27. Penyesalan 🌷

32.1K 2.2K 625
                                    

"Tuhan, berikan aku waktu - ALVIVA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan, berikan aku waktu - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Air mata Alvian membasahi lembaran buku diari Vivian. Ia baru saja selesai membaca buku diari itu. Kematian Vivian yang selama ini Alvian salahkan kepada Adiva ternyata merupakan akibatnya sendiri.

Alvian yang terlalu sempurna membuat Vivian tertekan. "Maafin kakak, Dik. Kakak gak becus jadi kakakmu," gumamnya sambil mengusap buku diari itu lalu juga air matanya.

Setelah bengong cukup lama, Alvisn menutup buku diari Vivian. Pada waktu yang bersamaan, hatinya merasa semakin bersalah. Tidak hanya kepada Vivian, juga Adiva.

Alvian tak habis pikir, mengapa selama ini ia melampiaskan emosinya atas kematian Vivian kepada Adiva yang tidak bersalah sama sekali.

Alvian bingung harus bagaimana. Sebentar lagi juga Adiva sudah mau pindah keluar kota. Apa biarkan saja seperti ini? Tidak. Alvian ingin meminta maaf secara langsung.

"Tolong tungguin gue ...." Alvian menyambar kunci mobil dan berlari keluar rumah.

"Tolong kasih kesempatan buat minta maaf ...."

"Tolong jangan tinggalin gue ...."

Alvian bergumam sambil masuk ke dalam mobil. Cowok itu langsung melajukan mobil ketika mesinnya sudah panas.

Mobil Alvian membelah jalan raya dengan kecepatan tinggi. Persetan dengan lampu merah, semua ia terobos.

Alvian mencengkeram setiran mobil erat. Semua perkataan kasar yang pernah ia lontarkan ke Adiva muncul begitu saja dalam benaknya.

"Al, kamu di mana? Udah pulang?"

"Situ wartawan? Gak usah banyak nanya! Gue nginep di kost Belle malam ini."

"Al, boleh tolong anter ke rumah sakit? Penyakitku kambuh."

"Ck! Ribet! Sekalian anter ke surga aja gimana? Lo kenapa gak mati-mati aja, sih?"

"Psikolog? Sakit jiwa lo!"

"Emang aku sakit jiwa, Al."

"ARGH!!" Alvian berteriak di dalam mobilnya.

"ANJING! KENAPA GUE JAHAT BANGET SAMA LO?! KENAPA?!"

Alvian memukul setiran mobilnya berkali-kali lalu mengklakson mobil depan yang menghalang perjalanannya dengan tidak sabar.

Mobil Alvian akhirnya masuk tol juga. Semakin gila, ia membawa mobilnya.

Di saat itu juga, ponsel Alvian berdering. Alvian berdecak tidak sabar. Ia meraba bangku penumpang untuk mencari ponsel yang berdering. Perhatiannya teralihkan ketika ponsel yang ia raba terdorong jatuh ke bawah kursi.

ALVIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang