumam Adiva kecil kemudian merapikan rambutnya yang terasa acak-acakan. "Rambutku, kok, acak-acakan gini?"
Leo menggeleng-geleng melihat tingkah Adiva. Adiva tampaknya sudah enggak ingat sama ulahnya beberapa jam yang lalu. Tadi itu, Adiva seperti orang gila ketika melihat seorang perempuan tertabrak mobil di depan mata. Dan, kucing yang ingin Adiva selamatkan kelindes truk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIVA (END)
Teen FictionSebuah perjodohan yang membuat Alvian dan Adiva harus terikat hubungan pernikahan tidak berjalan mulus. Faktanya, Alvian sama sekali tidak menyetujui perjodohan itu. Terutama, Alvian sudah memiliki orang yang ia sayangi, Arabelle. Dan lagi, Alvian d...